Hampir Melakukannya

2413 Words
Begitu sampai di lokasi syutting film terbaru Kairav, Giandra langsung bertemu banyak artis muda maupun artis senior Indonesia. Kairav bahkan memperkenalkan Giandra sebagai pacarnya—karena beberapa artis juga sudah mendengar kabar bahwa Kairav menjalin hubungan dengan Raul, maka dari itu Kairav berusaha menyangkalnya dengan mengenalkan Giandra pada mereka. Sekarang seharusnya syutting scene Kairav juga selesai. Tapi Giandra masih berada di ruang istrahat Kai, menyuapi pacar pura-puranya itu dengan dimsum buatannya. “Aaakk,” Giandra menyuruh Kairav membuka mulut, lalu menyuapkannya ke mulut Kairav. “Enak, nggak?” Kairav sedang mengunyah sembari menatap Giandra dihadapannya. “Beli dimana?” “Kok beli sih?!” Giandra langsung sewot. “Aku bikin sendiri tahu, penuh cinta bikinnya.” Kairav menatap datar Giandra sambil menurut saja ketika Giandra kembali menyuapkan dimsum untuk Kairav. Dia juga tidak memungkiri kalau dirinya sedang lapar dan dimsum bikinan Giandra enak, walaupun kulitnya sedikit keras. “Hubungan kita cuma pura-pura, nggak semuanya bisa kamu kaitkan sama cinta.” Kata Kairav setelah menelan dimsumnya. “Apa salahnya aku masakin kamu penuh cinta? Itu artinya aku suka masakin kamu.” Jawab Giandra sambil membenarkan tatanan rambut di dahi Kairav. Kairav tersentak, ia langsung memundurkan tubuhnya dan menatap Giandra protes. “Apaan sih?!” “Loh, kenapa?” Giandra malah terkekeh geli. “Kamu suka kelihatan kaget gitu kalau aku romantisin.” Kairav mendesah malas, “bukan gitu.” “Terus kenapa?” Kairav mengusap tengkuknya. Sudah lama ia tidak terlalu intens dengan wanita lain dibelakang kamera. Sudah beberapa tahun yang lalu ia menjalin hubungan bersama wanita, sebelum akhirnya ia menjalin hubungan dengan Raul. “Risih dipegang-pegang perempuan.” Jawab Kairav sambil hendak berdiri. Tapi tanpa disangka Giandra menarik tangan Kairav dengan sedikit kencang hingga Kairav kembali terduduk di sofanya. “Aku nggak salah dengar?” tanya Giandra sambil memiringkan kepalanya menatap Kairav. Lalu ia mendekatkan diri dan tanpa merasa canggung ia duduk dipangkuan Kairav. Tangan kanan Giandra dirangkulkan ke pundak Kairav, sedangkan tangan kirinya meraba rahang tegasnya, kemudian turun ke d**a bidangnya dan terus turun hingga hampir menyentuh kejantanan Kairav—namun tangan Kai langsung mencekalnya. “Stop.” Desis Kairav. “Kenapa?” Giandra tersenyum miring, menggoda Kairav. Kairav menatap Giandra makin jengah. “Kamu terlalu banyak bertanya, Gia.” Giandra sontak tertawa, ia lalu menunduk, menatap kejantanan Kairav yang memang terlihat menonjol, tapi Giandra tidak tahu kejantanan itu bisa tegang dan mengeras atau tidak karena dia. “Aku cuma ingin pegang, nggak boleh?” tanya Giandra sok imut sambil melirik-lirik kejantan Kairav. “Enggak.” “Aku penasaran, kamu bisa tegang atau enggak karena aku? Atau kamu hanya tegang dengan Raul?” Kairav memejamkan matanya untuk menahan rasa kesalnya yang ingin meledak. Giandra memang sangat mudah sekali memancing kekesalannya. Kairav sudah memegang kedua tangan Giandra dan hendak mendorongnya, namun pintu ruangannya yang terbuka membuat mereka berdua sontak menoleh kearah pintu. “Kai—” ada wanita cantik yang berwajah keibuan dan berwajah seperti warga negara asing. Wanita itu sontak menatap tak paham kearah Kai dan Gia. “Mama ganggu kalian, ya?” “Mama?” Giandra menatap Kairav penuh tanya. Kairav menghela napas kesal, lalu segera menggunakan aktingnya kembali. Wajah kesal Kairav digantikan senyum penuh kelembutan pada Giandra. “Sebentar,” Kairav memegang kedua pinggang ramping Giandra, secara sopan meminta Giandra turun dari pangkuannya. Sungguh Kairav yang pintar acting. Hal itu membuat Giandra mendecih dalam hati. “Ma? Kok kesini?” Kairav lalu menarik mamanya kedalam pelukannya. Sarah Rojer adalah mama kandung Kairav, seorang aktris senior Indonesia yang sekarang menjadi pengurus kompetisi diajang modelling Indonesia untuk kancah internasional. Sarah beberapa hari ini sibuk dengan kegiatannya, namun pada hari ini dia datang menemui Kairav dan terkejut melihat putranya sedang memangku seorang wanita cantik dengan bentuk tubuh yang bagus. “Mama ingin ngajak kamu makan bareng di rumah. Mama kangen sama kamu.” Sarah lalu melepaskan pelukannya, ia menatap Giandra sambil tersenyum ramah. “Ini siapa, Kai?” Masih dengan senyuman palsunya, Kairav menggenggam tangan Giandra. “Ini Giandra, ma—” “Calon istri kamu, kan?” “Hah?” Giandra dan Kairav sampai terkejut bersamaan. Sarah langsung segera mengeluarkan ponselnya dan menunjukkannya kepada Kairav. “Dari kemarin sebenarnya mama penasaran banget mau tanya sama kamu. Ini banyak banget berita katanya kamu mulai mengumbar kemesraan sama calon istri kamu.” “Ma,” Kairav hendak menyangkal, namun Sarah kembali berbicara. “Mama langsung telepon Nicholas sama Abian. Mereka bilang beneran kamu bakalan tunangan. Jadi ini semua beneran?!” Sarah terlihat semangat, ia bahkan menatap Giandra dengan berharap. Giandra jadi makin bingung disini. Kairav bahkan makin mengeratkan genggaman tangannya pada Giandra. Seolah memberi tanda. Tanda yang ditangkap Giandra untuk mengatakan, “iya, sebentar lagi kita tunangan secara resmi, tante. Kemarin Kairav sudah melamar saya.” Kairav makin terkejut, apalagi ketika Giandra memamerkan cincin berlian yang memang sedari tadi diapakai wanita itu dan sialnya seperti cincin pertunangan. “Wuah!” Sarah menatap takjub keduanya. Lalu segera meraih tangan Giandra. “Panggil mama aja, ya? Dan kamu harus ikut makan malam sama kita. Kamu mau kan, Giandra?” Giandra melirik Kairav yang hanya menghela napas dan kemudian mengusap wajahnya. Kairav terlihat ingin marah, sangat-sangat marah, tapi ia kemudian kembali menatap Giandra dengan senyum penuh cinta dan tatapan sayang. “Iya, kamu ikut aja, sayang.” Bahkan, Kairav mengusap rambutnya yang membuat Giandra melebarkan mata karena terkejut dengan sikap romantisnya. *** Selama makan malam di rumahnya, Kairav berkali-kali mencuri pandang kearah Giandra. Diam-diam Kairav cukup takjub bahwa Giandra sangat memahami table manner, obrolannya kepada mamanya sopan—tidak seperti saat Giandra blak-blakan kepada Kairav, bahkan mamanya terlihat excited ketika mendengar cerita-cerita Giandra. Walaupun seorang call girl, tapi ternyata Giandra sangat menyukai travelling. Ia bercerita pengalamannya ke beberapa negara eropa yang tentu saja tanpa Kairav ketahui, Giandra pergi bersama klien vip-nya saat itu. “Kamu sering travelling seperti itu pasti usahamu sukses ya, Giandra. Kamu buka usaha apa?” Tanya Sarah. “Iya, kakak kerja apa? Model, ya?” Kinan—adik perempuan Kairav yang duduk di kelas tiga smp menimpali. “Soalnya kakak cantik banget.” Di sisi lain Giandra tersipu malu, namun ia juga bingung harus menjawab apa. Tidak mungkin kan kalau ia menjawab bahwa Giandra adalah seorang wanita panggilan untuk lelaki-lelaki hidung belang kalangan vip yang tidak pernah puas dengan s*x? “Giandra dulunya model dari agensi di Paris, ma. Makannya dia sering travelling ke beberapa negara di eropa.” Kairav menyelamatkannya, membuat Giandra mengangguk dan menghela napas lega. “Oh ya?” sambil menyuapkan steik-nya Sarah kembali bertanya. “Agensi yang mana, Giandra? Siapa tahu mama pernah kerjama, atau mungkin bisa Kerjasama?” “Eung, itu—” “Golden Model Agency.” Jawab Kairav lagi. “Enggak begitu terkenal dan lama berkembang, makannya Giandra aku suruh keluar. Sebentar lagi Giandra dan aku menikah, aku nggak mau terlalu sering ditinggal Gia ke Paris.” “Kai, kamu nggak biasanya kaya gini.” Sarah lalu tertawa. Disusul tawa oleh Kinan, Giandra dan Kairav yang tertawa malu-malu sesuai actingnya. Makan malam berlanjut menyenangkan, hingga Kairav kemudian mandi dan meninggalkan Giandra bersama Sarah mengobrol di kamar Kinan, sedangkan Kinan sedang mengerjakan tugas dari sekolahnya. Giandra mengulum bibirnya sambil menyentuh bibir gelas yang berisi s**u vanilla hangat dengan madu, buatan mama Kairav. Biasanya Giandra mengobrol dengan ditemani segelas wine, tapi kali ini dengan s**u hangat dan bersama seorang ibu yang mengira bahwa Giandra adalah calon menantunya. “Rencananya kamu dan Kai mau menikah bulan apa?” tanya Sarah. “Belum tahu, ma. Gia juga nyocokin jadwal syutting Kai.” “Alah, kalau ngikutin jadwal Kai kelamaan. Pernikahan kamu bisa mundur, ih amit-amit deh. Mama nggak mau ya itu sampai kejadian lagi.” “Lagi?” Sarah bahkan terlihat terkejut sendiri dengan kata yang barusan terlontar dari mulutnya. Ia lalu menatap Giandra dengan ragu. “Kairav belum pernah cerita kalau dia pernah batal menikah?” Giandra terdiam sejenak, mencerna kata-kata, lalu menggelengkan kepalanya. Sarah tersenyum miris, sambil meraih tangan Giandra dan menggenggamnya. “Itu pengalaman buruk Kairav tiga tahun yang lalu. Semenjak kejadian tiga tahun yang lalu, mama nggak pernah lihat lagi Kairav menjalin hubungan sama wanita lain. “Ada beberapa kali gossip dengan lawan mainnya, tapi Kairav selalu berani membantah kabar itu. Sampai mama akhir-akhir ini sering dengan kabar tentang hubungan Kairav dan Raul.” Giandra masih terdiam. Ia bahkan menyadari bahwa suara Sarah sedikit tercekat, seperti menahan tangis. Dan benar saja, kini mata Sarah sudah berkaca-kaca. “Mama sudah kenal Raul dari lama, dia sahabat yang baik untuk Kairav. Kamu sendiri, kenal Raul?” “Kenal, ma.” Giandra mengangguk pelan dan dia membohongi Sarah. Karena Giandra sedang berpura-pura menjadi orang terdekat Kairav, jelas Giandra harus mengenal orang-orang terdekat Kairav juga selain dirinya. “Banyak kabar kalau Kairav sudah melenceng, menjalin hubungan dengan Raul. Mama yang dengar itu jelas nggak setuju, Gi. Beberapa kali rekan-rekan mama tanya mengenai hubungan Kairav dan Raul, beberapa dari mereka bahkan mendukung hubungan Kai dan Raul. Tapi gimana ya, Gi? Mama ini ibunya Kairav, yang tahu Kairav dari kecil bahwa dia lelaki maskulin yang… nggak mungkin suka sesama jenis.” “Ma,” Giandra langsung balas menggenggam tangan Sarah. “Mama kenapa kelihatan masih khawatir gitu? Kan sekarang Kairav benar-benar bisa buktiin ke mama dan semua orang kalau Kairav adalah lelaki normal.” Sarah mengangguk, ia berusaha tertawa walaupun terdengar sumbang. “Iya, dia memang sangat normal. Kelihatan dari dia suka wanita yang cantik dan mempunyai tubuh bagus seperti kamu.” Giandra tersenyum dan menatap hangat Sarah. “Gia, boleh peluk mama?” Sarah terdiam sejenak, bingung oleh permintaan Giandra. “Udah lama Giandra nggak peluk dan ketemu mamanya Giandra. Mama Gia sudah tenang di surga.” Raut wajah terkejut jelas terlihat di wajah Sarah. Ia lalu merentangkan tangannya, membuat mata Giandra ikut berkaca-kaca dan dia memeluk mama Kairav. “Mama nggak nyangka akan secepat ini punya mantu loh, Gi.” Sarah tertawa, walaupun kini ia sudah meneteskan air matanya. “Kairav kadang nyebelin kan, Gi? Terus sabar sama Kairav, ya? dia pasti selalu lakukan yang terbaik untuk orang yang dia sayang.” Giandra terdiam. Kairav bahkan selalu membatasi diri dengan Giandra karena terus teringat Raul. Mama Kairav benar, Kairav selalu melakukan yang terbaik untuk orang yang dia sayang. Dan orang yang Kairav sayangi itu adalah Raul. *** “Kai???” Giandra mendorong pintu kamar Kairav sembari membawakan s**u buatan mamanya tadi dan camilan untuk mereka berdua. Sarah bahkan menyuruh Giandra menginap saja dan Giandra sungkan untuk menolak. Giandra lalu meletakkan nampan berisi s**u dan camilan itu di meja panjang yang ada di kamar Kairav. Giandra terduduk di pinggiran kasur, mendengar suara kucuran air dari shower di kamar mandi dan ia berkeliling menatap kamar Kairav. Tidak ada yang spesial, seperti kamar laki-laki biasanya yang terlihat maskulin. Giandra lalu menatap ke nakas dan tersenyum ketika melihat foto di bingkai. Foto Kairav, Nicholas dan Abian yang sedang memakai seragam SMA yang sama. Nicholas terlihat tengil dengan baju dikeluarkan sambil merangkul Abian di tengah-tengah dengan kacamatanya dan lesung pipi di kedua pipinya yang sangat membuat Bian terlihat makin manis, sedangkan Kairav berdiri santai dengan sedikit senyum berpose kearah kamera. “Kairav memang sebenernya punya ekspresi yang sulit diungkapkan kali, ya?” komentar Giandra sambil menaruh bingkai itu lagi. “Dasar, Kai. Sok keren.” Giandra tertawa kecil menamati foto itu, hingga tawanya langsung mereda saat ponsel Kairav diatas nakas berdenting. Ada pesan dari Raul. Raul: I love you. Kamu juga jangan lupa jaga Kesehatan Raul: bsk aku udah sampe Jakarta, beb. Jangan lupa jemput yaa Giandra mengernyit membaca pesan Raul. “Genit banget nih cowok.” “Gi?” Giandra sampai hampir memekik ketika Kairav baru saja keluar dari kamar mandi. “Ngapain kesini?” tanya Kairav yang baru saja keluar dari kamar mandi dengan handuk putih di lilitkan ke pinggangnya dan sambil menggosok rambutnya yang basah dengan handuk lain. Giandra langsung menaruh ponsel Kai dengan panik. “A-aku, aku nganter camilan dari mama!” Giandra lalu berbalik menatap Kai dan oksigen disekitarnya serasa langsung menipis seketika ketika melihat tubuh atletis Kairav yang hanya dibalut handuk dengan lilitan dibawah pinggangnya—memperlihatkan lekukan indah v-line Kairav yang menggiurkan. Ditarik sedikit, maka Giandra akan melihat kejantanan Kairav. Dan otak Giandra makin dibuat kosong saat Kairav berdiri persis dihadapannya, meraih ponsel di nakas. Giandra dapat mencium aroma segar maskulin Kairav yang membuat Giandra ingin memeluk lelaki itu. Hanya berdiri dengan tubuh setengah basah dan harum maskulin, Kairav sudah berhasil membuat Giandra terangsang. Tapi begitu Giandra menatap Kairav, lelaki itu malah tersenyum sambil membalas chat dari Raul. Kairav lalu duduk disamping Giandra dan masih berbalas chat dengan Raul. “Eh?!” Kairav terkejut ketika Giandra langsung mengambil ponselnya. “Apa-apaan sih?! Balikin!” “Cium dulu!” Giandra memajukan wajahnya, membuat Kairav mengernyit. “Hari ini aku sudah banyak bantu kamu untuk menunjukan kalau kamu benar-benar punya pacar cewek. Tapi sekarang kamu malah lebih mentingin pacar cowok kamu itu.” “So what? Raul is my real boyfriend.” “But I’m your real future wife.” Kairav memutar bola matanya. “Terserah, sekarang balikin.” “Kan aku bilang, cium aku dulu. Atau aku enggak akan balikin ponsel—hmmph!” Otot-otot tubuh Giandra sontak seperti terasa melemas saat bibir Kairav mengecup bibirnya. Jemari Giandra meremas seprai ketika Kairav menambah keterkejutannya. Tidak hanya sekadar kecupan, tapi lelaki itu mengulum bibirnya! Kairav menyentuhkan tangannya di tengkuk Giandra dan memiringkan wajahnya. Dia tidak tahu mengapa rasanya ingin lebih dalam mencium Giandra. Kairav menelusupkan lidahnya kedalam mulut Giandra, membuat Giandra membuka mulutnya dan ciuman mereka berdua makin dalam ketika lidah Giandra dan Kairav saling bergulat. Ciuman mereka begitu dalam, hingga terdengar suara cecapan di kamar Kairav. Giandra dapat merasakan rasa mint ketika lidahnya mengabsen tiap deretan gigi Kairav. Karena selama ini bekerja sebagai call girl, Giandra seperti sudah terbiasa memimpin permainan. Giandra kini mendorong pelan bahu Kairav tanpa melepaskan ciuman mereka hingga Kairav terbaring diatas kasurnya sendiri. Kairav memejamkan matanya makin rapat. Jantungnya berdegup kencang ketika jemari lentik Giandra mengusap sensual d**a dan perutnya. Napas Kairav makin berat, bukan karena napsu, melainkan hal lainnya. Semakin sensual perilaku Giandra, semakin napas Kairav terasa sesak. Sekelebatan ingatan demi ingatan hadir dan menyiksa kepalanya yang kin berdenyut kencang. Kairav membuat matanya saat ia merasakan kewanitaan Giandra menindih kejantanannya dan Giandra dengan sengaja menggesekan kewanitaannya dengan sensual ke kejantanan Kairav. Giandra melepaskan ciumannya, terduduk diatas kejantanan Kairav. Napasnya tersenggal karena ciuman mereka yang lama, ia mengibaskan rambut panjang indahnya ke belakang. Giandra terlihat makin cantik di mata Kairav, namun di sisi lain, perasaan Kairav makin memburuk. Bahkan keringat dingin langsung mengucur ketika Giandra melepaskan jaket jeansnya dan menurunkan lengan tank top putihnya. Seolah sudah biasa menampakkannya, Giandra terus menurunkan tank topnya hingga payudaranya yang besar dan indah mencuat dihadapan Kairav. Napas Kairav makin berat ketika Giandra membusung sembari menggesekan kembali kewanitaannya ke kejantanan Kairav sambil meremas payudaranya. “Enghh, Kai—aw!” Giandra tersentak saat Kairav langsung mendorongnya turun dari tubuhnya. “Kai, kenapa?!” Kairav tidak menjawab, ia mengambil ponselnya dengan cepat dari belakang punggung Giandra dan melemparkan selimut putih untuk menutupi tubuh bagian atas Giandra. “Kai?!” “s**t! Diam, Giandra!” Kairav membentak begitu keras sambil memakai celana dan bajunya dengan buru-buru. Giandra sampai dibuat bingung sekaligus cemas saat melihat Kairav yang keluar dari kamarnya begitu saja sambil menggenggam ponsel dengan begitu erat. Giandra meremas selimut diatas tubuhnya. Ia kembali menatap kearah pintu, mengingat wajah ketakutan Kairav tadi.
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD