Bertemu lagi

1085 Words
Hilda diantar oleh sang sopir taksi itu ke hotel di pinggiran kota, hotel yang agak murah ini memang sedikit kamarnya, terkesan seperti kamar kos-kosan mahasiswa, dia melihat sang sopir berbicara dengan seorang petugas keamanan, bahwa wanita yang di bawahnya ini ingin menginap di sini, tapi menginginkan harga yang murah. "Miss, I already told the security guard that you just go in and pay, take it easy, this is the cheapest hotel here!" Ucap sang sopir yang membantu Hilda untuk check in, dia sangat baik dan membantunya, Hilda pun tak lupa melebihkan tarif taksinya, dia sangat bersyukur tidak ditipu di negeri orang. "Thank you very much?" ucap Hilda. Setelah membookingnya untuk dua hari kedepan, Hildapun langsung merebahkan dirinya di atas ranjang kecil yang terlihat bersih itu, dia kemudian bangkit kembali dan membuka jendelanya, benar saja terlihat lampu-lampu jalan mulai menyala, meski di pinggiran kota terlihat kota ini sangat bersih dan tertata. "Sepertinya aku harus berbicara dengan seseorang, di mana aku harus mencari tempat indah lainya di sekitar sini..?" ucap Hilda, dia buru-buru mandi dan ingin mencari makan malam, ketika dia keluar dari kamar yang disewanya itu, dia melihat seorang lelaki, sepertinya habis berkelahi wajahnya babak belur. "Apa kau baik-baik saja..?" tanya Hilda dia lupa ini adalah Jepang dan orang itu mungkin tidak paham bahasanya, pemuda itu hanya memandangnya lalu melewatinya dan kebetulan kamarnya hanya berjarak dua kamar dari kamar yang disewanya. "Eh, iya yah.. ini bukan Indonesia, mungkin dia tidak paham sapaanku, ya udahlah mendingan gue nyari makan dulu" guman Hilda, dia melangkah kan kakinya dengan bimbang, mau bertanya pada siapa? dia melihat nama hotel ini dan memfotonya, dia takut tersasar ketika keluar dari area ini. Dia berjalan mengikuti alur yang di jalanin sopir taksi tadi, yang membawanya ke arah sini, dia sempat melihat ada pusat perbelanjaan, dan seperti banyak yang berjualan cemilan, makanan ringan, sebuah jajanan pinggir jalan. Ketika sampai di sana, dia melihat banyak sekali makanan jajanan pinggir jalan yang menggiurkan, tapi kini dia lupa bahwa dia tidak bisa bahasa Jepang, bagaimana dia akan berbicara dengan penjual itu? apakah mereka mengerti bahasa Inggris, sayup-sayup dia mendengar seorang pria sedang menggerutu menggunakan bahasa Indonesia, ternyata pria yang babak belur tadi, sejak kapan dia berjalan dan sampai di luar di sini..? benak Hilda. "Maaf aku pikir kau bisa berbahasa Indonesia, bisakah kau menolongku? aku ingin membeli makanan untuk makan malamku" tanya Hilda dengan sopan, lelaki itupun membantunya dengan menggunakan bahasa Jepang, membeli beberapa macam makanan dan minuman, dan dia memberikan bungkusan itu pada Hilda. "Eh, sebentar? ini uangnya, aku nggak minta dibeliin" ucap Hilda, ketika dia berkata demikian, dia melihat asisten si pria yang di pesawat tadi, sedang memandangnya, dia berhenti tidak jauh darinya sedang menatap Hilda. "Bos,? ternyata benar wanita itu mudah merayu lelaki" ucap sang asisten pria sombong yang pernah satu pesawat itu, melihat ke arah Hilda. "Benar sekali, wanita itu bahkan minta dibelikan makanan pada pria yang asing, menjijikan mengemis di negeri orang" ucap si pria sombong ternyata dia cukup humble untuk membeli makanan di pinggir jalan. Ternyata Hilda mendengarnya dan menoleh ke belakang, dia ingat betul suara lelaki yang menghinanya di pesawat, dan dia sudah kehilangan kesabarannya, tiba-tiba Hilda mengambil minuman gratis yang sudah tersedia di pinggir jalan yang ditawarkan oleh pedagang minuman itu sebagai tester, lalu melemparnya ke arah pria angkuh itu. "Apa kau gila?" tanya pria angkuh itu, dia memelototi Hilda, dan menghampirinya, karena pakainnya basah, begitu juga dengan wajahnya. "Apa maksudnya kau melempar minuman itu kepadaku?" sekali lagi ucap pria itu, dan Hilda tidak gentar menghadapinya dia langsung menunjuk d**a pria itu dan berkata. "Gua udah cukup sabar, dari pesawat ngedenger hinaan loh, dan lu masih mencibir guadi sini! di Jepang? gua saranin belajar beretika!" ucap Hilda yang sudah kehilangan kesabarannya. "Karena lu perempuan aneh yang rakus dan hobi lu morotin laki-laki" "Plaak" suara tamparan yang sangat keras, dan cetakan tangan itu terlihat jelas di pipi pria angkuh itu, karena kulitnya sangat putih khas bule, sepertinya dia memang blasteran, Hilda sudah tidak bisa menahan emosinya lagi, beraninya dia menghinanya, bahkan mereka tidak saling kenal. "Beraninya lo nilai gua kayak gitu! gua nggak kenal siapa lo, dan lu berani-beraninya ngehina gw, sebagai orang dewasa lu harus punya adab, untuk menilai dan berbicara dengan orang asing, apalagi orang yang gak lu kenal, sampai gua ketemu lu lagi, mulut bau busuk lu ini gua robek ..!" ucap Hilda, dan pria ini menahan emosinya sepertinya dia pun hendak melawan tamparan itu. Sementara di sekitar mereka banyak sekali orang menonton pertengkaran mereka, dan mereka tidak tahu apa yang dibicarakan oleh kedua orang ini, tiba-tiba pria asing yang membelikan makanan itu menarik tangan Hilda untuk pergi dari sana. "Ikuti saya!" ucap pria asing yang kamarnya bersebelahan dengan kamarnya, Hilda menoleh ke samping, dia melihat pria yang babak belur itu menarik tangannya, dan dia mengikutinya begitu saja seperti orang linglung, ketika dirasanya ini bukan jalan menuju hotel di mana dia menginap, dia melepaskan tangan pria itu. "Sebentar, Lo mau bawa gue kemana? jangan coba-coba berniat jahat, gue bisa bela diri loh?" ucap Hilda yang berusaha melindungi dirinya walau bagaimanapun pria ini adalah orang asing juga. "Ke tempat TKI Indonesia biasa nongkrong, ada yang resmi juga ada yang imigran gelap, yang jelas di sana mereka ngejual makanan murah-murah.." ucap pria ini. "Dan siapa namamu?" tanya si pria. "Hilda..." "Oh, panggil aku Ken, makananmu sudah basah dengan minuman, sebaiknya kau buang saja, di depan ada tempat sampah, tempat yang kita tuju banyak makanan.." ucap Ken. "Ok, tapi jangan terlalu malam ya? aku ingin mencari tempat wisata yang indah, yang menyegarkan, untuk menghilangkan stress ku" ucap Hilda. "Aku tau tempat yang menyenangkan di sini, sepi dan menenangkan fikiran.." ucap Ken, seolah dia tahu maksud dan tujuan Hilda pergi ke negeri ini. "Sebentar, muka lu Jepang tapi kok lu bisa bahasa Indonesia?" tanya Hilda. "Itu karena ayahku, orang Indonesia yang kerja disini, lama-lama pindah kewarganegaraan, cuma udah almarhum" ucap Ken. "Turut bersuka cita ya? maaf banyak tanya" ucap Hilda. "Gapapa, ayahku meninggal di tempat simpanannya, jadi apa yg perlu di sedihkan? bagus dia mati, dengan begitu Ibu ku tidak sedih lagi" ucap Ken, yang terlihat brokenhome dan tinggal lama di negeri asing, sepertinya hidupnya sangat keras dengan ibunya. "Di mana tempat tinggalmu mengapa kamu menyewa kamar hotel?" tanya Hilda, dia berpikir kalau mereka sudah lama tinggal di sini dan menjadi warga negara, pasti mereka memiliki rumah tetap, akan tetapi kenyataan Ken menyewa sebuah kamar hotel yang berjarak 2 kamar dari kamarnya. "Sebaiknya lo nggak usah tahu" ucap Ken, dan mereka pun tiba di tempat yang biasa orang Indonesia berkumpul. Bersambung
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD