"Den!! Den Devan!!" Alena menoleh saat Bi Yana memanggilnya dari teras rumah. Dia yang berjalan baru sampai gerbang mengernyit melihat wanita paruh baya tersebut berlari tertatih-tatih menghampirinya. Pak Satpam yang menjaga gerbang hanya tersenyum tipis, menunggu dengan sabar setelah membukakan gerbang untuk sang majikan. "Ini dompetnya ketinggalan." Bi Yana menyerahkan sebuah dompet kulit berwarna hitam. Alena meringis lalu segera menerima dompet yang sebenarnya milik Devan. "Makasih, Bi." Detik berikutnya, Bi Yana sudah sibuk mengamati penampilan Devan dari atas ke bawah. Tadi dia memang sudah heran sejak remaja berusia tujuh belas tahun tersebut sarapan tetapi memilih tidak bertanya apapun karena Bi Yana pikir pasti Devan akan merubahnya. Dia salah karena nyatanya, Devan masih ber