08 - Hampir Bunuh Diri!

1023 Words
Netha menatap pada Reivant yang masuk ke dalam kamar, dengan membuka kancing kemejanya secara perlahan. Netha menahan napas, dan tidak tahu apa yang akan diperbuat oleh Reivant pada dirinya kembali. “Kau masih saja takut dan menangis. Padahal kita akan menikah besok pagi, dan kamu bakalan menjadi milikku seutuhnya!” ucap Reivant mencengkam rahang Netha, dan membelai lembut pipi Netha. Reivant sangat ingin merasakan mulut Netha yang bermain dengan miliknya lagi. “Netha sayang, aku ingin kamu puaskan milikku,” ucap Reivant datar dan membuka celananya di depan Netha. Netha menggeleng, dia tidak mau melakukan hal kurang ajar itu lagi. Dia tak mau merendahkan dirinya lagi, dan akan menjadi perempuan tak memiliki harga diri sedikitpun. Netha menutup mulutnya rapat-rapat dan memejamkan matanya, untuk tidak melihat milik Reivant yang mengacung di depan wajahnya. Reivant yang melihat reaksi Netha seperti itu, langsung mendengkus. Reivant membuka mulut Netha secara paksa dan memasukkan miliknya ke dalam mulut Netha. “Kulum! Aku akan menyobek mulutmu, kalau kau tidak melakukannya perempuan sialan!” ucap Reivant, mendongak merasakan kenikmatan yang dilakukan oleh mulut Netha. Netha terus menangis. Hanya menangis yang bisa dilakukan olehnya. Dia kembali melakukan perbuatan keji ini. Dosa yang dilakukan oleh dirinya sudah tidak terhitung, dan tidak akan diampuni oleh Tuhan. Ya Tuhan … ampunilah dirinya yang penuh dosa ini. Walau kau tidak ingin mengampuni dirinya. Netha kembali menelan secara pahit cairan Reivant. Rasa jijik dan ingin muntah itu dirasakan kembali olehnya. Tetapi, dirinya tidak boleh muntah di depan Reivant. Kalau tidak mau dirinya dihukum lebih dari ini. Netha membaringkan tubuhnya di atas ranjang, dan menyelimuti seluruh tubuhnya. Reivant yang melihat itu mengabaikan Netha. Dan berjalan menuju kamar mandi, dengan keadaan telanjang tanpa memakai sehelai benangpun. Reivant keluar dari dalam kamar mandi, dan memakai pakaiannya. Melihat pada Netha lagi, sepertinya gadis itu sudah tertidur. Reivant berjalan keluar dari dalam kamar. Netha yang mendengar pintu kamar sudah tertutup, segera turun dari atas ranjang dan berjalan cepat menuju kamar mandi. Netha memuntahkan semua cairan yang masuk ke dalam mulutnya tadi. Netha terus membasuh mulutnya, dan menangis histeris. “Aku tidak kuat menahan semuanya! Aku benci diriku Tuhan! Aku membenci hidupku sekarang!” isak Netha di dalam kamar mandi, sambil menyiram tubuhnya. Dia sungguh membenci hidupnya. Kaburpun tidak bisa. Reivant pasti aakn menemukan dirinya. Netha mengelamkan dirinya di bak mandi, membuat dirinya kesulitan bernapas. Perlahan napas Netha tersenggal, dan dia sudah tersenyum karena tidak perlu hidup di dunia ini lagi. Namun, harapannya pupus sudah. Merasakan tangannya ditarik dan tubuhnya diseret kembali masuk ke dalam kamar. Netha meringis merasakan tubuhnya dilempar ke atas lantai. “SIALAN! APA YANG AKAN KAU LAKUKAN HAH?!” Tanya Reivant, menatap tajam pada Netha. Kalau saja dia tidak kembali ke dalam kamar ini, mungkin besok pagi dirinya akan gagal menikah. Dan dia akan gagal mendapatkan keturunan dari perempuan sialan ini. Berani sekali dia ingin bunuh diri. Netha tertawa kecil, dan terus tertawa sambil mengeluarkan air matanya. Netha menatap Reivant nyalang. “Aku ingin mati. Lebih baik aku mati, daripada harus menikah denganmu! Pria yang tidak memiliki hati dan menjadikanku sebagai mesin pencetak anak!” ucap Netha pilu. Reivant menampar pipi Netha keras. “Kau tidak akan pernah bisa mati dengan mudah sayang. Aku tak mengizinkanmu untuk mati. Kau bisa mati setelah memberikan aku anak. Dan sekarang baring di atas ranjang dan tidur!” perintah Reivant, menyuruh Netha untuk naik ke atas ranjang. Netha menatap Reivant tajam, dan mengangguk. Perlahan dia mulai berdiri dan membaringkan tubuhnya di ranjang tanpa mengganti pakaiannya. Reivant yang melihat itu mendesah kasar. Gadis sialan. Merepotkan dirinya saja. Kalau saja tidak membutuhkan Netha untuk mendapatkan keturunan, dia tidak akan mau repot-repot menikahi perempuan menyusahkan itu. Reivant berjalan menuju telepon dalam kamar, dan mulai menelepon ke bawah. Dan langsung diangkat oleh pelayan. “Kau ke sini! Ganti pakaian dia!” perintah Reivant, setelahnya keluar dari dalam kamar. Reivant akan mengawasi Netha dari CCTV. Dan tidak akan membiarkan kejadian itu terulang kembali. Reivant memasuki klub malam dan melihat Zafran yang melambaikan tangan pada dirinya. Reivant segera berjaaln mendekati Zafran dan duduk di depan pria itu, dengan helaan napas berat dan penuh dengan beban pikirannya. Zafran yang melihat itu menaikkan sebelah alisnya. “Hei! Kenapa kau seperti orang frustrasi? Kau besok pagi akan menikah. Seharusnya kau senang dan tidak datang ke tempat terkutuk ini lagi,” ucap Zafran tertawa kecil. Reivant mendelik. “Aku membenci gadis itu. Kalau saja aku tidak membutuhkan seorang keturunan dari hubungan pernikahan yang sah! Aku tidak akan menikah dengannya. Aku akan menjualnya dan menghasilkan uang yang banyak dari tubuhnya yang molek itu,” tutur Reivant, mengambil sekakeng bir dan langsung meminumnya. Zafran tertawa kencang. “Dia membuat ulah? Ternyata ada yang berani melawanmu juga. Dan dia tidak tertarik padamu,” kata Zafran mengejek. Reivant mengangguk, membenarkan apa yang dikatakan oleh sahabatnya itu. Baru kali ini ada gadis yang berani melawan dirinya dan tidak tertarik pada dirinya. Dan dari situ istimewanya Netha ini. Keistimewaan yang membuat Reivant hampir saja darah tinggi, melihat dia yang ingin bunuh diri. “Kau benar. Tapi, aku tidak akan menaruh rasa padanya. Aku hanya ingin anak darinya, dan dia harus memberikan itu. Setelah itu aku bisa mencampakkan dia.” ucap Reivant memanggil salah satu wanita bayaran untuk mendekat dengannya. Reivant membelai paha terbuka wanita itu, dan tersenyum melihat wanita itu menikmatinya. Perlahan Reivant mulai melumat bibir wanita itu dan sangat senang, wanita itu sungguh berpengalaman sekali. Reivant melihat pada Zafran yang sudah bermain dengan wanita bayaran juga. “Aku duluan! Aku ingin menikmati malam yang panjang sebelum aku menikah besok pagi,” ucap Reivant pada Zafran. Zafran mengangguk. “Nikmatilah. Dan jangan lupa untuk membawa satu lagi, biar terasa nikmat,” ucap Zafran mengerling. Reivant tertawa. “Baiklah! Itu tidak buruk juga sepertinya. Aku akan threesome hari ini.” Kata Reivant dan memanggil satu wanita lagi, untuk melayani kebutuhan dirinya. Mari nikmati malam yang panjang, sebelum besok malam dia akan menikmati tubuh molek Netha. Sial! Hanya membayangkan tubuh molek Netha saja, sudah membuat bagian bawah tubuhnya berdiri tegak dan minta dimasukkan ke dalam sarang. Reivant segera menarik kedua wanita ini ke dalam kamar di klub malam ini. Tempat biasa dia meniduri para wanita yang silih berganti setiap malamnya.
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD