Perjalanan panjang dari kampung halamannya menuju kota Bandung sudah Angga lalui, bus jurusan Singaparna - Bandung yang ditumpangi Angga sudah samapi dikepadatan kota, bunyi nyarong klakson bisa jadi nyaring menyapa indra pendengaran Angga saat bus yang ditumpanginya dapat diakses ke terminal menggunakan meter lagi. Maklum saja waktu sudah menunjukkan jam pulang kerja jadi macet tidak akan menjadi hal yang aneh di kota Bnadung.
Dalam kepadatan jalanan Angga menelesik keadaan sekitar, pemandangan bisa mempengaruhi dengan jelas keindahan kota yang akan menjadu tinggal lebih lama dari tahun kedepan. Ingatan Angga melayang jauh di atas sosok yang jauh dari pandangan di atas, dialah perempuan yang selalu tersenyum meneduhkan, dialah yang sekarang masih terbaring lemah di atas ranjang pesakitannya.
Terbuat dari keinginan dihati Angga jika nanti dia ingin meminta Risa pergi bepergian - jalan menikmati keindahan - keindahan panorama alam yang tercipta di setiap celah kota, ciptakan beragai kisah indah bersama dalam setiap kalkulasi waktu untuk kita kenang saat ini sudah menua nanti. Angga juga berharap dia juga bisa menjemput kebahagiaan dunia dan akhirat bersama dengan wanita yang sebelumnya dia pilih diatas ranjang pesakitan.
Diana Merissa perempuan yang akan ditanyakan kelak akan menjadi teman perjalanan ditunda, melewati semua kisah manis pahitnya hidup bersama sampai nanti mereka hidup menua dan bertemu ilahi kemudian dipertemukan dijannahnya nanti.
Saat kaki Angga sudah berdiri tepat di depan gerbang pesantren yang akan menjadi tempat tinggalnya selama lebih dari tiga tahun yang akan datang, Angga melihat gedung pesantrennya yang cukup terbilang mewah, ada harapan besar yang membuncah di dalam relung hati Angga, dia berharap disinilah dia bisa dicari semuanya dari awal, menata semuanya dari nol.
Saat petugas pesantren melihat pertemuan Angga yang hanya berdiri mematung dide [sebuah gerbang dia bertanya siapa dia Angga menjelaskan apa yang terjadi, kemudian dia diminta untuk masuk kemudian petugas yang diminta pergi kekantor sekertariat pesantren, disanalah langgar selama menjadi santri. Setelah semua diselesaikan Angga dibawa ke kamarnya atau orang sunda sering bertemu dengan sebutan kobong, Angga menjadi santri paling baru di antara mereka, karena dia masuk pesantren dua hari yang lalu tetapi karena keputusannya kemarin yang tidak mau pulang alhasil dia baru datang hari ini.
Setiap konbong diisi oleh enam orang, kebetulan Angga satu kobong dengan orang – orang yang tidak dikenalnya karena pada kenyataannya dia memang tidak mengenal siapapun, Angga satu kobong dengan dua orang kelas dua belas yang nantinya akan menjadi kakak kelasnya disekolah, dua orang kelas sebelas yang nanti akan menjadi kakak kelas satu tingkat diatasnya disekolah, dan satu orang kelas sepuluh yang akan menjadi temannya disekolah nanti.
Mereka menerima kehadiran Angga dengan sangat baik, sikap mereka yang ramah membuat Angga bisa lebih cepat berbaur dengan mereka. Sementara dilain tempat, Risa masih berada dalam keadaan yang sangat lemah namun syukurnya sekarang gadis itu sudah bisa membuka matanya, setidaknya hal itu bisa membuat orang – orang disekitarnya bisa merasa sedikit lega.
Rifqo yang pada saat itu menadapatkan titipan surat dari kakaknya untuk Risa juga sedikit merasa lega setidaknya kakaknya masih normal karena menyimpan perasaan kepada Risa yang jelas lawan jenisnya bukan kepada Rama yang memang sesame jenisnya. Meskipun Rifqo jamin jika Angga tidak akan mau mengungkapkan perasaanya sampai kapanpun bukan karena kakaknya pengecut tapi kakaknya adalah laki – laki yang memegang teguh prinsip anti pacaran, karena bagi kakaknya menyatakan cinta pada perempuan untuk dijadikan pacar hanya akan menabung kemaksiatan. Rifqo juga bersyukur jika kakaknya benar – benar mencintai Risa setidaknya dia tidak salah menjatuhkan hati, karena menurut Rifqo Risa adalah perempuan yang baik, shalihah, cerdas, cantik pada intinya Risa adalah perempuan paket komplit yang akan sangat jarang ditemukan diakhir zaman seperti sekarang.
Rifqo duduk diatas kursi rodanya sambil memegang surat dari kakaknya, dia seakan tidak ingin terlambat memberikan surat dari kakaknya kepada Risa, maka dari itu sekalipun dia sudah merasa bosan, Rifqo tetap menunggu Risa bangun dari tidurnya yang sudah cukup lama akiba obat yang diberikan oleh dokter.
“Lihat gara – gara mau memberikan surayt kepada Rissa dari kakaknya dia sampai rela duduk berjam – jam untuk melihat Risa bangun, padahal kalau tidak dititipi surat dia pasti sudah septi cacing kepanasan karena sudah merasa bosa”
Perkataan itu keluar dari mulut mama Lina saat melihat tingkah putra bungsunya, padahal jika kakak beradik itu sedang berdekatan mereka kerap kali terlibat percekcokan, tapi saat smereka berjauhan mereka akan menunjukan kasih sayang dan kepedulian mereka masing – masing contohnya seperti yang Rifqo lakukan sekarang.
“Surat apa teh?”
“Gak tahu katanya dari Aa, waktu aku minta buat lihat katanya gak boleh rahasia cukup aa dan teh Risa saja yang tahu isinya, kitamah cukup do’akan saja mereka segera naik pelaminannya”
Mama Lina terkekeh kecil diakhir kalimatnya saat mengucapkan kembali serentetan kalimat yang dikatakan Rifqo saat dia bertanya mengenai surat yang dititpkan kakaknya, anak bungsungnya itu memang selalu saja mempunyai cara membuat orang –orang terdekatnya merasa tertidur.
“Angga, Risa dan Rifqo sudah dekat sejak mereka kecil, mereka tumbuh layaknya kakak beradik, mereka memiki hubungan yang sangat dekat antara satu dengan yang lainnnya, ketika salaah satu diantara mereka ada yang terluka maka yang lain aka ikut merasakan sakitnya seperti sekarang ketika Risa sakit maka Rifqo dan Angga seakan ikut merasakan kesakitan yang Risa rasakan”
Angga, Risa dan Rifqo sudah sangat dekat dari mereka kecil, mereka sudah terbiasa hidup bersama namun tidak pernah melupakan batas yang mereka miliki dengan Risa yang memiliki jenis kelamin berbeda, Rifqo yang memiliki usia paling muda diantara Risa dan Angga selalu mendapatkan limpahan kasih sayang dengan cara yang berbeda dari keduanya, mendapatkan pengarahan positif dari keduanya. Oleh karena itu, ketika Rifqo melihat Risa yang tadi belumnya sadarkan diri dia sangat merasa begitu sedih, tapi dia sangat berterima kasih kepada Allah SWT karena sudah membuat Rissa terbangun.
“Bagi Risa, kalian mungkin keluarga keduanya, selain kepadaku dia mungkin berani membagi apapun baik itu bahagianya atau dukanya hanya kepadamu yang dia anggap ibu keduanya, dia bisa meminta pertolongan dan meminta uluran tangan hanya kepada putra – putramu yang dia anggap sebagai saudara - saudaranya”
“Yang sabar Kin, ini mungkin cobaan untukmu, putrimu adalah orang yang kuat, putrimu sudah aku anggap seperti putriku sendiri”
Mama Lina tersenyum sambil memeluk ibu Kina, dua perempuan itu seakan tengah saling menguatkan dalam kepedihan yang sedang dialaminya.
“Mah aku mau keluar dulu ya, mau cari udara segar, teh Risa kayaknya masih lama bangunnya”
“Kemana ?”
“Ke taman rumah sakit”
“Yasudah ayo biar mama temani”
“Tidak usah mah, kasihan bi Kina dia sendirian menunggu teh Risa, aku sendiri saja nanti diluar biar minta temani sama suster”
“Benar ya minta temani sama suster”
Rifqo hanya menganggukan kepalanya sambil mengajungkan jempolnya, setelah ucapan yang diucapkan Rifqo, kursi roda yang didudukki Rifqo menghilang dibalik pintu yang perlahan mulai kembali tertutup, seperti yang dikatakannya kepada sang mama, saat sampai diluar kamarnya Rifqo meminta diantarkan menuju ke taman rumah sakitkepada salah seorang suster yang pada saat itu tidak sengaja melewat didekatnya, karena jika terus memutar kursi rodanya menggunakan sebelah tangannya bisa – bisa bukan hanya sebelah tangannya yang harus dipasang gips tapi keduanya.
Ditaman rumah sakit tidak banyak yang dapat Rifqo lakukan kecuali duduk berdiam diri sambil melihat orang – orang berwajah pucat berja;anmondar – mandir sambil menenteng cairan inpus atau orang – orang yang duduk dikursi roda dengan wajah bosannya.
Tiba – tiba sebuah tepukan lembut dibahu Rifqo membuatnya tersadar dari titik fokus yang sejak tadi dia pandang, Rifqo menolehkan kepalanya kearah belakang mencoba mencari tahu siapakah gerangan pelaku yang baru saja menepuk bahunya, dibelakangnya berdiri sosok perempuan cantik berbalun gaun indah yang membuatnya terlihat seperti perempuan kota.
“Sendirian saja, Aa kamu kemana ?”
“Pergi ke kota, dia masuk pesantren di kota sambil sekolah”
Rifqo kembali memandang lurrus kearah depan, mencoba mencari titik fokus ternyaman untuk dia pandang, perempuan yang barusaja memandangnya itu ikut mendudukan tubuhnya diatas sebuah kursi yang ada ditaman rumah sakit.
“Apa ? Aa kamu ke kota sejak kapan dia pergi lama dong ya dikotanya”
“Yaiya atuh teh, namanya juga pesantren”
Rifqp terssenyum mendengar ucapan perempuan yang sekarang duduk disampingnya, kentara sekali jika perempuan disampingnya itu merasa kaget mendapat kabar jika kakaknya sudah pergi kekota, ada helaan nafas kekecewaan yang terdengar dari mulut perempuan itu seakan dia merasa kecewa tidak dapat bertemu Angga sebelum dia pergi ke kota.
Anggita Putri Anggraeni itulah nama lengkapnya, tapi Rifqo sering menayapanya dengan panggilan teh Anggita, perempuan itu sering sekali menanyakan kabar tentang kakaknya, tidak tahu apa maksud dan tujuannya, tidak tahu dia mencintai kakaknya atau apa yang pasti ada sesuatu yang Anggita tuju kepada kakaknya, Rifqo tidak akan peduli hal itu selama Anggita tidak mengusiknya dan mengusik orang – orang yang dicintainya. Anggita kakak kelas lebih tinggi tiga tingkat diatas Rifqo atau lebih tepatnya adik kelas satu tingkat dibawah kakaknya dan juga Risa. Rifqo tahu Anggita adalah perempuan cantik dengan gayanya yang ke kota- kotaan khas modern yang selalu menjadi perebutan bayak laki – laki, sehingga akan begitu mudah baginya mendapatkan pria manapun untuk menjadi kekasihnya, namun Rifqo yakin tidak untuk kakaknya karena hati kakaknya sudah terpaut kuat kepada perempuan yang Rifqo rasa memang sangat tepat untuk kakaknya.
Selain cantik Anggita juga merupakan anak dari seorang pengusaha dikota Jakarta dan cucu dari seorang ustadz terkenal yang sering mendapat panggilan tausiah keberbagai kota, dan menjadi tokoh masyarakat yang sangat dihormati dikampungnya. Jika benar Anggita mencintai Rifqo maka akan Rifqo katakana untuk pertama kali dalam seumur hidupnya jika dia sangat luar biaa hebat, mengapa Rifqo berkata demikian ? karena kakaknya sudah berhasil memikat hati anak miliarder dan cucu orang terpandang dikampungnya.
Tapi seperti yang Rifqo katakana sekalipun banyak perempuan berjajar mengejarnya kakaknya tidak akan pernah memandangnya karena tujuan kakaknya hanya ssatu yaitu menghalalkan perempuan yang sudah dicintainya sejak lama. Diana Merissa, perempuan yang sebenarnya adalah sahabat kecilnya namun dari kebersamaan mereka yang berstatus sahabat itu menimbulkan perasaan lebih dari sekedar sahabat
#R05 - 02/17/2020