Ponsel yang terus berdering di genggaman tanganku tak kunjung kujawab. Iya, Kak Bie yang sedang menelponku. Malam-malam seperti ini untuk apa Kak Bie menelponku. Mau menjawab panggilan telponnya aku tak berani. Selain aku belum siap berdebat kembali dengan Kak Bie, juga aku tak enak hati jika sampai Mas Roy mendengar aku sedang bertelpon dengan kakakku itu. Seusai makan malam tadi, aku izin untuk masuk kamar terlebih dahulu. Sementara Mas Roy masih sibuk bermain catur dengan Papa. Satu notifikasi pesan masuk membuatku ragu, haruskah membacanya atau tidak. Tapi aku sempat melihat kata sakit yang diketikkan oleh Kak Bie. Aku tidak tenang, kuambil napas dalam lalu kembali melihat ponsel dan kubuka pesan dari Kak Bie . "Zie, Kakak sedang sakit. Datanglah ke rumah. Hanya kamu yang bisa menyem