MONSTER

1510 Words
Menyingkirkan banyak orang tidaklah seburuk itu karena aku sudah melakukannya selama bertahun-tahun. Aku menghukum mereka, aku membalas perlakuan mereka lalu tenggelam dalam tawa karena itu sangat menyenangkan. Kau tahu wajah yang tersiksa itu? Terbunuh secara langsung mungkin akan lebih baik daripada melewati siksaan yang tiada habisnya.  Aku tahu kau membenci banyak orang, bahkan jika membunuh tidak termasuk dalam dosa besar aku yakin kau akan melakukannya. Kau hanya menahan dirimu- tidak, menurutmu membunuh atau menyimpan dendam kepada orang lain akan membuang-buang tenagamu dan membuatmu terlibat dalam situasi yang tidak sama sekali tidak perlu. Kau selalu beranggapan bahwa membenci orang lain hanya membuatmu merasa lapar karena energimu terkuras untuk orang itu, tetapi sekarang situasi mulai berubah: karena kau memilikiku. -Monster in My Dream- ***  “Apa yang kau lakukan disana? Kenapa tidak berkumpul dengan keluarga?”  Hah, ini melelahkan. Seharusnya aku sudah berada di dalam kamar karena aku memiliki banyak lembaran yang belum aku baca dan besok aku harus masuk untuk mengawasi ujian. Kenapa mereka tidak membiarkanku tenang malam ini dan menceramahiku besok pagi?  “Lalu kau bertengkar sampai membuat rekan kerja sepupumu menangis hanya karena dia mengingatkanmu tentang warna dress mu yang berbeda, kau membuat ibu malu. Apa sebenarnya yang ada dalam pikiranmu? Belum cukup membuat ibu malu setiap mendatangi pernikahan anak saudara dan mereka menanyakan tentangmu lalu sekarang kau membuat kekacauan di pesta pernikahan sepupumu? Kau ini benar-benar..”  Aku hanya diam karena aku tahu jika aku mengeluarkan sepatah kata dari mulutku, aku mungkin akan menyakiti hatinya jadi untuk mencegah hal seperti itu terjadi lebih baik aku mengunci mulutku sendiri.  “Kau tidak akan memberi tahu ibu apa yang kau lakukan disana?”  “Aku hanya mengatakan padanya untuk berhenti memanfaatkanku,” sahutku, “aku juga bertanya padanya apa itu menjadi salahku jika pria yang disukainya malah menyukaiku dan dia marah. Ibu tahu sendiri jika orang-orang akan cenderung marah ketika ada yang mengatakan kebenaran tentang diri mereka dan aku hanya mengatakan itu.”  “Kau pikir kau berkuasa hanya karena wajah cantikmu? Kenapa kau menyinggung perasaan orang lain?” teriak ibu.  “Setidaknya aku tidak pernah memanfaatkan wajahku untuk menjatuhkan orang-orang tertentu.”  “Krystal!”  Itu suara ayahku. Dia adalah seorang pensiunan angkatan darat dan kepribadiannya cukup keras, dia sangat menjunjung tinggi harga diri jadi jika ada siapapun itu yang membuatnya merasa malu, ayah akan marah.  Ayah berjalan mendekatiku, “kau tahu dimana letak kesalahanmu?” tanyanya.  “Aku tidak berkumpul dengan keluarga.”  “Kau memiliki alasan, bukan? Katakan alasannya.”  “Mereka hanya ingin membanding-bandingkan aku dengan anak-anak mereka, untuk aku itu semua benar-benar tidak penting, ayah.”  Awalnya aku hanya akan menjawab simpel seperti ‘tidak penting’, namun jika aku menjawab seperti itu, aku benar-benar tidak bisa tidur sebelum lewat tengah malam jadi aku lebih memilih untuk memberi cukup alasan. Bagaimanapun ayah lebih paham daripada ibu yang memang selalu menganggap bahwa aku sudah mempermalukan keluarga, ayah lebih rasional.  “Lalu apa alasanmu membuat perempuan itu menangis?”  Tersenyum, aku menjawab. “Dia hanya memainkan perannya, dia yang menghinaku dan dia juga yang menyiramku. Bukankah lebih masuk akal jika aku yang menangis sekarang?”  “Kau mengenalnya?”  Aku mengangguk, “dia salah satu teman sekelasku di SMA. Jika ayah mengingat seorang gadis yang pernah menyebarkan rumor bahwa aku hamil, itu dia.”  “Lalu tidak ada yang perlu dipermasalahkan. Kau harus mengajar besok, jadi tidurlah.”  Sudah aku bilang kalau ayah lebih baik dari ibu dalam hal ini. Aku bisa melihat ekspresi tidak terima ibu saat ayah menyuruhku untuk tidur, ibu pasti belum selesai bicara tetapi aku sudah sangat lelah karena aku mengikuti semua acara dari pagi sampai malam sementara para orangtua tidak diharuskan untuk mengikuti acara sore hari. Mungkin bagi anak-anak muda lainnya ini tidak melelahkan, tetapi bagiku yang lebih senang menghabiskan waktu sendiri dan tiba-tiba berada di tengah-tengah kerumunan membuatku sangat lelah.   Sebelum aku menutup pintu kamar, aku mendengar suara protes ibu kepada ayah tetapi aku tidak ingin mendengarnya. Jika aku ditanya apakah aku kecewa dengan perkataan ibuku, aku akan mengatakan tidak. Aku tidak sedang mencoba menjadi anak yang baik tetapi setelah apa yang pernah terjadi sebelumnya, kesalahanku yang menyebabkan ibu harus kehilangan putra kesayangannya, aku tidak akan melakukan protes lebih. Dia pasti belum bisa melupakan putra kesayangan yang bahkan aku sudah lupa wajahnya seperti apa, kejadiannya sudah sangat lama.  Aku melepaskan gelang yang aku pakai dan hendak menuju kamar mandi, namun sebuah bayangan terlintas di kepalaku. Senyum dari laki-laki yang mengembalikan gelangku, senyum paling hangat yang pernah aku lihat. Aku tidak bisa menilai orang dengan sekali pertemuan tetapi siapapun perempuan yang menjadi pasangannya, aku rasa dia pasti jatuh cinta berkali-kali dengan senyumannya. Beruntungnya dia. ***  Dimana ini? Kenapa sangat gelap disini?  Aku mengitari ruangan yang sangat gelap, benar-benar gelap tanpa cahaya sedikitpun tetapi tidak ada rasa takut dalam diriku. Aku berjalan dengan penuh percaya diri sebelum kemudian sebuah cahaya mulai terlihat sedikit demi sedikit, cahaya itu justru menimbulkan kegelisahan dalam diriku seakan-akan ada yang menungguku, sosok yang tidak aku nantikan tetapi dia menungguku.  “Krystal?”  Siapa itu? Suara siapa itu?  Tidak bisa mengeluarkan suara, aku tidak bisa mengatakan apapun dan hanya terus berjalan. Aku melangkah ke arah cahaya yang memperangkapku dalam kilauannya. Suara langkah kaki mendekat dan aku tidak bisa menggerakkan kakiku. Ini gila, siapa sosok yang sedang berjalan mendekatiku?  “Sepertinya kau tertarik dengannya, benar?”  Apa maksudnya? Aku tertarik dengan siapa? Dia berjalan dengan sangat cepat, pergerakannya hampir tidak bisa aku lihat. Siapa dia?  “Aku sudah menunggu cukup lama untuk hari ini,”   Sosok yang mengeluarkan suara menggema itu berhenti tepat di hadapanku, dia melepas tudung yang menutupi separuh wajahnya dengan hati-hati sebelum tersenyum lebar dengan gigi-gigi taringnya.   s**t. Apa-apaan ini?  “Kenapa kau terkejut? Kau sudah melihatku sebelumnya, bukan?”  Sekali lagi, aku tidak bisa berbicara jadi aku hanya bisa berekspresi. Aku tidak tahu sosok apa yang sedang berdiri di hadapanku tetapi mengapa dia bisa memiliki wajah yang sama persis dengan laki-laki yang mengembalikan gelangku? Bedanya mereka berdua memiliki aura yang berbeda, jika yang satu memancarkan kehangatan tetapi sosok dihadapanku ini memberiku sensasi dingin yang mencekik. Selain gigi taringnya yang entah menghilang kemana sekarang, ada bekas luka di bibir bawahnya, dan bagian mata sebelah kanannya memiliki bagian putih yang lebih banyak sehingga bagian hitamnya terlihat seperti sebuah titik namun mata kirinya sama seperti manusia normal. Ah, bagian bawah kedua matanya juga berwarna hitam seperti orang yang baru selesai berkelahi.  Siapa dia?  “Oliver Kei.” Katanya tiba-tiba, “emosi negatif dari orang yang mengembalikan gelangmu.”  Apa maksudnya dengan emosi negatif? Alter ego?  “Kau bisa menyebutku seperti itu, hanya saja aku berada di luar kendalinya. Dia adalah dia dan aku adalah aku. Kami berbeda meskipun dia adalah pemicu keberadaanku.”  Lalu apa yang membuatnya muncul disini- tidak, dimana aku?  “Mimpimu. Butuh waktu bertahun-tahun untuk bisa berhasil muncul dalam mimpimu, ternyata Oleander itu memang pemicu untuk segala keinginanku. Ah, jangan salah paham, dia tidak tahu bahwa aku ada,” ucapnya sambil terkekeh.  Oleander? Ck, apa yang sedang dia katakan?  Dia semakin mendekat padaku, mengikis jarak diantara kami dan aku benar-benar tidak bisa bergerak. Seluruh tubuhku seakan-akan membeku dan dia mengambil semua perhatianku.  “Kau memilikiku sekarang, aku juga bisa menjadi emosi negatifmu,” bisiknya pelan.  Aku mengamati wajahnya, mereka berdua benar-benar sama. Tapi tidak apa-apa, semuanya akan baik-baik saja setelah aku bangun nanti, dia akan menghilang seperti tidak pernah ada.  “Dia akan semakin mendekat padamu.”  Dia? Aku benar-benar bingung, jadi dia membicarakan siapa?  “Laki-laki yang kau kagumi, kalian akan semakin sering bertemu,” sosok yang mengaku bernama Oliver Kei itu mendengus geli, “akhirnya takdir yang ditunggu-tunggu datang. Ini akan menjadi sangat menarik, akhirnya aku akan mengambil peran setelah mengamati sejak lama.”  Oliver.. Oleander.. ini semua tidak nyata, bukan? Benar, ini hanya terjadi dalam mimpiku. Semua akan kembali normal setelah aku terbangun.  “Oleander Kai, dia seorang dokter di rumah sakit. Kau akan langsung bertemu dengannya setelah membuka mata.”  Ini mimpi, dia bisa mengatakan apapun.  “Kau akan langsung mempercayaiku begitu kau membuka mata,” dia mengulurkan tangannya dan menyentuh bahuku. “Baiklah, sekarang sudah waktunya. Pergilah.”  Dia mendorongku, dia mendorong tubuhku yang membeku. Rasanya aku baru melewati sebuah ruang kosong yang hampa. Aku melihatnya sedang tersenyum melihat aku terjatuh, dia bahkan melambaikan tangannya dan seluruh aura gelap dan dinginnya menyelimutiku. Ini seperti sebuah lubang besar dan dalam, gelap dan dingin sehingga aku tidak tahu harus melakukan apapun selain memejamkan mata. Aku baik-baik saja sebelum tertidur tadi, tapi mengapa sekarang rasanya aku akan segera mati?  “Saat kami membangunkannya untuk sarapan, dia sudah tergeletak di lantai. Kami berdua tidak tahu harus bagaimana.”  Samar-samar sebuah suara menembus telingaku, itu suara ibu. Siapa yang tergeletak di lantai? Jangan-jangan ayah?  “Putri kami akan baik-baik saja, bukan?”  Tidak, itu suara ayah. Dia baik-baik saja, tapi siapa yang dia maksud dengan putri? Aku? Tidak, tidak mungkin kalau ini yang dimaksud oleh sosok Oliver Kei di dalam mimpiku tadi. Apa sekarang aku akan bertemu dengan Oleander Kai? Bagaimana jika itu benar? Apa itu artinya aku harus mengakui keberadaan monster itu?  “Kami akan melakukan pemeriksaan lebih lanjut, apalagi dengan luka di kepala bagian sampingnya. Tetapi tidak ada yang serius namun kami perlu memastikannya dengan pemeriksaan lanjutan.”  Buka matamu! Apa yang sedang terjadi, kenapa aku kesulitan membuka mataku? Satu.. dua.. tiga.. buka sekarang!  Putih. Aku juga mencium bau-bau khas rumah sakit, kenapa lenganku juga sakit? Dimana aku sekarang?  “Dokter Kai, pasien sudah sadar.”  Pasien? Dokter Kai? Apa aku benar-benar berada di rumah sakit? Tapi kenapa aku bisa berada disini? Semalam aku hanya tidur dan..  Seorang dokter datang mendekat, dia mengeluarkan semacam senter dari dalam saku jas dokternya untuk memeriksa mataku yang belum bisa fokus sepenuhnya. Aku belum mati, kan?   “Nona Krystal? Nona bisa mendengar saya?”  Suara ini.. aku berusaha memfokuskan mataku dan dia benar-benar ada disini. Oleander Kai, dia benar-benar menjadi orang pertama yang aku lihat setelah membuka mata. Sebenarnya apa yang sedang terjadi? ***
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD