Untunglah

1156 Words
Selamat membaca.... Ajak yang lain baca juga yaaa? Aqira mengerjapkan matanya, perlahan menyusuri ruangan tempatnya tertidur. Dia segera bangun dan melihat ke arah jam dinding yang tergantung di dinding kamar itu. "Sudah jam 8, lama sekali aku tidur." Tiba tiba perutnya berbunyi. "Lapar sekali, dari siang aku belum makan, sebaiknya aku memasak saja dulu." lalu bangkit dari tempat tidurnya. Saat akan memasuki dapur terdengar pintu rumahnya di ketuk seseorang. "Siapa yang bertamu malam malam begini?" gumamnya. Aqira mengurungkan niatnya untuk memasak dan segera berjalan ke arah pintu. Pintu dibukanya, menampakkan seseorang yang menatapnya tajam. "Brian.. K...kau sedang apa di sini.. dari mana kau tau rumahku?" Aqira begitu ketakutan melihat kedatangan sang suami. Brian menyeringai menatap Aqira "Terakhir kali kau bilang ingin menjadi seorang istri yang baik dan lihatlah sekarang, inikah yang kau sebut istri yang baik hmmm..? Istri yang tidak pulang ke rumah suaminya? Dan kau tanya dari mana aku tau rumah gubukmu ini? Asal kau tau sekalipun kau sembunyi di lubang semut pun aku tetap bisa menemukanmu!" berdiri dengan tangannya bersedekap di dadanya. Tanpa menunggu jawaban Aqira, Brian menarik lengan Aqira kasar. "Ikut aku!!" "Aku tidak mau, pergilah sendiri aku tidak sudi tinggal satu atap denganmu, kau monster!!" Aqira meronta melepaskan tangannya tapi tidak cukup kuat melawan cengkeraman pria itu. "Kau pikir kau punya hak untuk menolak huh? Sejak kau menerima pernikahan ini, kau harus tunduk akan perintahku!!" semakin kuat mencengkeram lengan Aqira. "Kau jahat Brian, aku membencimu!!" teriak Aqira. "Hahaha... aku memang jahat, kau baru tau ya?" Brian terbahak bahak. "Lebih baik menurutlah, kalau tidak aku akan melakukan sesuatu yang buruk padamu." ucap Brian menyeringai lalu menarik lengan Aqira. "Aku tidak mauu...lepaskan aku..."Aqira meronta. "Aaaa...." pekik Aqira Brian tidak sabar lagi, dia langsung membopong Aqira di pundaknya bak memikul karung beras. Kepala Aqira benar benar pusing karena tiba tiba tubuhnya dibalikkan ke bawah. Tangannya mengepal memukul punggung Brian, tapi tidak juga membuat Brian kesakitan. Saat akan mendudukkan Aqira di samping kemudi mobil, Aqira tidak menyianyiakan kesempatan, giginya dengan geram menggigit bahu Brian yang mana membuat Brian memekik kesakitan. "Aaah... sial*n." umpatnya. Saat Brian lengah Aqira langsung mendorong tubuh kekar pria itu hingga terjungkal ke tanah, lalu berlari kembali ke rumah. Belum beberapa meter dia berlari tangan pria itu sudah terlebih dulu meraih pinggangnya. "Lepaskan aku...!!" teriak Aqira. "Kau menggigitku gadis rubah, kau harus membayarnya." Brian kembali mengangkat tubuh Aqira. Brian melempar tubuh Aqira di kursi belakang kemudi mobil hingga tubuhnya terjatuh telentang. Yang lebih membuat Aqira terkejut ketika Brian ikut masuk dan menindihnya. "A..apa yang kau lakukan, minggir!!" pekik Aqira. "Kau menggigitku, apa kau sudah tidak sabar ingin menikmati tubuhku hmm..?" Tubuh Aqira kian bergetar ketakutan mendengar ucapan suaminya itu. "A..apa maksudmu...." "Apa maksudku? Maksudku adalah..." Tanpa aba aba Brian langsung menyerang bibir Aqira. Seketika tubuh Aqira menegang mendapat serangan dari Brian. Aqira meronta memukul kuat tubuh pria itu. Mendapat perlawanan dari gadis itu, tangan Brian bergerak menangkup kedua tangan Aqira dan menguncinya di atas kepala gadis itu. Brian melumat bibir tipis Aqira, tapi gadis itu tetap kekeuh mengatupkan bibirnya yang mana membuat Brian geram lalu menggigit bibir yang terasa kenyal itu. Aqira memekik dan tentu saja tidak disia siakan oleh Brian dan langsung melesatkan lidahnya menyusuri rongga mulut gadis itu. Brian mencecapi bibir gadis yang sudah menjadi istrinya itu. Tubuh Brian menegang, dia menginginkan lebih dari ini. Bibirnya mulai turun menyusuri leher gadis itu, mengabaikan Aqira yang meronta ronta minta dilepaskan. Brian menyesapnya dengan penuh hasrat, sungguh Brian belum pernah merasakan kenikmatan seperti ini. Rasanya berbeda dengan wanita wanita bayaran yang dimainkannya setiap malam. Sebelah tangan Brian turun membuka kancing baju Aqira yang dia kenakan saat itu. Tangannya bergerak menyentuh bagian d**a Aqira, setelah puas bibirnya juga ikut menikmati tubuh gadis itu. Seketika tubuh Brian terdiam saat merasakan tubuh gadis di bawahnya itu tidak lagi meronta dan mendengar isakan tangis dari mulut gadis itu. Tubuh Brian bergerak bangkit dari tubuh Aqira dan dengan cepat Aqira merapikan bajunya yang sudah kusut tak terkira. Brian masih memperhatikan gadis itu, apa yang aku lakukan, aku sudah berjanji pada diriku untuk tidak akan menyentuhnya rutuk hati Brian. Brian membuyarkan lamunannya dan segera berpindah ke kursi kemudi. Membiarkan Aqira masih dengan isakan tangis memilukan. Brian melajukan mobilnya dengan kencang membuat Aqira terkesiap lalu mengeratkan pegangannya pada kursi mobil. Selama diperjalanan yang terdengar hanyalah isakan tangis Aqira disertai suara deru mobil yang sedang dijalankan. "Tidak bisakah kau diam?" bentak Brian sudah yang tidak tahan mendengar tangisan Aqira. Aqira menahan tangisnya hingga membuat dadanya sesak. Aqira begitu ketakutan terhadap pria yang telah melecehkannya itu. Walau pun Brian suaminya, tapi tetap saja Aqira tidak rela menyerahkan kehormatannya pada pria kejam ini, sungguh dia tidak rela. Tubuh Aqira meringkuk di pojok kursi belakang, mencari perlindungan di sana. Ayah ibuu tolong aku....batin Aqira dengan nafas yang memburu akibat menahan tangis. Setelah 40 menit menempuh perjalanan akhirnya mereka sampai di rumah baru mereka. "Turun." ucap Brian. Aqira tidak bergeming, masih setia dengan lamunannya . "Hei turun!!" bentaknya lagi. Aqira terkesiap, mobil sudah berhenti lalu matanya menoleh menyusuri dari balik kaca mobil. Sebuah rumah mewah kini tetangkap penglihatannya. "Hei kau tidak dengar, turun!!" teriak Brian lagi. Aqira tidak menjawab dan segera turun dari mobil, saat ini dia sungguh takut terhadap pria itu. Melihat sikap Aqira yang sedikit berbeda membuat Brian bertanya tanya Apakah gadis itu menjadi bodoh karena kejadian tadi? Mungkinkah gadis itu sungguh masih suci? pikirnya. Aqira masih setia berdiri di depan pintu rumah itu "Kenapa tidak masuk, apakah kau ingin tidur di luar?" ucap Brian menghampiri Aqira setelah menyimpan mobilnya. Lagi lagi Aqira tidak menjawab dan berlalu dari hadapan Brian. Dahi Brian berkerut, Beraninya dia mengabaikanku gumamnya. "Kau mau kemana kamarnya di atas, apakah kau mau tidur di dapur?" ucap Brian saat melihat Aqira berjalan ke arah dapur. Aqira menghentikan langkahnya lalu bergerak menaiki anak tangga tanpa mempedulikan Brian yang menatapnya dingin. "Memang dasar gadis ini" umpatnya saat Aqira lagi lagi mengabaikannnya. Di kamar saat Aqira hampir manutup matanya tiba tiba terdengar suara bariton dari arah ranjang. Seperti biasa mereka akan tidur terpisah, Aqira tidur di sofa dan Brian tidur di ranjang. "Kau takut padaku?" tanya Brian dingin "Ti..tidak kenapa aku harus takut " jawab Aqira tanpa menoleh ke arah Brian. "Baguslah kau tidak takut, tidak akan seru nanti jika kau menjadi penurut, aku jadi tidak punya alasan menyiksamu." ucapnya terkekeh dengan nada menghina. "Dan untuk kejadian tadi, lupakan saja, aku hanya mengujimu tadi, aku tidak tau kau hanya berpura pura atau memang kau gadis polos seperti yang dikatakan orangtuaku dan aku juga tidak peduli sama sekali. Kau tidak perlu takut aku akan menyentuhmu kau sama sekali bukan tipeku hahaha." ucapnya meledek Aqira. Brian sengaja mengatakan itu karena tidak mau Aqira tau bahwa sebenarnya dia sangat menikmati tubuh Aqira. Jangan sampai dia termakan omongannya sendiri. Aqira kesal sekaligus lega mendengar bahwa dia tidak tertarik dengannya, jadi Aqira tidak perlu takut menghadapi pria kejam itu. Terserah mau Brian berpikir apa tentangnya yang penting jangan sampai dia menyentuhnya lagi.
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD