Like dulu baru baca?
Ajak yang lain baca juga ya
Seminggu berlalu, Aqira menjalani kehidupannya dengan damai, bagaimana tidak, semenjak pagi yang menyebalkan itu Brian tidak pulang sama sekali.
Pastinya Aqira merasa senang, dia bisa melakukan aktivitasnya tanpa cacian dari pria itu. Tapi kadang dia juga sedih, suaminya tidak pulang pergi tanpa mengatakan apa apa. Aqira merasa dirinya seperti istri yang tidak dianggap.
Sore ini Aqira sedang bersantai di sebuah kursi panjang yang berada di sudut ruangan yang mengarah ke kolam renang.
Aqira mengistirahatkan tubuhnya setelah melakukan pekerjaan rumah tangga tadi.
Walaupun di rumah itu ada beberapa pelayan, Aqira tetap saja sesekali melakukan kegiatan itu.
Aqira begitu menikmati pemandangan ini,
bias matahari senja yang memantul ke permukaan kolam renang, begitu memanjakan matanya.
Di temani dengan musik klasik kesukaannya menambah suasana syahdu yang cukup menghangatkan hatinya yang tidak tenang karena suami kejamnya tidak pulang sejak seminggu terakhir.
Tanpa Aqira sadari ternyata hatinya selalu dipenuhi lelaki itu.
Lelaki yang selalu menghinanya, lelaki yang selalu berbuat kasar padanya, entah kenapa hatinya bisa bergetar kepada lelaki kejam itu.
Tiba tiba lamunan Aqira buyar saat suara yang cukup familiar memanggil namanya.
"Mommy..." Aqira berbalik lalu berjalan mendekati ibu mertuanya dan memeluk wanita yang sudah dia anggap sebagai ibu kandungnya itu.
"Kau sendirian di rumah sayang? Dimana suamimu?" ucapnya membalas pelukan Aqira.
"Aa... Brian masih di kantor Mom, dia masih banyak pekerjaan." jawabnya berbohong.
Aqira tidak tau harus mengatakan apa pada ibu mertuanya itu, tidak mungkin dia mengatakan kalau anak nakalnya itu tidak pulang sejak seminggu yang lalu.
"Mom mengerti dia memang pria yang sibuk,
kau tidak kesepian di rumah ini kan?"
"Tidak Mom di sini ada banyak pelayan, aku bisa mengajak mereka mengobrol sesekali." ucapnya tersenyum ceria.
"Baguslah kalau begitu"
"Bagaimana kabar Daddy dan Sasa Mom?" tanya Aqira sembari menuntun Risa ke kursi yang dia duduki sebelumnya.
"Mereka baik baik sajam"
Risa menjeda kalimatnya sejenak.
"Daddy selalu bertanya apa kau sudah hamil." ucapnya lalu tertawa.
Wajah Aqira seketika menjadi murung akibat ucapan Risa.
"Daddymu itu seperti anak kecil, dia kira membuat anak itu seperti membuat boneka." tawa Risa tergelak saat mengingat tingkah sang suami tempo hari.
Aqira tersenyum kecut menutupi kegugupannya. Begitu besarkah harapan Ayah dan Ibu mertuanya ingin menimang cucu pikirnya.
"Mommy ke sini ingin memberitahumu kalau mulai minggu depan kau harus mengikuti program hamil, ya sayang?" pinta Risa.
"Ya Tuhan bagaimana ini, Brian saja tidak mau menyentuhku bagaimana aku bisa hamil, sedangkan aku juga tidak mau menyerahkan kehormatanku pada pria kejam itu.
Aku tidak mau!!" batin Aqira
Aqira tersenyum meringis "Kalau untuk itu aku perlu membahasnya dengan Brian, bagaimana pun juga dia adalah suamiku."
"Tentu saja sayang, sekarang hubungi suamimu, Mom ingin mendengar tanggapannya."
Aqira kelabakan mendengar permintaan sang ibu mertua.
"K ..kenapa harus sekarang Mom kurasa Brian sedang sibuk, nanti saja aku mengatakannnya setelah suamiku pulang dari kantor."
"Sudah hubungi saja, dia kan suamimu dia tidak akan keberatan kalau kau yang menghubunginya."
"Baiklah Mom." ucapnya lalu mengulurkan tangannnya mengambil ponselnya yang tergeletak di atas meja kecil di depannya.
Aqira tidak tau lagi harus membuat alasan apa, mau tidak mau dia harus menuruti keinginan ibu mertuanya itu.
Tangannya membuka ikon pada ponsel itu, mencari nama pria itu, tapi tidak ada kontak sang suami di dalam sana.
Aqira menggeser layar ponselnya mencari cari nama yang mungkin ia lupakan nama kontak suaminya.
Tangannya sudah menggeser layar ponselnya dari atas sampai bawah tapi nihil, tidak ada kontak suaminya di situ.
Semua itu tidak luput dari pandangan Risa "Kenapa sayang, cepat hubungi suamimu Mom sudah tidak sabar memberitahukannya." ucapnya bersemangat.
Aqira meringis "Maaf Mom sepertinya aku lupa menyimpan nomor Brian." ucapnya lalu menggaruk kepalanya yang tidak gatal sama sekali.
"Apa.. Kau bercanda? Hampir sebulan kalian menikah tapi tidak memiliki nomor ponsel?"
"Pasangan macam apa kalian"?
Risa begitu syok mengetahui hal ini, dalam pikirannya muncul pertanyaan.
"Apakah selama ini Brian mengabaikan Aqira?"
"Ti..tidak begitu Mom, kami selalu bersama seminggu ini jadi kami sampai lupa untuk saling bertukar nomor." Aqira berusaha mencari alasan supaya ibu mertuanya tidak curiga.
"Untuk apa kami bertelepon kalau kami berdekatan." ucapnya tersenyum manis.
"Oh begitu, kalian ini memang mesra sekali, sampai lupa bertukar nomor hahaha." meledek Aqira.
Huh untunglah Mommy tidak curiga menghela napas lega.
"Ya sudah, ini nomor ponsel Brian segera hubungi dia." ucapnya sambil merogoh dalam tasnya mengambil ponselnya.
Hah apalagi alasanku ya Tuhan, batin Aqira.
Aqira mulai mengetikkan nomer sang suami setelah itu menyimpannya.
"Aqira sayang, nama apa yang kau buat untuk kontak suamimu, apa ini hanya "Brian" saja?"
"No no no kau harus membuat panggilan sayang untuk Brian ok?" cecar Risa.
"Kemarikan biar Mommy ganti." mengambil ponsel Aqira dari tangannya lalu mulai mengetikkan sesuatu.
Aqira hanya menurut saja apa yang dikatakan ibu mertuanya itu.
"Ini baru benar, sekarang hubungi suamimu."
Aqira melihat layar ponselnya tertulis "My Beloved Husband"?
Ya ampun ibu mertuaku ini.
Aqira menekan tombol memanggil di layar ponselnya, setelah beberapa detik terdengar nada sambung, menandakan bahwa nomor itu aktif.
"tuuut ...tuuut.."
"Ya Tuhan semoga tidak diangkat" batinnya.
Sampai nada sambungnya berhenti dan terdengar suara yang memberitahukan kalau panggilannya tidak diangkat.
"Kupikir Brian sibuk Mom, besok saja."
"Coba sekali lagi."
Aqira menurut lalu memanggil nomor suaminya.
Aqira berharap panggilan ini juga tidak dijawab. Tapi sepertinya Tuhan berkehendak lain.
Terdengar suara Bariton yang familiar bagi dua wanita itu dari ponsel Aqira.
"Halo!!" ketus suara itu.
Aqira hanya diam saja tidak menjawab suara itu, sampai Risa memberinya kode untuk menjawab.
"Ha ..halo." ucapnya terbata bata.
"Siapa ini!!" masih dengan nada ketus.
Ya ampun pria ini tidak ada hangat hangatnya sedikitpun, begitu dingin dia pantas diberi gelar kulkas tiga pintu batin Aqira.
"Ini aku... Aqira..."
" Ohh ternyata kau gadis rubah, mau apa menelponku."