1 tahun kemudian.
Keadaan SMA BIRU JAYA semakin ramai ketika Orion sang kapten basket dan Rigel yang merupakan anggota tim basket memasuki lapangan basket SMA BIRU JAYA.
Ya. Saat ini Rigel sudah masuk di SMA BIRU JAYA bersama Luna dan Genta di kelas yang sama yaitu 10 IPS 2. Saat dulu mendaftar SMA, sebenarnya Luna tidak ingin bersekolah di SMA BIRU JAYA. Luna ingin bersekolah di sekolah lain yang Luna pikir cocok untuk dirinya. Namun apa boleh buat. Saat kelulusan SMA, Rigel langsung meminta nya untuk mendaftar di SMA BIRU JAYA, agar Rigel bisa selalu berdekatan dengan Luna.
Awalnya Luna tidak mau, Rigel pun juga tidak memaksa dan akan mengikuti kemana pun Luna bersekolah, namun kedua orangtua Rigel dan Orion meminta Rigel untuk masuk ke SMA BIRU JAYA, karena disana ada Orion yang akan menjaganya.
Awalnya Rigel tidak mau, karena Luna juga tidak akan bersekolah di SMA BIRU JAYA, pada akhirnya orangtua Rigel, Orion, dan Genta memohon kepada Luna untuk bersekolah di SMA BIRU JAYA agar Rigel juga mau untuk bersekolah disana.
Karena tidak enak hati, akhirnya Luna pun mengiyakan. Dan ya seperti inilah sekarang, Luna menjadi murid di SMA BIRU JAYA bersama dengan Rigel, Orion dan Genta.
Hari-hari mereka di SMA BIRU JAYA menyenangkan dan masih baik-baik saja karena sudah banyak yang mengetahui bahwa Luna adalah pacar dari Rigel. Jadi meskipun banyak yang menyukai Luna, tetap saja tidak ada yang berani mendekati Luna. Karena jika mereka mendekati Luna, itu sama saja dengan mereka mencari mati.
Rigel tidak pernah main-main dengan orang-orang yang menyukai Luna. Ia selalu memusuhi orang tersebut, apalagi jika Bipolar Disorder nya kambuh, ia bisa mencelakai orang itu. Atau bahkan Rigel bisa mencelakai dirinya sendiri karena merasa tidak becus menjaga Luna.
Hari-hari baik sudah mereka lalui di SMA.
Setengah tahun di SMA BIRU JAYA masih biasa saja, mental illness yang dimiliki oleh Rigel belum kambuh dengan parah. Hal itu tentunya membuat Genta, Luna, dan Orion merasa lega. Karena jujur saja mereka tidak tahu apa yang akan terjadi jika mental illness Rigel tiba-tiba kambuh dengan parah.
Karena yang mengetahui bahwa Rigel memiliki mental illness berupa Bipolar Disorder dan Anxiety Disorder yang berada di sekolah hanyalah Luna, Orion, Genta, dan beberapa guru di sekolahan.
Lapangan basket SMA BIRU JAYA hari ini sangat ramai, SMA BIRU JAYA mengadakan pertandingan antar kelas yang tentunya menarik minat para siswa untuk melihatnya. Termasuk Luna dan kedua temannya yaitu Ariel dan Tania.
Saat ini Luna bersama Ariel dan Tania melihat pertandingan basket antar kelas itu.
"Lun, kak Orion ganteng banget yakk. Bisa gitu ya muka cowok secakep itu astaga. Bilangin Rigel dong boleh ga kalo kakaknya buat gua aja" ujar Ariel kepada Luna.
"Hahahaha bilang sendiri sana. Atau kalo ga malah lo bilang sendiri sama Bang Orion nya langsung hahahah" ujar Luna.
"Ga mau ah Rigel kan nyeremin. Apalagi kalo diganggu dikit duh senggol bacok dia itu mah. Diemnya cuman sama lo aja dia tuh Na" ujar Ariel yang hanya membuat Luna tersenyum saja.
Sekali lagi, memang yang mengetahui jika Rigel mempunyai mental illness yaitu Bipolar Disorder dan Anxiety Disorder hanyalah keluarga Rigel, Luna, Genta dan juga beberapa guru di sekolahan. Jadi wajar saja jika Ariel berkata demikian.
Pertandingan basket pun sudah selesai dan akhir dari pertandingan ini dimenangkan oleh kelas Orion. Tentu saja, karena di kelas Orion memang cowok-cowok yang ikut bermain adalah anggota tim basket. Apalagi ada Orion yang merupakan ketua tim basket di SMA BIRU JAYA.
Setelah semuanya membubarkan diri, Rigel mendekati Luna dan mengajak Luna untuk ke kantin. Rigel berjalan sembari menatap Luna yang saat ini juga menatapnya sembari terus tersenyum.
Aku janji Gel, ga akan ninggalin kamu. Batin Luna.
"Luna ayo ke kantin yuk" ujar Rigel.
Namun Luna tidak langsung mengiyakan, karena memang Luna sedang ada perlu dengan Rio, temannya.
"Iya Rigel, sebentar ya aku ada perlu sama Rio, kamu ke kantin duluan aja ga papapapa Gel, pasti kamu juga kecapean dan haus kan. Maaf ya aku lupa tadi beliin kamu minum" ujar Luna.
"Ngapain kamu ada perlu sama dia. Kamu selingkuh? Mana orangnya biar aku habisin itu orang" ujar Rigel yang mental illness nya tiba-tiba kambuh.
"Rigel bukan gitu, kamu jangan salah paham gitu. Tadi ada guru yang manggil Rio dan nitip ini ke aku. Aku harus kasih ini ke dia dulu. Karena kata guru ini penting" ujar Luna dengan ketakutan.
"Yaudah mana. Biar Genta yang kasih" ujar Rigel kepada Luna sambil merebut kertas yang ada digenggaman Luna membuat Luna khawatir dan takut jika nanti kertas itu akan robek, tapi untung saja kertas yang direbut oleh Rigel itu tidak sobek.
Untung aja kertas itu ga sobek. Batin Luna.
"Genta" panggil Rigel pada Genta. Genta pun langsung mendekati Rigel.
"Iya kenapa bro" ujar Genta.
"Kasih ini ke yang namanya Rio" ujar Rigel sambil menyerahkan kertas itu ke Genta dan langsung menyeret Luna ke kantin.
"Sayang pelan-pelan" ujar Luna kepada Rigel.
Rigel pun mengatur kembali tempo jalannya menjadi sedikit pelan daripada sebelumnya.
Tak berapa lama kemudian, Rigel dan Luna pun sampai juga dikantin.
Mereka duduk di bangku paling pojok kantin. Karena itu memang spot duduk favorit mereka berdua.
"Sayang kamu mau makan apa? Biar aku pesanin" tanya Luna kepada Rigel.
Namun Rigel tetap diam dan tidak mengubris omongan dari Luna.
"Yaudah aku pesenin soto kesukaan kamu ya. Sebentar aku pesen dulu" ujar Luna yang meninggalkan Rigel dan pergi ke penjual soto karena sedari tadi Rigel tidak menjawab omongannya.
Mungkin Rigel marah. Batin Luna.
Sesampainya di penjual soto, Luna pun langsung memesannya. Takut jika Rigel menunggu terlalu lama.
"Mang Soto nya 2 yaa. Es Tehnya 1 sama Es Jeruknya 1" pesan Luna kepada mamang penjual soto.
"Siapp neng. Duduk dimana?" tanya mamang itu.
"Di pojok ya mang yang ada Rigel nya, jadinya berapa?" tanya Luna sembari mengeluarkan uang.
"Oh iya neng yang biasa di pakek sama mas Rigel ya. 20 ribu aja neng" ujar mamang soto.
"Iya mang. Ini ya mang" ujar Luna sembari mengeluarkan uang dan diberikan kepada mamang soto.
"Makasih neng" ujar Mamang soto.
"Iya mang" jawab Luna.
Bukan karena apa Luna mengatakan tempat yang biasa ada Rigel. Karena memang meja pojok kantin itu selalu ditempati oleh Rigel. Dan orang-orang atau penjual kantin pun juga sudah tau mengenai Rigel dan tempat duduknya.
Luna pun langsung kembali ke tempat duduknya bersama Rigel. Namun, Rigel masih tetap diam saja. Belum mau diajak berbicara.
Berbagai cara telah Luna pakai, supaya Rigel tidak lagi marah dan mau mengobrol dengan Luna lagi. Namun percuma, Rigel masih saja diam.
"Sayang, jangan marah" ujar Luna. Namun Rigel masih diam saja dengan nafas yang tak beraturan.
"Neng ini Soto nya sama esnya" ujar Mamang Soto yang memberikan pesanan Luna ke meja Luna.
"Makasih ya mang" ujar Luna.
"Sama-sama neng" jawab mamang soto.
"Sayang ini aku udah beliin soto kesukaan kamu. Dimakan yaa" ujar Luna.
"Ga" jawab Rigel singkat dan ketus sekali.
"Sayang, kamu makan ya. Nanti kamu sakit loh. Ah atau aku suapin yaa. Bentar aku tiupin dulu" ujar Luna yang langsung meniup nasi soto yang ada di sendok.
"Ini Rigel sayang dimakan enak loh. Apalagi ini kan soto favorit kamu Gel" ujar Luna sembari mendekatkan sendok itu ke mulut Rigel.
"Ah atau kamu mau kuahnya dulu? Ini sayang" ujar Luna yang sudah kehabisan akal.
Namun tanpa disangka, sendok yang berada di depan mulut Rigel itu terhempas oleh tangan Rigel dan membuat isi sendok tersebut yaitu kuah yang panas mengenai tangan Luna.
"Awhhh sakit. Aduhh panass... panas banget" ujar Luna memegang tangannya sembari meniup tangannya berharap panas yang dirasakan kulit tangannya akan segera hilang.
Hal itu membuat Rigel tersadar dan langsung panik sekaligus cemas melihat tangan Luna memerah karena kuah soto yang tak sengaja ia buang dan mengenai tangan Luna.
"Sayang maaf sayang, aku.. aku ga sengaja sayang. Astaga sayang Luna tangan kamu merah. Maaf sayang. Ini semua salah aku" ujar Rigel sangat khawatir.
"Maaf aku ga sengaja Luna maaf. Aku emang bodoh banget Lun. Maaf sayang" ujar Rigel sangat marah dan khawatir.
"Ga papa Rigel. Ini bukan salah kamu Gel" ujar Luna.
"Ayo kita harus ke UKS secepatnya sayang" ujar Rigel sembari mengenggam tangan Luna penuh kehati-hatian.
Sesampainya di UKS, Rigel langsung meminta petugas UKS untuk segera mengobati tangan Luna yang memerah.
Setelah petugas itu mengobati tangan Luna. Rigel langsung melihat lagi tangan Luna dengan cemas. Terlihat sangat kentara sekali wajah Rigel yang sangat cemas melihat tangan Luna saat ini.
"Luna maaf aku ga sengaja" ujar Rigel berkali-kali dengan rasa yang sangat bersalah.
"Luna aku anterin kamu pulang sekarang aja yaa. Biar kamu bisa istirahat. Biar nanti suratnya diurus sama Genta. Bentar aku kabarin Genta dulu" ujar Rigel yang langsung menelfon Genta dan meminta Genta untuk membuatkan surat pulang untuk Luna.
"Rigel gausah. Aku ga papa Gel. Kamu tenang aja. Ini semua bukan salah kamu Rigel" ujar Luna.
"No, Luna. Kita pulang sekarang" ujar Rigel dengan nada tegas.
Jika Rigel sudah menggunakan intonasi yang tegas dalam pengucapan katanya, maka itu artinya perkataan Rigel sudah bulat dan tidak bisa diganggu gugat. Luna pun akhirnya pasrah dan pulang bersama dengan Rigel.
Luna dan Rigel pun sekarang sudah berada di jalan menuju rumah Luna dengan mobil Rigel.
Rigel mengendarai mobil itu sendiri, karena walaupun Rigel belum genap berumur 17 tahun, dia sudah dibolehkan oleh orangtuanya untuk mengendarai mobil sendiri. Lagipula itu juga keinginan dari Rigel.
Di jalan, Rigel selalu mengatakan kata maaf kepada Luna. Bahkan saking banyaknya Rigel mengucapkan kata maaf, Luna sampai tidak bisa menghitungnya.
"Luna aku minta maaf" ujar Rigel untuk yang kesekian kalinya.
"Rigel aku udah maafin kamu. Kamu tolong jangan minta maaf minta maaf lagi" jawab Luna yang sudah pening dan bosan mendengar kata maaf dari Rigel. Padahal sedari tadi Luna sudah berkata kepada Rigel bahwa ia tidak apa-apa dan ini semua bukan salah Rigel. Namun tetap saja Rigel berkali-kali minta maaf.
Namun tanpa disangka setelah Luna mengatakan itu, Rigel langsung menepikan mobilnya di jalanan yang cukup ramai.
Karena Rigel yang menepikan mobil secara mendadak, membuat mobil di belakang Rigel meng klakson mobil Rigel dengan kencang. Banyak makian yang didapatkan Luna dan Rigel saat itu. Kelakuan Rigel ini tentunya bukan hanya membahayakan Luna dan Rigel saja, namun juga membahayakan pengguna jalan yang lainnya.
"Luna, maaf aku emang sakit, maaf aku ga bisa jagain kamu Na. Aku.... Aku cuman bisa nyusahin kamu.. Aku cuman bisa nyakitin kamu. Aku ga berguna Na. Aku emang cowok yang ga berguna Na. Maaf" ujar Rigel yang menunduk sembari menangis.
"Rigel, maksud aku bukan gitu Gel. Aku ga bilang kamu kayak gitu Gel" ujar Luna yang khawatir kepada Rigel.
"Luna, aku ga berguna. Mendingan aku mati aja ya kan. Lagian ngapain juga aku hidup kalo aku ga ada gunanya aku cuman bisa nyakitin kamu aja Na" ujar Rigel yang langsung turun dari mobil dan berlari di tengah jalan dibersamai dengan bunyi klakson yang lagi-lagi terdengar nyengir dan memekakkan telinga.
"Rigellllll" teriak Luna yang langsung menyusul Rigel.
Saat ini Rigel sudah ditengah jalan, dan saat akan melangkah lagi, tiba-tiba ada truk yang melaju kencang ke arahnya.
"Rigellllll awas" teriak Luna sembari berlari menarik Rigel.
Rigel dan Luna pun selamat dari tabrakan truk tersebut.
"Luna kamu ga papa?" tanya Rigel sembari mengecek Luna.
Kemudian datang banyak orang dan membantu Luna dan Rigel untuk ke tepi.
Setelah berada di tepi jalan, Tiba-tiba Orion dan Genta masuk ke dalam kerumunan tersebut sembari mengechek keadaan Luna dan Rigel. Tak lupa juga mereka pun langsung berterimakasih kepada orang-orang yang tadi menolong Luna dan Rigel.
Kemudian Luna dan Rigel dibawa masuk ke mobil Rigel yang saat ini dikendarai oleh Genta dengan Orion yang duduk disebelahnya.
Luna masih menangis. Tadi, ia hampir kehilangan Rigel. Bila telat sedikit saja menarik Rigel, maka Luna dan Rigel mungkin tidak akan di mobil Rigel saat ini.
"Luna aku... " ujar Rigel menyesal kepada Luna.
"Rigel. Aku ga mau kehilangan kamu. Tolong jangan kayak gitu lagi. Aku ga mau" ujar Luna sembari memeluk Rigel dan menangis.
"Maaf. Aku cuman ga mau kamu sakit karena aku Na. Tadi aja tangan kamu merah karena aku ga sengaja numpahin kuah soto yang masih panas ke tangan kamu. Aku cuman bisa nyakitin kamu aja Na" ujar Rigel juga sembari menangis.
"Aku ga papa Rigel. Siapa bilang kamu nyakitin aku? Ga ada kan Gel? Karena kamu ga bikin aku sakit, tapi kamu selalu bikin aku bahagia Gel. I'm okay" ujar Luna.
"Tapi Na" ujar Rigel masih tidak yakin dengan dirinya sendiri.
"Kenapa Gel? Aku ga papa. Aku selalu ga papa asalkan kamu ada terus sama aku Gel. Asal kamu ga ngelakuin hal bodoh kayak yang tadi coba kamu lakuin Gel. Aku ga bisa ngeliat kamu kayak gitu" ujar Luna.
Hari itu, Genta dan Orion menjadi saksi dua orang yang saling mencintai, saling takut untuk kehilangan.