Part 3

2084 Words
Bel pulang sekolah pun berbunyi. Luna dengan segera membereskan bukunya karena Luna sudah janjian dengan Genta. Mereka berdua janjian untuk pergi bersama ke rumah Rigel. Orion tidak bisa ikut pulang bersama mereka kali ini, karena sepulang sekolah Orion yang sudah kelas 9 SMP harus mengikuti tambahan pelajaran untuk menambah dan mengulangi materi khusus untuk kelas 9. Luna pun menuju ke tempat janjian bertemu dia dengan Genta yaitu di gerbang depan sekolahan.                       Sewaktu Luna sampai di koridor sekolah, Luna bertemu dengan Tania dan Ariel. "Na, mau kemana?" tanya Tania. "Ikut kita yuk Na" ujar Ariel. "Aku mau pergi, ga bisa ikut kalian deh. Emang kalian pada mau kemana sih?" tanya Luna kepada Ariel dan Tania. "Hehehhe mau ke mall Na" ujar Ariel. "Emang kamu mau kemana Na?" tanya Tania. "Ah, aku  belum bilang ya ke kalian berdua? Aku mau ke rumah Rigel" ujar Luna. "Iya deh yang punya pacar mah beda ya Tan" ujar Ariel. "Jelas dongg" jawab Tania. "Kalian mau ngapain di mall?" tanya Luna. "Biasa Na, mau cuci mata hahahah. Sama mau beli novel sih sebenarnya" jawab Ariel. "Hahaha kalo ada yang ganteng satu bungkus ya buat aku" ujar Luna bercanda. "Iya gila kali kita kayak gitu, ntar langsung dapet bogeman mentah tuh cowok yang kita bungkus. Rigel kan cinta mati sama kamu Na" ujar Tania sembari tertawa. "Hahahah kalian bisa aja" jawab Luna. "Yaudah Na, kita duluan ya mobilnya udah dateng. Kamu hati-hati ya" ujar Ariel. "Sipp, kalian juga harus hati-hati ya" jawab Luna. Luna pun melanjutkan perjalanannya menuju ke gerbang untuk bertemu dengan Genta. Sesampainya di gerbang Luna langsung berjalan menuju ke arah Genta yang ternyata sudah menunggu. "Sorry ya Gen, lama gua" ujar Luna. "Santai Na ga papa kok. Gua juga belum lama sih disini" jawab Genta. "Syukur deh kalo gitu. Soalnya tadi gua ngobrol dulu sama Ariel sama Tania juga hehehe" jawab Luna. "Mau berangkat kapan Na?" tanya Genta lagi. "Sekarang juga ga papa Ta" Jawab Luna. Setelah bertemu, Genta dan Luna pun berangkat menuju ke rumah Rigel. Di jalan, mereka berdua kembali ngobrol untuk mengisi waktu luang karena hari ini seperti biasanya jalanan jakarta macet. "Lun, gua seneng lu mau nerima Rigel apa adanya. Rigel beruntung banget punya lo Lun" ujar Genta kepada Luna. "Gua sayang banget sama Rigel, Gen. Gua ga akan pernah ninggalin Rigel" ujar Luna. Syukur deh. Gua tenang. Batin Genta. Setelah memakan waktu 30 menit, akhirnya Luna dan Genta pun sampai di rumah Rigel. Luna pun mengetuk pintu rumah Rigel, dalam ketukan pertama dan kedua masih belum ada jawaban atau tanda-tanda pintu akan dibuka, namun dalam ketukan ketiga akhirnya pintu pun terbuka dan menampilkan sosok Mama dari Rigel. "Eh Luna sama Genta. Ayo sini masuk sayang" ujar Mama Rigel sembari membawa mereka masuk ke dalam rumah Rigel. "Iya Ma" ujar Genta dan Luna yang memang memanggil Mama Rigel dengan sebutan Mama. Mereka pun sampai di ruang tamu, Genta dan Luna pun langsung menanyakan tentang keberadaan Rigel. "Mah, Rigel dimana ya? " tanya Luna yang sudah khawatir kepada Rigel. "Duduk dulu ya, biar Mama nyusulin Rigel dulu sambil buat minum" ujar Mama Rigel. "Eh gausah repot-repot Mah" ujar Luna. "Udah ga papa. Mama ga repot kok" ujar Mama Rigel. Mama Rigel pun masuk ke kamar Rigel. Rigel masih tertidur. Mama Rigel pun mencoba untuk membangunkan Rigel dengan penuh kehati-hatian. "Rigel, bangun sayang. Ada Genta sama Luna mereka mau jengukin kamu" ujar Mama Rigel yang membuat Rigel bangun. "Iya mah" ujar Rigel masih setengah mengantuk. "Ada Genta sama Luna di depan mau jenguk kamu" ujar Mama Rigel. "Luna? Mah Rigel takut Luna ga mau nerima Rigel. Rigel udah sakit kan mah. Rigel ga bisa jagain Luna lagi. Pasti nanti Luna bakalan ninggalin Rigel kan mah. Rigel udah ga berguna lagi Mah" ujar Rigel khawatir dan sedih. Terlihat sekali dari raut wajah Rigel dan juga keringat yang sangat banyak dikeluarkan oleh Rigel bahwa Rigel sangat takut sekali saat ini.Mama Rigel pun mencoba untuk menenangkan Rigel dengan memberi pengertian bahwa Luna tidak akan pergi meninggalkan Rigel dan Luna pasti akan menerima Rigel apa adanya. "Sayang, Luna pasti mau nerima kamu kok. Kamu yang tenang yaa" ujar Mama Rigel. "Mama bohong. Pasti Luna kesini karena mau mutusin aku Mah" ujar Rigel. "Engga sayang. Mama ga bohong" ujar Mama Rigel masih mencoba untuk menenangkan Rigel. Namun, tak disangka Rigel malah semakin buruk moodnya, dia juga semakin panik. Bahkan dia melempar semua barang di mejanya. Sampai terdengar bunyi pecahan kaca. Selain melempar barang yang ada di dekatnya, Rigel juga berteriak tidak jelas. Teriakan tersebut sangat amat keras. Bunyi pecahan kaca dan teriakan yang sangat keras itu tak ayal membuat Luna dan Genta langsung naik ke kamar Rigel. Saat menuju ke kamar Rigel, perasaan Luna dan Genta sudah tidak karuan lagi. "Rigel" lirih Luna memanggil ketika melihat kamar Rigel yang berantakan dan saat ini Rigel sedan duduk meringkuk di pojokan kamar dan dengan keringat yang mengucur deras sembari mengangkat pecahan kaca yang ia taruh ke pergelangan tangannya. Tentunya hal itu membuat Mama Rigel, Luna, dan Genta ketakutan dan sangat khawatir jika saja nanti Rigel mencoba untuk menggoreskan pecahan kaca tersebut ke nadinya. "Kalian ngapain disini pergi. Pergi aku bilang atau kalian emang beneran mau aku mati iya?" ujar Rigel sembari mendekatkan pecahan kaca itu ke tangannya. Membuat Mamanya berteriak khawatir. "Rigel jangan sayang" ujar Mama Rigel. "Rigel berhenti, kamu mau ngapain Rigel" ujar Luna serak karena Luna berbicara sembari menangis. Sementara itu, saat ini Genta sedang menenangkan Mama Rigel yang tadi sangat khawatir melihat Rigel seperti itu. "Aku tau Luna, Aku tahu kenapa kamu kesini. Aku tahu pasti kamu kesini mau mutusin aku kan. Iya kan. Kamu ga mau lagi sama aku kan. Iya aku sakit aku udah ga bisa jagain kamu. Kamu mau pergi kan dari aku. Kalo gitu, kalo kamu mau pergi ninggalin aku mending aku mati aja" ujar Rigel dengan nada bergetarbergetar sembari menggoreskan kaca itu ke tangannya sendiri, hal itu pun membuat Luna bergerak maju ke arah Rigel dan mencoba untuk melepaskan tangan Rigel yang mengenggam kaca tersebut. Luna pun akhirnya berhasil melepaskan kaca tersebut dari genggaman Rigel, walaupun tangan Rigel sudah ada yang berdarah. "Rigellll. Aku ga akan ninggalin kamu. Aku sayang sama kamu. Aku terima kamu apa adanya. Tolong kamu jangan kayak gini, aku gamau kehilangan kamu" ujar Luna sembari memeluk Rigel dan menangis. "Tapi aku sakit Na, aku-ak-aku sakit aku gila, aku ga bisa lagi nanti jagain kamu Na" ujar Rigel memelas masih dengan nada bergetar. "Gel, aku sayang banget sama kamu. Aku ga mau kamu terluka atau ngelukain diri kamu sendiri, aku sayang sama kamu. Sekarang ikut aku ya kita bersihin luka ditangan kamu biar ga infeksi" ujar Luna yang akhirnya membuat Rigel luluh dan mau untuk dibersihkan lukanya. Hal itu tentunya membuat Luna lega dan mengeratkan pelukannya ke dalam tubuh Rigel. "Luna kamu janji kan ga bakalan ninggalin aku kan?" tanya Rigel lagi lirih. "Iya, aku janji. Aku cuman bakalan pergi kalo kamu yang nyuruh aku pergi" jawab Luna. "Aku ga akan penah nyuruh kamu pergi Na, aku bakalan terus-terusan sama kamu. Aku sayang banget sama kamu Na. Aku ga bisa kalo ga sama kamu Na" ujar Rigel. Hal itu tentunya juga membuat Mama Rigel dan Genta menghela nafas lega. Hal yang sedari tadi mereka pikirkan enyah begitu saja. Mereka tadi sempat memikirkan kemungkinan-kemungkinan terburuk yang akan terjadi jika Luna tidak bisa menenangkan RigelRigel dan Rigel masih saja mengamuk. Tapi syukur, mereka sangat bersyukur karena Luna bisa menenangkan Rigel dengan baik. *** Setelah hari itu, Luna dan Rigel semakin dekat. Bahkan seantero sekolah pun sudah tau mengenal hubungan Luna dan Rigel. Banyak yang mencap Luna dan Rigel sebagai Couple Goals. Rigel memang selalu menunjukkan sikap bahwa ia sangat menyayangi Luna. Karena Rigel tidak mau jika ada cowok lain yang mendekati Luna. Jadi sebisa mungkin Rigel selalu ingin menjadi yang terbaik untuk Luna dengan mengerahkan segala cara. Walaupun tidak satu kelas, Rigel dan Luna selalu terlihat bersama di luar kelas. Bahkan saat akan ke kantin pun Rigel selalu datang menjemput Luna di kelasnya Luna. Saat ini pun mereka sudah berada di kelas 9 SMP, dan Orion, kakak Rigel pun sudah lulus dari SMP BIRU JAYA dan melanjutkan studinya ke SMA BIRU JAYA. Mentall Illness yang dimiliki oleh Rigel pun terkadang juga kambuh, kadang Bipolar Disorder nya yang kambuh, kadang Anxiety Disorder nya yang kambuh dan bahkan pernah keduanya kambuh secara bersamaan. Tapi untung saja Luna dan Genta bisa mengatasi itu semua dan juga obat yang diberikan oleh Psikiater sangat membantu Rigel untuk menengan kan emosinya. Selain itu keluarga Rigel juga sangat rutin menemani Rigel untuk meninum obatnya agar Rigel tidak lupa untuk meninumnya. Namun kali ini sedikit berbeda dari biasanya. Ada yang berbeda di SMP BIRU JAYA. SMP BIRU JAYA menjadi tuan rumah acara Turnamen Basket antar Sekolah Menengah Pertama. Hal itu membuat SMP BIRU JAYA tidak mengadakan kegiatan belajar mengajar selama satu minggu. Namun mereka tetap diwajibkan untuk datang ke sekolah, karena terdapat beberapa kegiatan yang harus mereka ikuti. Sebagai gantinya, mereka diajarkan untuk berwirausaha dengan cara membuka stand-stand fashion, food, drink dan lain-lain saat acara Turnamen Basket antar Sekolah berlangsung. Karena turnamen basket tersebut mereka manfaatkan sekaligus untuk melakukan bazar kewirausahaan. Hal itu dikarenakan banyaknya peserta dan pendukung yang pastinya akan mampir di stand-stand yang dibuat oleh siswa SMP BIRU JAYA tersebut. Kelas Luna membuat stand makanan ringan yaitu Cireng, Gorengan, Cilok, Sempol, dan Takoyaki. Sementara itu kelas Rigel membuat stand makanan berupa Ciki-Ciki beraneka ragam dan juga minuman es milo, es teh, es jeruk, dan lainnya. Awalnya memang semuanya berjalan dengan lancar. Sampai saat ada pembeli yang akan membeli jajanan di stand kelas Luna yang membuat Rigel tiba-tiba emosi karena, pembeli itu yang merupakan seorang cowok mengajak Luna nya berkenalan. Rigel melihat seragam yang digunakan oleh cowok tersebut yang ternyata bukan seragam dari SMP BIRU JAYA. Pantas saja cowok itu tidak tahu jika Luna memiliki kekasih yaitu seorang Rigel. Tetap saja walaupun ia dari sekolah lain dan tidak tahu jika Luna adalah pacar Rigel. Ia seharusnya tidak boleh begitu. Jika mau membeli ya beli saja, tidak usah banyak tanya. "Hai mau beli sempol nya dong cantik" ujar cowok itu. "Ah iya mau berapa?" tanya Luna yang memang sedang menjaga stand tersebut. "Sepuluh ya, bonusnya nama sama senyuman kamu dong hehehe" ujar cowok tersebut yang sedari tadi tidak sadar bahwa Rigel tengah memperhatikan nya dengan mata elangnya. Rigel sangat marah dan cemburu. Maka dari itu Rigel tanpa basa basi lagi Rigel langsung mendekati Luna dan juga cowok itu. "Ada perlu apa sama cewek gua" ujar Rigel sambil merangkul posesif Luna. "Wess santai bos, gua kan cuman beli di sini" ujar cowok itu. "Ga pakek kenalan bisa?" tanya Rigel sarkas. "Duh sorry nih ga bisa. Dia menarik banget sih" ujar cowok itu yang membuat Rigel semakin naik pitam. Hal itu membuat emosi Rigel semakin memuncak. Rigel sudah maju dan akan memukul cowok itu namun Luna mencegahnya dengan sekuat tenaga sembari mengenggam erat tangan Rigel. "Rigel, aku mohon" ujar Luna lirih dan ketakutan. "Rigel jangan" tambah Luna ketika Rigel belum juga sadar. Sementara cowok tadi sudah siap memukul balik, jika nanti Rigel memukulnya. "Sayang kamu kenapa. Kenapa kamu ketakutan?" tanya Rigel seolah-olah lupa jika tadi dialah yang membuat Luna ketakutan. "Ga papa. Kita pulang aja yuk" ajak Luna yang langsung disetujui oleh Rigel. Hal itu tentunya membuat cowok tadi merasa heran karena Rigel yang berubah sangat cepat. Beberapa teman Luna yang ada disana pun juga sama herannya dengan cowok itu. Karena ini sudah kali kedua mereka melihat Rigel yang bisa berubah dengan sangat cepat emosi dan moodnya. Sedangkan saat ini, Luna dan Rigel sudah berada di mobil jemputan Rigel. Luna tampak masih ketakutan dan teringat dengan Rigel yang tadi ingin memukul orang, Rigel yang tadi seperti bukan Rigel yang Luna kenal. Mereka akan pulang bersama dengan mobil jemputan Rigel, lebih tepatnya Luna akan membawa Rigel untuk pulang ke rumah Rigel. Tadi, Genta tidak ada karena memang Genta adalah pemain inti grup Basket, jadi ia harus stay di lapangan. Luna pun tadi tidak menghubungi Genta, Luna takut jika nanti Genta malah kepikiran dan bermain dengan tidak baik. Jadi, Luna memutuskan untuk tidak bilang apa-apa. Bahkan, Luna juga tidak bilang kepada Orion. Padahal Orion selalu berkata jika nanti Rigel tiba -tiba kambuh, maka Luna bisa kapan pun menghubungi Orion dan meminta bantuan kepada Orion. "Sayang, kamu tadi kenapa ketakutan? Ada yang bikin kamu takut? Bilang siapa dia? Biar aku habisin dia" ujar Rigel yang mengulang kembali pertanyaannya saat di stand kelas Luna tadi. "Ga ada, aku ga papa Rigel" jawab Luna yang tentunya ia membohongi Rigel. Rigel, aku takut. Aku takut sama kamu Gel. Batin Luna.
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD