Part 6

2027 Words
  "Gua.... Hayo tebak gua mau ngapain disini" ujar Bianca. Bianca mengatakan hal itu dengan penuh ceria. "Halah paling lu cuman mampir aja kan. Ngaku lu, biasanya juga cuman mampir-mampir doang ini anak" ujar Genta. Namun Bianca tidak menjawabnya dan malah tersenyum-senyum seperti orang yang sangat bahagia. "Igel, kamu dongg tebak. Tebakkkk Bia ngapain disini hayooo" ujar Bianca sembari memegang tangan Rigel sembari menggoyang-goyangkanmenggoyang-goyangkan tangan Rigel. Hal itu pun juga dilihat oleh Luna yang cuman bisa ikut tersenyum walaupun itu tersenyum palsu. "Apa yaaa, Jangan-jangan bener lagi kata Genta. Kamu cuman mau mampir ya kayak yang dulu-dulu. Terus abis itu pergi ga ada kabar lagi" ujr Rigel. "Ah masa sih" jawab Bianca. Sementara itu, Genta sangat berharap jika Bianca hanya mampir saja disini, karena Genta sangat tahu, jika Bianca menetap akan ada hati yang tersakiti dikemudian hari. Begitupun harapan Orion yang sangat tahu seberapa besar rasa sayang Rigel kepada Bianca. Rigel sangat amat menyayangi Bianca, walaupun cinta Rigel hanyalah untuk Luna. Namun dengan keadaan Rigel yang seperti ini, Orion tidak tahu, siapa yang nantinya akan dipilih oleh Rigel. Tapi Orion sangat takut dengan keadaan Rigel yang mengidap Bipolar Disorder dan Anxiety Disorder, Rigel akan melakukan kesalahan yang besar nantinya. Dan kesalahan besar itu nantinya akan berimbas pada kesehatan mental Rigel. Orion sangat takut hal itu akan terjadi. "Udah gih bilang aja. Jan bikin orang penasaran lu" ujar Genta yang memang sudah penasaran sekali dan tidak mau melihat Bianca yang memperlihatkan kedekatannya dengan Rigel. Genta tau sekali, pasti saat ini Luna sedang menahan tangis dan mencoba untuk tertawa. Walaupun tawa yang di keluarkan nya terasa palsu. "Ihhh lu dari dulu emang tukang kepo ya Gen, ga berubah-berubah perasaan idup lo dari dulu" ujar Bianca. "Udah lah Bianca, jawab aja" ujar Orion yang juga sudah penasaran karena sedari tadi Bianca terasa berlarut-larut dalam berkata. "Jadi..... " ujar Bianca sengaja memperlama ingin mendramatisir suasana saat itu. "Gua mau sekolah di sini. Yeayyyy. Gua bakalan pindah di sini bareng kalian lagi. Tuhan gua seneng banget tauuu" ujar Bianca dengan gembira diikuti oleh Rigel yang memeluk Bianca. Namun tidak dengan Genta, Orion, dan Luna yang menghela napasnya. Seakan-akan mereka nantinya akan menghadapi masalah yang besar. Apalagi, Luna. Luna sudah mengira jika cepat atau lambat mungkin Rigel yang akan meninggalkan Luna. Bukan Luna. Jadi mulai sekarang mungkin Luna akan bersiap-siap dengan kemungkinan-kemungkinan yang akan terjadi dalam hidupnya, termasuk perpisahan. "Kalian ga seneng?" tanya Bianca kepada Genta, Orion, dan Luna karena Bianca melihat hanya dia dan Rigel saja yang tertawa bahagia. "Seneng dong, akhirnya Bianya Rigel kembali" ujar Luna dengan senyuman yang dia paksakan. Dan aku bakalan segera pergi, iya kan Gel? Cepat atau lambat, kamu akan ninggalin aku. Batin Luna. "Kamu udah daftar sekolah di sini Bia?" tanya Rigel dengan penuh semangat. "Belum, ini tadi mau daftar eh liat ada pangeran ganteng banget lagi ngelap keringetnya di lapangan basket, jadi incess yang cantik jelita ini pun mencoba untuk mendekatinya" ujar Bianca menggoda Rigel. "Hahahah apa sih Bia, iya aku tau kok kalo aku itu ganteng. Kamu ga usah gitu deh hahahhaha" ujar Rigel. "Yaudah aku mau daftar dulu ya. Takut kesiangan ntar daftarnya. Nant guru-guru keburu pada rapat. Soalnya aku denger dari Pak satpam tadi kalo setelah pulang sekolah nanti guru-guru mau rapat lagi gitu" ujar Bianca. "Aku anter ya. Masa incess cantik jalan sendirian sih, nanti d ganggu sama nyamuk-nyamuk jelek loh.  Yuk" ujar Rigel yang langsung menarik tangan Bianca dan membawanya pergi dari sana, meninggalkan Luna, Genta, dan Orion. "Eh tapi.. " ujar Bianca terpotong karena tarikan Rigel. Rigel dan Bianca pun sudah meninggalkan kantin. Meninggalkan Luna, Genta, dan Orion yang seperti tidak dianggap. Mereka bertiga hanya diam dengan pandangan banyak mata yang penasaran dengan keadaan yang saat ini sedang terjadi. Luna, Genta, dan Orion masih saja diam. Sampai suatu gerakan membuat mereka sadar. Luna berdiri dari tempat duduknya dan akan meninggalkan Genta dan Orion. Luna ingin segera pergi dari kantin. Banyak sekali pandangan mata yang melirik penasaran ke arah meja Luna. Tentu saja hal itu membuat Luna risih. Namun sebelum Luna pergi, Orion mencekal tangan Luna dan menahan Luna untuk pergi. "Mau kemana Na?" tanya Orion dengan wajah khawatir. "Pulang" jawab Luna. "Nanti aja bareng Rigel ya Na. Paling ga lama lagi Rigel bakalan keluar kok Na. Dia bakalan nganter lo" ujar Genta kali ini. "Gua ga sebodoh itu nunggu orang yang nantinya bakal milih orang lain buat diantar balik. Gua mulai mikir realistis Gen, Bia, princess udah balik. Apa mau Rigel nganterin upik abu kayak gua. Hahaha impossible" ujar Luna dengan lirih takut hal itu membuat suasana semakin mencekam. "Kalo gitu gua aja yang anter" ujar Orion dan sudah ingin beranjak dari kursi, namun Luan seakan tidak ingin di antar oleh siapapun. Luna ingin menyendiri terlebih dahulu. "Gausah. Nanti bilang aja ke Rigel kalo gua, gua ceweknya pulang duluan. Ada keperluan. But, gua pikir dia ga akan peduli sih. Duh Na, Luna. Ngapain juga lo harus kayak gini. Hahahah" ujar Luna sembari tertawa miris, yang langsung meninggalkan Genta dan Orion. "Tapi Na... " panggil Orion yang akan mengejar Luna tapi di cegah oleh Genta. "Ga usah di kejar bang, dia butuh waktu Bang. Luna butuh waktu buat sendiri" ujar Genta. Luna pun pulang ke rumah dengan taksi online. Di perjalanan ke rumah, Luna menangis, hatinya terasa sangat sakit sekali. Dengan hati yang hancur, Luna pun pulang berharap ada setitik rasa nyaman di rumahnya ini, rumah yang menjadi tempatnya pulang sat-satunya untuk saat ini. Namun yang di dapat Luna adalah kehancuran. Saat Luna masuk ke dalam rumah, Mama dan Papanya sedang mendebatkan suatu hal. Dan pada akhirnya mereka berdua memilih untuk bercerai tanpa memikirkan Luna. "Oke kita cerai. Saya akan buat suratnya secepatnya" ujar Papa Luna. "Baik. Luna kebetulan kamu pulang. Kamu mau ikut siapa Mama atau Papa" ujar Mama Luna. Luna yang sedang hancur-hancurnya pun tak bisa berfikir dengan jernih, Luna hanya melihat Mama dan Papa nya dengan mata yang berlinang air mata. Lalu, Luna pergi meninggalkan rumah. Saat ini, Luna sudah tidak mempunyai tempat untuk pulang. Tempat pulangnya, hilang. "Luna kalo kamu ngga mau ikut Mama atau Papa, kami tetap akan mengirimkan uang bulanan untuk kamu" ujar Papa Luna yang masih bisa didengar oleh Luna. "Iya Luna kamu tenang aja" ujar Mamanya. "Bullshit" ujar Luna. "Gimana Luna bisa tenang kalo hidup Luna hari ini hancur banget, rasanya Luna ga kuat buat idup lagi" ujar Luna lirih. Luna berjalan dengan baju seragam yang masih melekat di tubuhnya. Tadi sewaktu di rumah, Luna tidak sempat untuk berganti baju. Hari ini sepertinya memang lah hari kehancuran Luna. Air matanya masih setiap menemani Luna. Tak beberapa lama, perut Rora keroncongan, itulah yang membuat Luna memasuki Cafe ZERO yang dia lihat di seberang jalan. Luna pun memesan makanan dan minuman. Setelah makanan dan minumannya datang, Luna makan sendirian, benar-benar sendirian. Padahal Luna sangat benci makan sendiri sejak dulu, Luna tidak biasa makan sendiri. Bahkan jika sendiri, Luna tidak memiliki nafsu untuk memakan makanannya. Tapi baru satu suap, Luna sudah berhenti makan. Luna memang tidak bisa makan sendiri. Tapi perutnya benar-benar sangat lapar. Sedari tadi handphonenya berbunyi, Rigel, Orion, Genta, Mama, dan Papanya menelfon Luna terus menerus. Sampai akhirnya Luna pening dan mencopot SIM card handphonenya. Setelah itu, Luna pun memilih untuk melihat jalanan di sekitar, sampai 5 menit kemudian, Luna dihampiri oleh seorang cowok. Cowok yang sedari tadi sudah melihat Luna dan memperhatikan Luna. "Hai" ujar cowok itu. "Ya?" jawab Luna dengan tanda tanya, karena Luna merasa tidak mengenal cowok itu. "Gua Atlas yang punya Cafe ini" ujar Atlas memperkenalkan diri. "Ah iya, gua Luna" ujar Luna singkat. "Boleh gua duduk disini?" tanya Atlas kepada Luna. "Oh, of course" jawab Luna. "Gua perhatiin dari tadi lu cuman makan satu suap. Apa ada masalah sama makanan lu? Kalo ada lu bisa bilang sama gua biar bisa diperbaiki untuk kedepannya" ujar Atlas dengan sopan dan tak lupa dengan senyuman yang menawan. "Ah ga ada. Cuman gua ga bisa makan sendiri hehehe" ujar Luna sembari tertawa miris. Duh, Na, mulai sekarang lo harus belajar makan sendiri. Lo udah ga punya siapa-siapa lagi Na. Sadar Na. Batin Luna. "Ah kalo gitu mau gua temenin?" tanya Atlas. "Ga enak ah masa gua makan lu nya diem aja" ujar Luna. "Gua juga bakalan makan, kebetulan pulang sekolah tadi gua belum makan. Bentar ya gua ambil makan dulu" ujar Atlas yang meninggalkan Luna. 5 menit kemudian, Atlas kembali lagi dengan sepiring nasi goreng dan jus Alpukat. "Jadi lu masih sekolah?" tanya Luna penasaran. "Iya masih. Kalo lo tanya kenapa gua bisa punya cafe. Cafe ini udah gua bikin dari gua SMP. Ya di modal ini sama bokap sih. Kata bokap biar gua bisa mandiri" ujar Atlas. "Wahhh hebat ya lu. Lu sekolah dimana kalo gua boleh tau?" tanya Luna yang sedikit melupakan masalah yang tadi dia pikirkan karena obrolannya dengan Atlas. "Ah ga juga. Masih banyak yang lebih hebat dari gua. Gua dari SMA MERAH PUTIH. Kalo lo?" tanya Atlas kepada Luna karena sekarang Luna menggunakan sweater yang membuat badge sekolahnya tertutup. "Gua di BIRU JAYA" ujar Luna. "Ah BIRU JAYA ya. Ayo dimakan" ujar Atlas. "Ya seperti yang lo tahu. Harusnya kita musuhan tau. Kenapa jadi makan bareng gini. Hahhaa hidup lucu banget ya" ujar Luna. "Yeee yang musuhan kan cuman oknum-oknum dari sekolah kita aja. Kita nya mah engga" jawab Atlas. Ya, memang sedari dulu SMA MERAH PUTIH dan SMA BIRU JAYA tidak bisa akur, bahkan beberapa kali mereka saling terlibat tawuran. Tidak ada yang tahu dengan jelas apa penyebabnya. Tapi permusuhan yang terjadi itu sudah ada bertahun-tahun sebelumnya. Namun sepertinya itu tidak berlaku untuk Atlas dan Luna. Buktinya mereka bisa akrab bahkan di pertemuan pertama mereka. Sore itu Atlas dan Luna makan bersama disertai canda tawa yang membuat Luna sedikit melupakan masalahnya. Termasuk juga melupakan Rigel yang bisa saja membuat masalah karena hilangnya Luna. *** Di rumah, Orion sangat frustasi ketika mendapati Rigel dengan keadaan yang sangat memprihatinkan. Seragam yang basah oleh keringat, tangan yang bergetar sembari menelfon Luna yang padahal handphonenya tidak aktif. Sepulang sekolah tadi, Rigel sudah mencari Luna kemana-mana, tapi Luna tidak ketemu juga. Namun Rigel tetap mencoba menelfonnya terus, padahal Orion tahu bahwa usaha yang dilakukan Rigel itu akan sia-sia. Tak lama kemudian, Genta datang. Genta tadi diminta Orion untuk pergi ke rumah Luna dan menjemput Luna. "Gimana Gen?" tanya Orion. "Luna ga di rumah bang. Katanya Bi Nah tadi sempet pulang tapi pergi lagi" ujar Genta. "Apa??? Luna ga ada dirumah? Kemana Luna. Luna... Gua harus nyari Luna" ujar Rigel yang membuat Orion dan Genta sangat khawatir. Rigel benar-benar sangat khawatir kepada Luna. Saat ini, Rigel tidak bisa berpikir jernih dalam memilih suatu tindakan. Maka dadi itu Orion dan Genta khawatir jika Rigel kenapa-napa. Mereka pun menyuruh Rigel untuk diam saja di rumah. Biar mereka saja yang mencari Rigel. "Gel, lu di rumah aja. Biar gua yang nyari Luna. Ini obatnya diminum dulu biar lu tenang" ujar Genta. "Gak. Gua mau nyari Luna. Luna ga boleh pergi. Luna gaboleh pergi" ujar Rigel semakin ketakutan. Kemudian Mama Rigel datang dan langsung memeluk Rigel. "Rigel, Luna ga bakalan pergi. Kamu minum obat dulu ya terus tidur. Nanti kamu bangun Luna udah ada di sini. Mama Janji" ujar Mama Rigel menenangkan. "Ga, mama pasti bohong. Luna pasti mau pergi. Rigel harus nyari Luna mah. Rigel ga mau kehilangan Luna" ujar Rigel lagi. Namun mamanya mencoba untuk memenangkannya lagi. "Gel, percaya sama mama, Luna ga bakalan ninggalin Rigel. Luna ga bakalan pergi. Mama Janji" ujar Mamanya. "Mama Janji?" tanya Rigel dengan air mata yang sudah membanjiri. "Janji" ujar Mama Rigel. Rigel pun akhirnya mau untuk minum obat dan tidur, karena di dalam obat itu juga terdapat obat tidurnya yang diberikan oleh dokter. Rigel pun tak beberapa lama langsung mengantuk dan tertidur. Membuat Mama Rigel, Orion, dan Genta pun sedikit lebih lega. "Ada masalah apa Orion? Kenapa Rigel bisa kayak gini?" tanya Mamanya. "Panjang mah. Yang pasti Bianca udah kembali" ujar Orion yang membuat Mamanya terkejut dan sedikit paham dengan apa yang terjadi. "Kalo gitu Mama mohon cari Luna dan kalo udah ketemu tolong bawa Luna kesini. Rigel masih butuh Luna" ujar Mamanya. "Iya Mah, Orion sama Genta bakalan nyari Luna sampai ketemu. Mama tenang aja" ujar Orion. Setelah itu Orion dan Genta berpencar untuk mencari keberadaan Luna.
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD