Part 13

2012 Words
Luna dan Atlas menghabiskan waktunya di Kafe tersebut sampai pagi. Atlas masih terjaga sampai pagi, hanya saja Luna sudah terlelap sehabis meminum cokelat panas yang tadi mereka beli. Atlas tidak tidur, ia selalu terjaga agar tidak tertidur. Atlas tidak bisa tertidur karena Atlas harus menjaga Luna yang sedang tidur. Karena Atlas tidak tega jika haus membangunkan Luna. Maka dari itu, Atlas tetap terjaga dengan membeli beberapa kopi sebagai teman agar Atlas tidak mengantuk. Untung saja mereka berdua tadi berada di Cafe yang buka selama 24 jam. Jadi mereka tidak akan terusir dari Cafe tersebut. Sewaktu Luna tertidur, Atlas langsung berinisiatif untuk melepas jaketnya dan menyelimuti Luna. Atlas tidak ingin jika Luna kedinginan dalam lelapnya. Biarlah Luna tertidur dengan nyenyak karena tadi Luna begitu hancur sekali. Atlas pun terjaga dan selalu terjaga untuk tidak terlelap sampai Luna terbangun di pagi ini. Luna membuka kedua matanya dan melihat ke Atlas yang menatapnya sembari tersenyum. Atlas senang, Luna sudah bangun dengan hati yang lebih baik daripada apa yang dia rasakan tadi malam. "Sudah bangun Tuan Puteri?" tanya Atlas kepada Luna tak lupa dengan senyumannya yang tidak pernah hilang dari bibirnya. "Astaga gua ketiduran di Cafe ini ya Tlas? Astaga gila ini udah pagi. Tapi tunggu, Tlas kenapa dah mata lo mata panda banget. Jangan-jangan lo ga tidur yaaa tadi malem?" tanya Luna sembari mengecheck mata Atlas. Berkali-kali Luna memegang wajah Atlas dan mengechecknya. Wajah Atlas menurut Luna masih ganteng, tapi gantengnya sedikit hilang karena ada bulatan hitam di kedua mata Atlas. "Ya kalo gua tidur yang jagain Puteri Tidur ini siapa dong Na. Ntar lo di culik gimana kan gua kasian sama kurcaci- kurcaci yang pada nungguin lo balik" jawab Atlas. Kurcaci-kurcaci yang di maksud oleh Atlas adalah ia dan ketiga temannya yaitu Aga, Riko, dan Bagas. "Tlas, lo tau ga sih. Kegantengan lo jadi berkurang 1 persen tau ga" ujar Luna. "Astaga Atlas, lo mikirin apa sih Tlas. Lo harus tidur Tlas, ntar kalo lo mati gimana gara-gara ga tidur apalagi ini semua gara-gara gua kan Tlas" tambah Luna. "Ya kalo gua mati gua gentayangin lo lah Na. Kan lo yang bikin gua ga tidur hari ini" ujar Atlas sembari tertawa. "Kok lo jahat banget sih Tlas ihhh" ujar Luna. "Becanda becanda Lun. Ga usah dia anggap serius lah ahahhaha" ujar Atlas. "Tapi lo belum tidur Tlas, gimana dong. Maaf ya Tlas. Lo sih ga bangunin gua. Duh gara-gara gua nih" ujar Luna merasa sangat bersalah. "Ulululu lucunya Luna kalo lagi gini wkwkwkkw. Ga papa Na, gua udah biasa kok kayak gini. Lo tenang aja. Gua ga bakalan mati hari ini. Gua kan anak kalong Na. Jadi lo kaga usah khawatir" ujar Atlas. "Ya udah sekarang balik yuk Tlas, biar lo bisa tidur. Lo ga liat emang mata lo udah mata panda banget dah Tlas" ujar Luna. "Ga sebelum lo makan. Gua panggilin pelayan ya, lo mau makan apa? Pokoknya gua ga bakalan balik kalo belum makan sama lo" tanya Atlas. "Tapi Tlas," ujar Luna masih ingin pulang. "Udah pesen aja Na, atau lo mau nginep lagi nih disini? Terus biarin gua ga tidur 2 hari?" ujar Atlas. "Eh bentar-bentar deh Na. Kayaknya tadi lo ada bilang kalo gua ganteng ya Na? Makasih loh Na, gua emang seganteng itu kok Na" tambah Atlas. "Yeee apa sih lo Tlas, emang tadi gua bilang gitu? Kayaknya ngga deh. Lo salah denger kali Tlas. Wah kayaknya lo ga tidur seharian bikin kuping lo jadi b***k deh Tlas. Tar abis ini gua anter ke dokter THT yuk Tlas. Kali aja b***k nya lo udah parah loh" ujar Luna. "Enak aja lo Na. Alah ngaku aja dah lo. Lo malu kan Na. Iya kan. Lo pasti malu karena tadi udah mengakui kegantengan gua. Ngaku aja deh Na. Iya kok gua tau kalo gua itu ganteng banget Na" jawab Atlas. "Terserah lo deh Tlas. Terserah gua mah manud aja sama lo Tlas. Yaudah lah Tlas kita pesen makan sekarang aja lah Tlas" jawab Luna mengalihkan pembicaraan. "Iya deh yang mengalihkan pembicaraan ya" sindir Atlas. Lalu mereka berdua pun memesan nasi goreng dan juga jus jambu pada pagi itu. "Tlas, btw lo ke kamar mandi dulu gih sumpah mata lo kayak panda banget. Cuci muka dikit lah Tlas" ujar Luna. "Biar lo sedikit lebih ganteng dan enak di lihat gitu loh Tlas. Sekarang gua liat lo mau nangis deh Tlas. Sumpah" tambah Luna. "Lo punya kaca ga sih Na? Sebenarnya gua ga mau ngomong gini sih Na. Tapi karena lo udah gitu sama gua. Jadi gua mau jujur aja Na" tanya Atlas. Atlas pun membuat suasana semakin mendramatisir. "Punya lah, masa gua ga punya sih. Tapi buat apa? Kan gua udah ngasih tau kalo mata lo kayak panda. Gua ga bohong sumpah deh Tlas. Lah lo mau jujur apa Tlas. Ini kita emang lagi main Truth orang Truth atau gimana sih Tlas. Kok gua yang ga mudeng ya Tlas" ujar Luna. "Pinjem dulu sini dah Na. Mana kaca lo? Ini penting banget buat kejujuran gua ke lo. Ini penting banget loh Na" ujar Atlas sembari meminta kaca dari Luna. Luna pun memberikan kaca kepada Atlas, dan Atlas bukannya malah mengarahkan kaca itu ke wajahnya, namun ke arah wajah Luna. "Lo liat deh. Siapa sih yang ada di kaca ini? Ckckkc gua sampe ga kenal loh Na" ujar Atlas dengan nada sedikit mendramatisir. Hal itu seketika membuat Luna terkejut. Mata Luna ternyata juga sama pandanya dengan mata Atlas. Bahkan Luna pikir, mata Luna lebih parah daripada Mata Atlas, karena Mata Luna terlihat sembab juga karena tadi malam menangis. "Atlas ini siapa woy astaga naga. Gua ga tau ini siapa Tlas tolong dongg!!" ujar Luna sembari ia melihat orang yang seperti setan di kaca tersebut. "Liat deh Na, kita udah sama sama jadi panda sekarang. Lo seharusnya sebelum bilang gua panda lo ngaca dulu Na. Jadinya kan ga kayak gini, lo ga bakalan kaget dengan kepandaan lo" ujar Atlas. "Udah ya Na, gua mau ke toilet dulu deh. Biar muka gua ga kayak Panda. Mau cuci muka gua" tambah Atlas. Namun, Luna segera mencegah kepergian dari Atlas. "No. Ga boleh. Gua duluan yang ke toilet. Gua harus cuci muka biar gua kembali jadi bidadari ga kayak setan gini" ujar Luna yang langsung ngacir ke toilet meninggalkan Atlas dengan tawa yang membahana. Luna, Luna. Lo lucu banget sih. Andai aja lo belum ada yang punya. Gua pasti bakalan punyain lo Na. Sayang banget cewek se asik lo malah dapet cowok yang ga bisa ngehargain Lo Na. Dia bakalan nyesel kalo pada akhrinys nanti Lo memutuskan buat ninggalin dia. Gua yakin itu Na. Batik Atlas. Hal tersebut di lihat dengan jelas oleh pelayan dan beberapa pengunjung di Cafe tersebut. Tak lama berselang setelah Atlas tertawa, nasi goreng dan jus jambu mereka pun sampai di antar oleh pelayan. "Mas, kalian lucu banget sih pacarannya. Bikin iri deh. Ke UwU an kalian itu bikin gigit jari dan iri mas" ujar pelayan perempuan itu. "Hahahahaha makasih lo mbak. Kita emang lucu kok mba" jawab Atlas. Andaikan emang benar, sayang udah ada yang punya. Kalo belum mah, gua yang punya. Batin Atlas. "Kalo gitu saya permisi dulu ya mas. Silakan di nikmati makananya" jawab pelayan tersebut dan di angguki oleh Atlas. Tak beberapa lama kemudian, Luna telah kembali dari toilet. Kali ini dengan wajah yang sudah agak mendingan dengan yang tadi sebelum ia ke toilet. "Atlas, gimana? Gua udah balik jadi bidadari atau belum?" tanya Luna sembari memperlihatkan wajahnya kepada Atlas. "Sebenarnya masih kayak panda sih Na, tapi ga se parah yang tadi sih. Mendingan lah walaupun dikit" jawab Atlas. "Haduh syukur deh. Wah makanannya udah jadi ya" ujar Luna dengan bahagia. "Ngeliat makanan mata lo berbinar gitu, perasaan tadi ada yang bilang 'gausah makan, nanti lo tidurnya kapan' atau gua cuman salah denger aja kali ya. Coba aja tadi ga jadi makan, mati kelaperan lo. Ntar yang ada bukan gua yang ngentayangin lo, tapi lo nya yang gentayangin gua" ujar Atlas. "Ishhh apaan sih lo Tlas. Udah sana hushhh ke toilet sana hussh. Inget itu muka udah kayak setan panda" ujar Luna. "Iya iya. Makan yang banyak ya Na" ujar Atlas sembari mengusap lembut kepala Luna. Andaikan Rigel kayak lo, Tlas. Pastinya gua bakalan bahagia banget. Eh, tapi kan Rigel emang udah kayak gitu. Cuman sayangnya, bukan sama gua. Tapi sama Bianca. Hahhaha apa sih Na, kenapa lo mikirin dia lagi. Dia cuman bisa bikin lo sakit hati Na. Batin Luna dengan miris. Gel, kenapa sih aku ga pernah dapat perlakuan istimewa dari kamu Gel? Apalagi setelah Bianca datang. Apa sebenarnya, kamu itu ga sayang sama aku dan cuman nganggep aku sebagai selingan aja? Batin Luna. Luna yang awalnya mau makan nasi goreng itu mengurungkan niatnya, dan membuka handphonenya. Berharap ada satu chat atau satu panggilan saja dari Rigel. Karena akhir-akhir ini Rigel sangat jarang menghubinya. Mencari saja, Luna pikir Rigel tidak melakukannya. Namun. Nihil. Tak ditemukan keduanya maupun salah satunya. Rigel sama sekali tidak menghubungi Luna baik melalui chat pesan, telefon, maupun video call. Bahkan setelah Luna melihat profil w******p milik Rigel, terakhir Rigel on adalah tadi malam. Yang Luna temukan malah panggilan dan pesan dari Genta yang menanyakan keberadaan Luna. Genta mengirim beberapa pesan dan mencoba untuk menelfon Luna berkali-kali.Namun Luna tak menjawabnya dan memilih untuk mengabaikan pesan tersebut. Luna berpikiran pasti ini Genta mengirim pesan, menelfon berkali-kali karena di suruh oleh Orion. Mana mungkin Rigel menyuruh Genta untuk seperti itu. Sedangkan ia saja tidak perduli dengan keadaan dan keberadaan Luna. Sampai kapan aku jadi yang kesekian Gel? Aku siapa kamu sih Gel. Batin Luna. Sementara itu, sesudah cuci muka di toilet, Atlas pun langsung kembali ke meja yang ia tempati tadi bersama dengan Luna. Namun sesampainya di dekat mejanya, Atlas melihat jika Luna belum sama sekali menyentuh makanan atau minumannya. Atlas yang kembali dan melihat Luna belum memakan nasi gorengnya pun bertanya kepada Luna. "Loh kenapa kok belum makan?" tanya Atlas. "Nungguin lo lah Tlas, gila aja apa gua ga nungguin lo. Udah di jagain pas tidur terus lo sendiri ga tidur masa gua tega ninggalin buat makan duluan" ujar Luna yang pastinya berbohong. "Cie nungguin, Cie perhatian Luna. Yaudah yokk makan. Nanti cacing-cacing di perut lo pada demo lagi" jawab Atlas. "Tau aja lo hahahha. Ntar mereka pada nyuri semua nutrisi" ujar Luna. Mereka berdua pun makan bersama pagi itu. Setelah makan, Luna dan Atlas memutuskan untuk pulang ke apartemen bersama, ya karena memang mereka tetangga di apartemen tersebut. "Na, lo balik bareng gua aja. Gua udah pesen taksi online. Lo balik ke apart kan?" tanya Atlas. "Iya Tlas, gua balik ke Apart" jawab Luna. Lagian kalo ga di apart, kemana lagi tempat pulang gua Tlas? Ga ada Tlas. Batin Luna. "Ya udah yok Na, udah mau sampe nih taksi onlinenya" ujar Atlas. Atlas dan Luna pun keluar dari Cafe tersebut dan menunggu kedatangan taksi online. Tak beberapa lama kemudian akhirnya datang juga taksi online yang di pesan oleh Atlas. Mereka berdua pun masuk ke dalam taksi tersebut. Di Perjalanan mereka berdua mengobrol lagi. Sementara itu, di rumah Bianca. Rigel sedang menyuapi Bianca. "Makan yang banyak ya Bia, biar Bia cepet sembuh. Besok Senin bisa berangkat sekolah" ujar Rigel. "Makasih Igel" jawab Bia. "Anythime Bia" jawab Rigel. Orion, masih di sana melihat Bianca dan Rigel. Sorry Na, gua nyuruh lo bertahan dengan keadaan yang kayak gini. Ini semua pasti berat buat lo. Pasti menyakitkan ya Na? Batin Orion. Orion pun membuka chatnya, mendapati pesan dari Genta. From: Genta -Bang, tadi malem gua di suruh balik sama Luna terus gua balik. -Nah pagi ini gua ke rumah Luna lagi, tapi Luna ga ada. Kata satpam yang di rumahnya Luna pergi dari kemarin. -Gua harus gimana ini bang? -Luna di chat sama di telfon juga ga ngejawab Membaca chat tersebut tentunya membuat Orion terkejut. Orion pun kemudian menjawab chat tersebut. To: Genta -Tolong lo cari Luna dulu ya. -Hubungin dia sampe ketemu -Gua masih handle Rigel -Dia masih jagain Bianca. Orion pun menatap Rigel dengan pandangan sulit di artikan. Ingin rasanya berkata kepada Rigel bahwa Luna menghilang. Namun Orion tidak mau jika Rigel nantinya akan kambuh dan malah tidak terkendali kan. Kali ini Orion serba salah.
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD