Jeno menatap penampilan dirinya di cermin. Jeno menyugar rambutnya, dan menepuk jasnya. Dirinya dilihat dari sudut manapun memang terlihat tampan. Kaya, tampan, baik hati, dan tentunya tak ada yang bisa menolak dirinya. Termasuk Alice. Kalau gadis itu ingin menolak, bisa saja Alice menggigit tangannya waktu itu dan kabur. Alice memang sudah terpikat dengan dirinya dari awal, Jeno tahu itu. Jeno menyungingkan senyumannya, dan berdeham pelan melihat penampilannya kembali di cermin. “Kau memang tampan. Dan sekarang kau menikah sungguhan, kau tidak boleh menjadi laki-laki b***t lagi! Tapi, kalau b***t pada istrimu tidak masalah,” gumam Jeno menyeringai, membayangkan gaya apa saja yang akan dilakukannya bersama dengan Alice, kalau mereka malam pertama nanti.