Jeno menatap pada vas bunga yang berada di balkon kamar hotel. Dia sedang berpikir bagaimana mencari istri dan bisa pulang ke rumah lagi menemui ayah dan ibunya. Ibunya memang kejam kalau berurusan dengan calon mantu.
Jeno masih dua puluh tujuh tahun dan tidak terlalu buru-buru menikah sebenarnya. Melihat ibunya yang berkeras menyuruhnya untuk menikah dan sampai mengusirnya membuat Jeno ingin memberikan ibunya mantu secepatnya. Dia sayang pada ibunya.
“Bagaimana cara dapat istri yang cantik, baik, cerdas, dan tidak lemah seperti wanita dalam sinetron yang suka menangis kalau ada wanita lain mengaku sebagai kekasih suaminya. Bukan dihadapi malah nangis.” Jeno mencibir membayangkan sinetron yang sering ditonton oleh ibunya.
“Jangan sampai aku punya istri seperti itu. Aku tidak mau punya istri yang suka menye-menye dan ujung-ujungnya akan menangis.” Jeno mengidik ngeri membayangkan wanita seperti itu yang akan menjadi istrinya.
Jeno perlahan berdiri dan masuk ke dalam kamarnya dan melihat undangan yang terletak di meja dalam kamar hotel. Undangan yang diberikan oleh salah satu temannya semalam sebelum dia pergi ke hotel. Jeno mengambil undangan itu dan menatapnya lama.
Jeno menyusuri nama dalam undangan itu dan tersenyum. Namun … Jeno langsung tertawa kencang seperti orang gila yang tidak jelas kenapa dia tertawa. Jeno menepuk pahanya keras dan terus tertawa. Jeno memiliki sebuah ide yang sangat bagus untuk bisa mendapatkan menantu untuk ibunya.
Jeno meletakkan undangan itu lagi di atas meja. Jeno berjalan menuju kamar mandi untuk segera bersiap ke tempat tujuannya. Jeno keluar dari dalam kamar mandi dan memakai pakaian yang dibelinya kemarin. Jeno melihat penampilannya di cermin yang ada di dalam kamar hotel.
Oke. Semuanya sempurna. Mari menyiapkan pernikahan ini. Jeno akan membuat ibunya terkejut karena pernikahan yang dilakukan olehnya. Jeno sebenarnya tidak tahu bersama siapa dia akan nikah. Yang terpenting sekarang menyiapkan saja dulu undangan, gedung, dan di mana dia akan menikah.
Jeno yang akan masuk ke dalam mobilnya, dan menghentikan langkahnya melihat salah satu bule cantik yang sedang berjalan di depannya. Tidak. Jeno tidak ingin menggoda bule itu. Dia memikirkan hal lain bukan hal kotor. Tapi, dia sedang memikirkan di mana dia akan menyiapkan pernikahannya. Ya. Jeno akan menyiapkan pernikahannya di Bali.
Baik. Sekarang Jeno harus menghubungi orang kepercayaannya untuk menghandle pernikahan ini dan harus siap menjelang dua minggu ke depan termaksud undangan. Jeno tidak mau pernikahannya biasa saja. Dia orang kaya dan banyak duit. Pernikahannya harus meriah melebihi pernikahan Atta Halilintar bersama dengan Aurel Hermansyah.
***
“Kalian semua siapkan pernikahan saya dengan meriah dan megah. Jangan ada kekurangan satu pun. Dan untuk yang mengurus undangannya jangan lupa untuk tidak mencatumkan nama pengantin wanitanya dan tulis saja di situ rahasia tidak ada yang boleh mengetahuinya.” Jeno memberitahu bawahannya untuk menyiapkan pernikahan ini.
Yang kebagian mengurus undangan menatap bingung dan tidak mengerti sama sekali. Kenapa nama calon pengantin wanitanya tidak ditulis dalam undangan? Bukankah selama ini siapa pun yang menikah akan menulis nama calon pengantin wanita mereka.
“Pak … maksud anda pengantin wanitanya belum ada?”
Jeno melihat bawahannya dan mendengkus. “Sudah ada. Jangan banyak omong. Laksanakan saja dan jangan bertanya lagi!” ucap Jeno kesal.
Pria itu mengangguk. “Baik Pak. Mau tanggal berapa nikahnya?” tanyanya lagi.
Jeno melihat kalender di ponselnya dan menunjukkan pada bawahannya itu. Pria itu langsung mencatatnya dan mengangguk mengerti. Turut mengundang di dalam undangan ini tidak ditulis sama sekali. Semua keluarga Jeno akan diantarkan undangan ke rumah mereka. Termasuk kedua orangtua Jeno sendiri akan mendapatkan undangan.
Memang benar-benar pria yang menjadi atasan mereka ini. Sudah tidak waras dan menyiapkan pernikahan tiba-tiba. Calon pengantinnya saja mereka tidak tahu. Jangankan rupanya. Namanya saja mereka tidak tahu.
“Saya permisi dulu. Saya akan menyiapkan ini dalam tiga hari ke depan.”
Jeno mengangguk. “Bagus. Saya tunggu.”
“Kalian semua sudah tahu pekerjaan kalian, ‘kan?” tanya Jeno.
Tiga orang dalam ruangan itu tinggal bersama Jeno mengangguk. “Sudah Pak. Kami permisi dulu.”
Jeno melihat kepergian mereka dengan senyuman lebarnya. Ah … sebentar lagi Jeno tidak akan kena marah lagi oleh ibunya. Ide Jeno memang brillian sekali. Pantas saja Jeno menjadi pengusaha yang kaya raya. Ralat … Jeno pewaris seluruh harta kekayaan kedua orangtuanya. Bukan berusaha sendiri.
“Sekarang tinggal memikirkan bagaimana cari calonnya saja. Jeno mari kita On The Way ke Bali.” Jeno mengambil dompet dan kunci mobilnya di atas meja kerja dan keluar dari dalam ruangan. Jeno akan menuju ke Bandara sekarang .
Biarkan saja keluarganya nanti terkejut melihat undangan pernikahan yang dikirimkan oleh Jeno untuk mereka. Jeno tidak peduli. Yang penting mereka sudah puas melihat undangan itu dan tidak menanyakan kapan Jeno menikah lagi atau mengejek Jeno yang terus sendirian dan tidak berniat menikah.
Cih … mereka tidak tahu saja. Jeno awalnya memang tidak ingin menikah. Tapi, melihat ibunya yang terus marah dan mengomel membuat pintu hati Jeno terbuka untuk menikah. Apalagi melihat Vero—sepupunya yang sudah menikah dan memiliki seorang putra yang tampan dan anak Jeno lebih tampan lagi nantinya. Semenjak itu Jeno mulai memikirkan untuk mencari wanita sebagai pendamping hidupnya.
Agar ibunya tidak bertanya lagi, kapan dirinya akan menikah. Kapan dirinya akan memberikan menantu pada ibunya. Kapan dirinya akan memberikan cucu untuk ibunya. Sekarang ibunya bisa tidur nyenyak, tahu kalau Jeno akan menikah nantinya. Dan tidak mengomel dan membuat kuping Jeno yang mirip dengan kuping V BTS ini panas lagi. Hahahaha. Tidak apa hanya mirip kuping dengan V BTS karena kalau soal ketampanan Jeno lebih tampan dari boyband asal Korea Selatan itu.
Kalian tahu V BTS bukan? Pasti tahu. Yang sering sayang Yeontan dan membuat para Army seluruh jagat raya cemburu pada Yeontan. Kasihan Army, cemburu dan memiliki rasa iri pada seekor anjing. Tapi, memang benar, Yeontan si anjing dari anjing beruntung di dunia ini. Dipeluk oleh V BTS, dicium, dan liannya.
Kenapa Jeno harus membicarakan Yeontan. Lebih baik dirinya membicarakan ide pernikahan yang akan dilakukan olehnya ini. Yang akan membuat pernikahannya pantastis dengan calon pengantin rahasia, dan membuat para tamu penasaran nantinya.
"Mama!!! Anakmu bakalan kawin Mak!" teriak Jeno seperti orang kurang waras. Tapi, kewarasan Jeno memang harus diragukan. Mengingat ada saja ide gila dari otak pria itu.