Pencarian Kebenaran

1102 Words
Malam itu, udara terasa berat di mansion Abizar. Lampu meja kerjanya memancarkan sinar redup, menciptakan bayangan samar di dinding. Di atas meja, berkas-berkas tebal berserakan, sebagian diwarnai coretan tangan Abizar yang tergesa-gesa. Ia mengusap wajahnya dengan kasar, menatap layar laptop yang menampilkan dokumen rahasia tentang keluarga Darwin Luis. “Jadi, ini alasannya,” gumamnya pelan. Hiro, yang duduk di sofa sambil memainkan cangkir kopinya, mendongak. “Apa yang kau temukan kali ini?” Abizar mengambil salah satu dokumen, matanya tajam memindai barisan kalimat. “Darwin tidak hanya melindungi Elsa. Dia juga melindungi sesuatu yang lebih besar—reputasi keluarganya, aset mereka, dan … hubungan gelap mereka dengan dunia bawah tanah.” Hiro meletakkan cangkirnya, mendekat dengan penasaran. “Hubungan gelap? Maksudmu … mafia?” Abizar mengangguk perlahan. “Bukan hanya itu. Aku menemukan catatan transfer yang menunjukkan keterlibatan mereka dalam penyelundupan barang-barang ilegal. Darwin menggunakan perusahaannya sebagai kedok.” Hiro menghela napas panjang. “Dan kau berpikir ini ada hubungannya dengan kenapa dia begitu keras terhadap hubunganmu dengan Elsa?” “Bukan berpikir,” Abizar menatap Hiro dengan serius. “Aku tahu ini ada hubungannya. Dia takut aku akan membuka semuanya. Aku adalah ancaman bagi mereka, Hiro.” Hiro menggeleng, mencoba mencerna informasi itu. “Kalau begitu, apa rencanamu? Akan kau gunakan informasi ini untuk menekan Darwin?” Abizar menatap dokumen-dokumen itu sekali lagi sebelum menjawab, “Tidak sekarang. Tapi aku harus tahu lebih banyak. Kalau aku ingin melindungi Elsa, aku harus memahami setiap langkah mereka.” --- Di mansion Elsa Elsa duduk di ruang tamu dengan Livia di sampingnya. Malam itu, hujan deras mengguyur, menciptakan suara ritmis di atap rumah. Tetapi suasana hati Elsa jauh dari tenang. Ia masih memikirkan peringatan keras Darwin sore tadi. “Dia tidak akan berhenti, Liv,” keluh Elsa, memainkan ujung selimut di tangannya. “Darwin akan melakukan apa saja untuk memastikan aku tidak bersama Abizar.” Livia menyandarkan punggungnya di sofa, menatap sahabatnya penuh empati. “Tapi apa Darwin tahu bagaimana perasaanmu? Apa kau pernah memberitahunya?” Elsa mendesah panjang. “Percuma, Liv. Darwin tidak mendengarkan. Baginya, aku hanyalah seseorang yang harus dia lindungi, meskipun itu berarti mengabaikan apa yang aku inginkan.” “Tapi ini hidupmu, Elsa,” balas Livia dengan nada lebih tegas. “Kau tidak bisa membiarkan Darwin terus mengontrol keputusanmu.” Elsa memandang Livia, matanya dipenuhi keraguan dan rasa takut. “Dan bagaimana kalau dia benar? Bagaimana kalau Abizar benar-benar berbahaya?” Livia menggeleng perlahan. “Aku tidak percaya itu. Dari caranya memperjuangkanmu, aku bisa lihat dia tulus. Mungkin kau harus percaya padanya, Elsa.” Hening sejenak melingkupi mereka, hanya suara hujan yang terdengar. Elsa tahu Livia mungkin benar, tetapi rasa takutnya pada masa lalu Abizar dan ancaman Darwin membuatnya sulit mengambil keputusan. --- Penyelidikan Abizar Abizar tidak tidur semalaman. Ia memutuskan untuk menemui seseorang yang mungkin bisa membantunya mendapatkan informasi lebih banyak—seorang pria Jepang bernama Takashi, mantan rekan sepupunya, Ebizawa. Mereka bertemu di sebuah gudang tua di pinggiran kota, tempat Takashi kini bekerja sebagai pedagang barang antik. “Takashi-san,” sapa Abizar dengan nada hormat. “Aku butuh bantuanmu.” Takashi menatapnya dengan mata sipit yang tajam. “Kau mencari informasi, ya? Tentang siapa?” “Darwin Luis dan keluarganya,” jawab Abizar tanpa ragu. “Kau pasti tahu sesuatu tentang mereka.” Takashi menyipitkan matanya lebih tajam. “Darwin Luis … nama itu memang tidak asing. Apa yang ingin kau ketahui?” “Segalanya. Hubungannya dengan dunia bawah, dengan mafia Jepang, atau bisnis ilegal yang mereka jalankan,” ujar Abizar. Takashi terdiam sejenak, seolah mempertimbangkan apakah ia harus berbicara. Akhirnya, ia menghela napas panjang. “Keluarga Luis memang terhubung dengan beberapa sindikat di Jepang. Mereka menggunakan perusahaan mereka untuk mencuci uang hasil perdagangan senjata. Kau yakin ingin menggali ini lebih dalam?” Abizar mengangguk mantap. “Aku tidak punya pilihan. Aku harus tahu apa yang sedang aku hadapi.” Takashi memandang Abizar dengan sorot prihatin. “Kalau begitu, kau harus hati-hati. Darwin tidak hanya memiliki kekuatan uang, tapi juga koneksi yang bisa menghancurkan siapa saja yang mengancamnya.” --- Konfrontasi dengan Elsa Malam berikutnya, Abizar memberanikan diri menemui Elsa di mansionnya. Saat Elsa membuka pintu dan melihatnya berdiri di sana, raut wajahnya langsung berubah. “Abizar? Kenapa kau di sini?” tanyanya dengan nada bingung, tetapi juga ada nada lega yang samar. “Kita perlu bicara, Elsa,” jawab Abizar serius. Elsa ragu sejenak sebelum mengangguk dan mempersilakan Abizar masuk. Mereka duduk di ruang tamu, suasananya terasa tegang. “Aku tahu kau ragu padaku,” mulai Abizar, menatap Elsa dengan mata yang penuh tekad. “Dan aku tidak menyalahkanmu. Masa laluku, hubunganku dengan mafia Jepang, semua itu membuatku terlihat tidak pantas untukmu.” Elsa menggeleng perlahan, air mata menggenang di matanya. “Bukan hanya itu, Abizar. Aku takut … aku takut pada apa yang akan terjadi jika kita terus bersama. Darwin akan menghancurkanmu. Aku tidak bisa membiarkan itu terjadi.” “Aku tidak peduli pada Darwin atau ancamannya,” tegas Abizar. “Satu-satunya yang aku pedulikan adalah kau. Dan aku akan melakukan apa saja untuk membuktikan bahwa aku pantas untukmu.” Elsa menatap Abizar dengan campuran emosi—ketakutan, harapan, dan cinta yang tak pernah benar-benar hilang. “Tapi bagaimana kalau aku tidak siap? Bagaimana kalau aku terlalu takut untuk mempercayaimu lagi?” Abizar mendekat, menggenggam tangan Elsa dengan lembut. “Kalau begitu, aku akan menunggumu, Elsa. Sebanyak apa pun waktu yang kau butuhkan, aku akan ada di sini.” Hening menyelimuti mereka, tetapi di tengah keheningan itu, ada sesuatu yang berubah. Elsa merasa dinding yang selama ini ia bangun mulai retak. --- Penemuan Mengejutkan Beberapa hari kemudian, Abizar kembali menemui Takashi. Kali ini, pria Jepang itu membawa sebuah berkas rahasia yang tebal, penuh dengan informasi tentang keluarga Darwin. “Aku menemukan sesuatu yang mungkin menarik bagimu,” ujar Takashi, menyerahkan berkas itu kepada Abizar. Abizar membuka berkas itu dengan tangan gemetar. Matanya langsung tertuju pada sebuah foto—foto Darwin bersama seorang pria Jepang yang dikenalnya dengan baik. “Ini … Ebizawa?” tanyanya tak percaya. Takashi mengangguk. “Sepupumu. Dia pernah bekerja sama dengan Darwin dalam transaksi besar di Jepang.” Abizar terdiam, pikirannya berputar liar. Jika Ebizawa terlibat dengan Darwin, itu berarti ada kemungkinan besar keluarga Darwin memiliki rahasia yang jauh lebih gelap daripada yang ia bayangkan. Namun, sebelum ia sempat bertanya lebih jauh, ponselnya bergetar. Sebuah pesan masuk dari nomor tak dikenal. “Aku tahu kau menyelidiki kami. Jika kau tidak berhenti, kau akan kehilangan semuanya, termasuk Elsa.” Abizar membaca pesan itu dengan rahang yang mengeras. Ia tahu ini hanya permulaan, tetapi tekadnya semakin kuat. Ia tidak akan mundur, apa pun risikonya.
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD