Sebulan telah berlalu semenjak Perrie meminta ijin untuk bekerja dan akhirnya anak buah sang ayah berhasil mendapatkan perusahaan yang mau menerimanya, ibunya pun sudah mengijinkannya untuk bekerja dan Perrie bersyukur akan hal itu.
Hari ini ia sedang menunggu keputusan tentang diterima atau tidaknya ia untuk bekerja di sebuah perusahaan bernama Wilson Corp yang memiliki beberapa cabang di Amerika namun Perrie mendapatkan bagian di pusat kota Manhattan.
Perrie memilin jemari tangannya seraya menatap jam dinding yang ada di ruangan tersebut, ia tidak sendiri di ruangan itu, beberapa calon pegawai lain juga sedang menunggu keputusan seperti dirinya.
Ceklek.
Seorang pria tampan memakai setelan kemeja berwarna biru muda memasuki ruangan tersebut seraya membawa sebuah file.
"Ms. Abraham." Panggil pria itu yang membuat Perrie bangkit dari duduknya.
"Saya Perrie Abraham, Sir," ucap Perrie seraya mengangkat telapak tangannya sedangkan pria itu segera berjalan menghampiri Perrie.
"Mari ikut saya, Nona." ucap pria tersebut yang bernama Mark di Leonardo. Perrie menganggukkan kepalanya, setelah itu ia membuntuti Mark yang berjalan di depan nya.
Mereka memasuki sebuah ruangan yang bertuliskan HRD, ketika mereka sudah memasuki ruangan tersebut Mark segera mempersilahkan Perrie untuk duduk.
"Perkenalkan nama saya Mark di Leonardo, saya HR Manager di perusahaan ini, saya sudah menerima laporan dari staff saya mengenai anda dan saya menerima anda untuk bekerja sama dengan perusahaan kami," ujar Mark yang membuat Perrie ingin memekik kegirangan.
"Thank you, Sir," ucap Perrie seraya tersenyum.
"Ini berkas yang harus anda serahkan kepada Tuan Wilson selaku CEO di perusahaan ini, mulai saat ini anda resmi menjabat sebagai sekretaris," kata Mark lalu menyerahkan sebuah berkas kepada Perrie yang segera diterima oleh wanita itu, setelahnya mereka berjabat tangan lalu Perrie berpamitan untuk menuju ruang CEO.
Perrie menghentikan langkahnya kala ia melihat seorang pria bertubuh tinggi besar yang berdiri di samping pintu masuk ruang CEO. Dengan ragu-ragu ia menghampiri pria yang mengenakan setelan suit berwarna hitam.
"Permisi, Tuan. Saya ingin bertemu dengan Tuan Wilson," kata Perrie yang membuat pria itu segera membukakan pintu tanpa membalas perkataan Perrie.
Perrie melangkah memasuki ruangan tersebut, terlihat ruangan itu didesign dengan begitu maskulin dengan sentuhan dekorasi berwarna abu-abu dan juga putih tulang. Perrie berjalan menuju meja CEO di mana ia tidak dapat melihat wajah atasannya tersebut dikarenakan atasannya yang sedang menghadap ke luar tembok kaca yang memperlihatkan hamparan kota Manhattan.
Perrie menghirup nafasnya dengan perlahan. "Selamat pagi, Tuan Wilson," sapa Perrie yang membuat Tony selaku pemilik Wilson Corp membatu di tempat duduk nya, Tony merasa pernah mendengar suara itu.
Tony membalikkan kursi kerjanya secara perlahan dan betapa terkejutnya ia ketika mendapati seorang gadis cantik yang satu bulan lalu ia temui di Italy, begitupun dengan Perrie yang melebarkan kedua matanya saat melihat seorang pria yang ia temui ketika ia berlibur ke Sicily tengah duduk di kursi milik CEO.
"Perrie," ucap Tony sedangkan Perrie masih mengerjapkan matanya.
Tony segera meletakkan berkas yang ia baca lalu bangkit dari duduk nya sedangkan Perrie masih mematung di tempatnya. Tony berjalan menghampiri Perrie lalu menatap ke arah pintu masuk.
"Kau sedang apa di sin-" Perkataan Tony terhenti kala ia menyadari sesuatu.
"Kau sekretaris baru ku?" tanya Tony yang membuat Perrie mengerjapkan kedua matanya dengan pelan.
"Um ... Dua hari yang lalu ... aku melamar di perusahaan ini dan aku diterima ... ," jawab Perrie dengan lirih sedangkan Tony tersenyum.
Tony menjulurkan tangannya ke arah gadis berambut kuncir kuda di hadapannya. "Selamat bergabung dengan Wilson Corp," ucap Tony yang membuat Perrie tersenyum lalu menerima uluran tangan tersebut.
"Terima kasih, Tuan. Saya akan bekerja dengan baik," ucap Perrie yang membuat Tony merengut tidak suka.
"Jangan memanggil ku Tuan, panggil saja Tony seperti biasa." Perrie menggelengkan kepalanya ketika mendengar perkataan dari Tony.
"Tidak, anda atasan saya saat in-"
"Tidak ada penolakan atau kau akan ku pecat hari ini juga," ucap Tony memotong perkataan Perrie yang membuat wanita itu terkejut setengah mati mendengar perkataan dari Tony sedangkan Tony tersenyum seraya menatap Perrie begitu dalam.
"Baiklah, kau boleh memanggil ku dengan panggilan itu jika kita berada di kantor dan bersama pegawai yang lain. Di luar jam kerja, kau panggil namaku saja," ujar Tony kembali yang membuat Perrie menatap Tony seraya menimbang-nimbang tawaran pria itu hingga akhirnya ia menganggukkan kepalanya.
"Baiklah," jawab Perrie yang membuat Tony tersenyum.
"Ya Tuhan, aku sampai lupa menyuruhmu untuk duduk," ucap Tony seraya menepuk keningnya yang membuat Perrie terkekeh.
"Silahkan duduk, Ms. Abraham," lanjut Tony sedangkan Perrie menggelengkan kepalanya melihat kelakuan CEO itu.
Perrie segera duduk di kursi yang bersebrangan dengan Tony. "Aku diminta untuk menyerahkan berkas ini padamu," ucap Perrie seraya menyodorkan sebuah map berisi beberapa berkas kepada Tony.
Tony membuka berkas yang disodorkan oleh wanita itu, ia menganggukkan kepalanya ketika membaca berkas tersebut yang berisikan tentang laporan karyawan baru yang mulai bekerja di Wilson Corp hari ini.
Tony menutup berkas tersebut lalu menyodorkan sebuah tablet kepada Perrie. "Jadwal meeting ku dan pekerjaan mu ada di tablet itu, kau bisa menyalinnya di laptop yang ada di meja kerja mu," ujar Tony.
"Ah, ya. Meja kerja mu ada di luar, tepatnya di samping pintu masuk," lanjut Tony.
"Baiklah, ada hal lain yang perlu ku ketahui lagi?" tanya Perrie yang sudah bersiap untuk keluar dari ruangan.
"Jika ada tamu yang datang menemui ku tolong jangan ijinkan orang lain untuk masuk, aku tidak suka ada yang mengganggu pembicaraan ku dengan tamu ku," jawab Tony yang membuat Perrie menganggukkan kepalanya.
"Satu lagi, aku tidak suka jika ada tamu yang datang di saat jam makan siang tiba," lanjut Tony yang kembali diangguki oleh Perrie.
Perrie segera bangkit dari duduknya sedangkan Tony kembali menandatangani laporan keuangan yang ia baca sebelum Perrie datang memasuki ruangannya.
"Baiklah kalau begitu aku akan keluar," ucap Perrie yang diangguki oleh Tony tanpa mengalihkan pandangannya pada berkas yang ada di genggamannya.
"Permisi, Tuan." Tony mendongakkan wajahnya begitu mendengar panggilan 'Tuan' yang keluar dari bibir Perrie sedangkan Perrie segera berlari keluar ruangan.
"Perrie!" teriakan Tony terdengar ketika Perrie sudah keluar dari ruangan tersebut yang membuat ia terkekeh, ia yakin jika Tony tidak akan tega memecatnya hanya karna memanggil pria itu dengan sebutan 'Tuan'.
Perrie menolehkan wajahnya ketika tawanya sudah mereda namun ia terkejut dengan keberadaan seorang pria yang ia yakini sebagai bodyguard Tony. Perrie meringis malu kala pria itu menatapnya.
"Anda sekretaris Tuan Tony?" tanya pria itu dengan ramah yang membuat Perrie sempat terkejut, ia kira pria itu akan cuek seperti para anak buah sang ayah.
Perrie tersenyum. "Ya, perkenalkan, namaku Perrie," jawab Perrie seraya menyodorkan tangannya ke arah pria itu yang disambut baik oleh pria bertubuh tegap dan tinggi tersebut.
"Saya Dannis Mavell," balas pria itu lalu melepaskan tautan tangan mereka.
"Selamat bekerja, Perrie," ucap Dannis yang diangguki oleh Perrie seraya tersenyum.
Perrie segera duduk di meja kerjanya yang terletak tidak jauh dari tempat Dannis berdiri, baru saja ia ingin menyalakan laptop yang ada di atas meja kerjanya seorang wanita berpakaian sexy melenggang di hadapannya lalu memasuki ruangan Tony tanpa mengetuk pintu terlebih dahulu.
Perrie menolehkan wajahnya ke arah Dannis sedangkan Dannis tampak diam saja menatap lurus ke depan.
"Dannis," panggil Perrie yang membuat pria itu menolehkan wajahnya.
"Ada apa, Perrie?" tanya Dannis.
"Siapa wanita tadi?" tanya Perrie.
"Kekasih Tuan Tony," jawab Dannis yang membuat Perrie terdiam beberapa saat.
"Ah ya, aku ingin ke toilet sebentar," lanjut Dannis.
"Oh ... okay ... ," hanya itu kata yang keluar dari bibir Perrie.
Mungkin kekasihnya adalah tamu yang dimaksud oleh Tony beberapa menit yang lalu. gumam Perrie dalam hati.
Ia menoleh ke arah Van Cleef & Arpels yang melingkar di pergelangan tangannya yang menunjukkan pukul sebelas lima puluh lima menit, itu tandanya beberapa menit lagi jam makan siang akan tiba dan ia kembali mengingat tentang ucapan Tony yang mengatakan bahwa pria itu tidak suka ada tamu yang datang di jam makan siang.
Perrie menghela nafasnya dengan pelan setelah itu ia kembali fokus pada laptop nya sedangkan di dalam ruangan, Tony dikejutkan dengan kehadiran sang kekasih yang datang ke kantornya tanpa mengabarinya terlebih dahulu.
"Hi, Babe," sapa Kylie ketika ia memasuki ruangan sang kekasih.
"Kau tidak mengabari ku jika akan kemari," ucap Tony sedangkan Kylie bersandar pada meja kerja milik pria itu seraya menyilangkan kedua kakinya.
"Apakah aku tidak boleh mengunjungi kekasihku sendiri?" tanya Kylie sedangkan Tony kembali melanjutkan pekerjaannya namun lagi-lagi ia dibuat terkejut oleh tindakan Kylie kala wanita itu duduk di pangkuannya.