ANAK PAPI

1174 Words
"Perrie." Panggil seorang pria yang membuat gerakan Tony terhenti, ia menatap seorang pria berambut pirang yang berjalan ke arah nya dan Perrie. "Lenier?" Ucap Perrie yang membuat Tony menoleh ke arah nya. "Kau kenal pria itu?" Tanya Tony sedangkan Lenier sudah berdiri di hadapan mereka menggunakan sepatu ice skating. "Uncle Vinic menyuruh ku untuk menjemput mu," ucap pria bernama Lenier Khan tersebut. "Ayahmu?" Tanya Tony yang membuat Perrie mendongakkan wajahnya menatap pria yang masih merengkuhnya saat ini. Perrie mengangguk. Tony menoleh ke arah Lenier lalu berkata, "Aku yang menjemputnya, jadi biar aku saja yang mengantarkan nya pulang," ujar Tony lalu menarik pelan tubuh Perrie dan berjalan menuju ruang ganti, ia paham tatapan Lenier beberapa detik yang lalu, pria itu menyukai Perrie dan hal itu membuat ia tidak suka sedangkan Lenier mengepalkan salah satu tangannya ketika melihat Perrie dan Tony berjalan meninggalkan nya. "Aku tidak menyangka jika ayahku akan se-posesif ini," ucap Perrie dengan kesal ketika ia mengenakan heels miliknya sedangkan Tony terkekeh kecil. "Sepertinya aku harus menunggu mu untuk satu tahun kedepan," ucap Tony yang membuat gerakan Perrie terhenti. "Maksud mu?" Tanya Perrie. Tony mengangkat kedua bahunya. "Lupakan," ucap Tony, kemudian mereka berdua segera memasuki mobil milik Tony yang terparkir di bahu jalan. "Aku ingin bertemu dengan ayah mu," ucap Tony ketika sebentar lagi mereka tiba di gedung apartemen milik Perrie. "No," ucap Perrie tidak setuju, ia tahu betul bagaimana sifat sang ayah yang terkadang membuat nya malu. "Why?" Tanya Tony. "A-aku mengantuk, aku ingin setibanya di rumah langsung beristirahat, jadi aku tidak bisa menemanimu menghadapi ayahku," ujar Perrie dengan terbata yang membuat Tony terkekeh. "Aku bisa menghadapi ayahmu seorang diri," ucap Tony sedangkan Perrie menatap lesu ke arah pria itu. "Okay, okay, fine. Aku tidak akan menemui ayahmu," lanjut Tony seraya terkekeh yang membuat Perrie merasa lega. *** Malam ini Perrie berjalan seorang diri memasuki lift kantor tempat ia bekerja, jam telah menunjukkan pukul tujuh malam, setibanya di loby ia bertemu dengan Tony yang berjalan ke luar gedung bersama dengan Dannis. "Kau dijemput ayahmu malam ini?" Tanya Tony, semenjak kejadian tadi malam, pria itu kerap kali meledeknya dengan sebutan 'anak papi'. "Tidak, Tuan," jawab Perrie dengan formal, mungkin ia sudah memukul lengan Tony jika tidak ada pegawai lain yang melihat interaksinya dengan sang bos saat ini. Tony terkekeh kecil melihat wajah masam Perrie. "Baiklah aku akan mengantar mu, tapi kau harus mampir ke mansion ku terlebih dulu mengambil laporan untuk meeting besok senin," ujar Tony yang membuat Perrie berpikir untuk sesaat lalu menganggukkan kepalanya. "Baik, Tuan," ucap Perrie. Mereka bertiga segera memasuki mobil milik Tony dengan Dannis di kursi kemudi serta Tony dan Perrie di kursi penumpang , awalnya Perrie ingin duduk di samping Dannis namun Tony melarangnya. Setibanya mereka di gerbang mansion, Tony dan Perrie berjalan memasuki halaman mansion namun Perrie menghentikan langkahnya ketika melihat bodyguard sepupunya berada tak jauh darinya, lain hal nya dengan Tony yang masih berjalan memasuki area mansion nya namun langkahnya juga terhenti ketika melihat Harley tengah berbicara dengan seorang pria. "Halsey?” panggil Tony yang membuat Harley menolehkan wajahnya mencari sumber suara. “Siapa pria itu?” lanjut Tony bertanya. “Oh, kenalkan, dia Arthur, kekasihku,” ucap Harley yang membuat Tony melotot tidak percaya. “What? Kenapa kau mendahului ku?!” protes Tony sedangkan Harley mendelik mendengar perkataan sang kakak. “Apa aku salah jika lebih dulu mendapatkan kekasih dibandingkan kau?” tanya Harley tidak habis pikir dengan sikap Tony. Belum saja Tony membalas perkataan Harley, pria yang bersama dengan adiknya itu menarik Harley mendekati air mancur yang semakin menjauhi Tony, mereka terlihat berbicara panjang lebar. “Hei!” teriak Tony yang melihat pria itu hendak mengecup bibir adiknya. Mendengar teriakan tersebut membuat mereka sontak menoleh. “Jangan bermesraan di halaman mansion ku!” teriak Tony membuat Harley terkekeh namun tidak dengan kekasih Harley yang terdiam memandangi seseorang yang berdiri di belakang Tony. “Perrie?” panggil pria itu membuat Tony menoleh ke belakang dan melihat Perrie yang berdiri tidak jauh darinya. “Arthur?” panggil Perrie ketika melihat sepupunya yang bernama Arthur Abraham berdiri di samping Harley dan interaksi antara ia dan Arthur sukses membuat Harley dan juga Tony mengernyit heran. “Kau mengenal pria itu?” tanya Tony yang dijawab oleh anggukan dari Perrie. Dan di sinilah mereka saat ini, berada di dalam ruang tamu mansion, Tony menyuruh mereka untuk masuk karena hari semakin gelap. Setelah beberapa menit telah berlalu akhirnya Tony berdehem memecah keheningan. “Ehekm, jadi kau mengenal pria itu?” tanya Tony kepada Perrie yang membuat Arthur mengernyit. “Apa maksudmu dengan kalimat ‘pria itu’?” tanya Arthur seraya merengkuh pinggang Harley dan hal itu membuat Tony mendelik tajam sedangkan Harley memutar bola matanya dengan jengah. “Umm” Perrie bergumam, mengalihkan perhatian Arthur dan Tony. “Dia sepupu saya, Tuan?” jawab Perrie membuat Harley dan juga Tony terkejut namun Tony segera menetralkan mimik wajahnya. “Kau … jadi saat kau di rumah sakit, kau ingin menjenguk Arthur?” tanya Harley dan diangguki oleh Perrie. Beberapa hari yang lalu Harley bertemu dengan Perrie di rumah sakit tempat Arthur dirawat karena kecelakaan. “Dan kau adalah kekasih adikku?” tanya Tony kepada Arthur yang membuat Perrie mengernyit. “Kekasih Harley?” tanya Perrie seraya menatap ke arah Arthur. “Ya,” ucap Arthur dengan bangga lalu mengecup pipi Harley, hal itu membuat Tony kembali mendelik melihat kelakuan Arthur. “Hei! Jangan sembarangan mengecup wajah adikku! Aku tidak mengijinkannya!” ucap Tony bersungut-sungut yang dijawab oleh Arthur dengan mengendikkan kedua bahunya. Tony tidak suka dengan sikap Arthur yang selalu mengecup wajah adiknya di sembarang tempat. “Aku tidak-” Perkataan Arthur terhenti kala smartphone miliknya bergetar, ia segera mengangkat panggilan tersebut. “Ya, Mom?” ucap Arthur kala menjawab panggilan tersebut. Namun beberapa detik kemudian Arthur membeku mendengar perkataan dari seberang telfon. “Ada apa?” tanya Harley seraya menatap sang kekasih, terlihat jelas bahwa pandangan Arthur saat ini begitu kosong. “Jangan bercanda, Mommy,” ucap Arthur seraya terkekeh lalu tak lama kemudian ia segera bangkit dari duduk nya hingga membuat semua orang yang ada di ruang tamu tersebut terkesiap. “Mommy tenanglah,” ucap Arthur dengan gelisah. “Aku akan mencari Daddy,” kata Arthur lalu mematikan sambungan telepon tersebut namun perkataan dari Arthur membuat Perrie bangkit dari duduk nya. “Ada apa dengan uncle Brian?” tanya Perrie begitu panik kala dirinya menangkap maksud perkataan sang sepupu. “Daddy menghilang,” jawab Arthur yang membuat semua orang terkejut, Arthur segera menoleh ke arah kekasihnya yang masih duduk di sofa. “Aku harus pergi,” lanjut Arthur begitu panik, ia segera mengecup kening Harley dan berlari keluar dari mansion tersebut. “Maaf Tuan, sepertinya saya juga harus pergi,” ucap Perrie kepada Tony seraya membungkukkan tubuhnya, setelah itu ia berjalan tergesa-gesa keluar dari mansion tersebut meninggalkan Tony dan Harley di ruang tamu tersebut. "Sepertinya aku akan ikut," ucap Harley lalu berlari menyusul Arthur dan juga Perrie sedangkan Tony hanya bisa mendesah, tidak mungkin juga ia mengikuti mereka, ia belum berani untuk bertemu keluarga besar Perrie.
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD