Irene Kayleigh akan terus meminta pada Tuhan untuk tidak membangunkannya lebih dulu. Mimpinya terlalu nyaman untuk segera di akhiri. Kepalanya bersandar pada d**a bidang Justin. Sumpah demi apapun, Irene akan mengatakan bahwa ini adalah bantal ternyaman. Belum lagi, lengan kekar pria itu melingkari pinggangnya. 'Sungguh, Tuhan jangan bangunkan aku dulu. Biarkan seperti ini.' gumamnya dalam hati. Gadis itu terus tersenyum tanpa sadar. Bau maskulin dari tubuh Justin membuatnya semakin betah. Maka dari itu, dia terus merapalkan doa agar mimpi indahnya ini berlangsung lama. "Kau sudah bangun?" Mendengar seseorang melemparkan pertanyaan, sontak Irene langsung menganggukkan kepalanya, sembari terus saja mematri sebuah senyuman. Ah! Mimpinya terasa seperti sungguhan. Nyata! "Kau sangat men