Hans Karl sedang duduk bersantai di ruang tamu rumahnya. Hampir setiap weekend pria paruh baya itu selalu melakukan hal yang sama. Bersantai sembari menikmati teh hijau dan dilengkapi dengan camilan ringan. Berulang kali dia menghela nafas pelan dan sesekali melihat ke arah bingkai foto mendiang istrinya. Dia tersenyum tipis saat mengingat bagaimana sang istri tersenyum manis ke arahnya. Setiap pagi selalu menyiapkan sarapan, pakaian kerja untuknya, dan tak lupa sebelum itu pasti istrinya sudah membuatkannya secangkir teh hijau di atas meja. Tapi kemudian dia menghela napas pelan saat melihat foto putra semata wayangnya, Justin Karl. Anak itu benar-benar membuatnya pusing tujuh keliling. Dia selalu melakukan yang terbaik untuk putranya, namun nampaknya jalan pikirannya dan sang putra ta