13. Rumah Tangga Baru.

1095 Words
Jika suasana sangat genting maka Vector membolehkan anak buahnya untuk mengeluarkan senapan mereka. BRAAK!!! Vector menendang pintu markasnya dengan kuat. Dia berjalan santai masuk lebih ke dalam saat ia melihat adanya wanita. yang diduganya sebagai ketua mereka. Dan dia menyeringai saat mendengar suara berbincang dari ruangan nya. Pintu ruangan Vector sudah terbuka yang tentunya sudah ada orang di sana. Dan Vector mengernyit saat melihat tiga orang manusia yang memunggungi nya. Ada wanita di sini, namun dia mengerti saat melihat sebuah gaun berwarna merah teronggok mengenaskan di meja kerjanya. "Kau siapa? Berani-beraninya mengacau di tempatku." ujar Vector dingin. "Nah pastur Itu calon suamiku!" Seorang wanita membalikkan badan nya sembari menunjuk ke arah Vector. Vector membulatkan matanya melihat wanita yang sangat dirindukan nya. "Catalina." Lirih Vector. Catalina tersenyum simpul sembari melambaikan tangannya kecil. Vector melongo bagai orang yang melihat hantu, sedangkan yang menjadi sumber keterkejutan Vector sekarang sedang tertawa kecil. Setidak percayakah itu Vector melihatnya? Begitulah pikir Catalina. Dengan langkah susah payah karena perutnya, Catalina menghampiri calon suaminya dengan senyuman yang masih terpatri di wajah bulatnya. "Hey, Tuan," ujar Catalina di depan wajah blank Vector. Mata tajam Vector mengerjap pelan, tangan besarnya terangkat untuk sekedar menyentuh pipi gembil Catalina. "Catalina?" bisik Vector tidak percaya. "Ya, ini aku." Jawab Catalina sembari terkekeh. Catalina menggeleng dramatis melihat wajah tirus Vector yang semakin terlihat kurus dengan kumis tipis yang tidak rapi. "Ck. Dengan perginya aku beberapa bulan apa Tuan sudah lupa-" "Jangan tinggalkan aku lagi." sela Vector dengan suara bergetar. Kepala Catalina mendongak dengan cepat setelah mendengarnya. Pupil matanya membesar melihat buliran kristal bening mengaliri pipi Vector. "Jangan lagi." Vector memeluk tubuh berisi Catalina dengan erat. Catalina mengerjap beberapa kali karena terlampaui terkejut dengan aksi Vector yang tiba-tiba. "Kau berhasil membuatku gila Baby." bisik Vector dengan parau. Catalina tersenyum lembut, ia membawa kedua tangannya melingkari punggung tegap Vector yang bergetar. Dielusnya dengan pelan menghantarkan kehangatan dan ketenangan bagi Vector. "Itu pelajaran untukmu. Tuan-karena kau sudah ...--" "Ya, aku bersalah, aku pantas mendapatkan hukuman seperti ini. Maafkan aku." sela Vector dengan cepat dan sungguh-sungguh. Catalina mengangguk singkat setuju atas perkataan Vector. Jika dia pantas mendapatkannya. Pelukan mereka terlepas karena deheman kecil dari pastur yang berdiri kokoh di tempat kerja Vector. "Nah, ayo, menikah dulu. Jangan buat aku menggunakan kekerasan." ancam Catalina serius. Senyuman kotak seketika terbit di bibir Vector. Ia segera menggandeng tangan Catalina yang terasa sangat pas di genggamannya. Mereka pun berjalan ke arah pastur dan mengucapkan janji suci dengan saksi Joni yang terlihat lebih terkejut dan kebingungan dengan situasi yang terjadi. Mata bulat Catalina berputar malas karena ia merasa jengah dipandangi oleh pria yang berstatus sebagai suami barunya ini. "Berhenti memandangiku." Jengah Catalina. Vector semakin mendekat ke tubuh Catalina, ia memandang intens wajah Catalina. Ia masih belum percaya jika yang di hadapannya ini adalah Catalina Juliette yang sudah menjadi Catalina Jade dengan status baru yaitu istrinya. Dia benar-benar seperti mimpi. "Ini kau kan? Catalina?" tanya Vector kesekian kalinya. Terdengar helaan napas kasar dari Catalina, ia maninju d**a Vector dengan sedikit keras karena kesal yang mampu membuat sang empu memekik kecil. "Ya, ini aku. Berhenti jadi i***t Vec. Kalau aku tahu kau sekarang jadi i***t aku tidak mau menikah denganmu." sungut Catalina. Vector tertawa kecil, ia menggapai tubuh Catalina lalu memeluknya dengan erat. Ia menenggelamkan wajahnya ke caruk leher Catalina, menghirup aroma tubuh Catalina yang sedikit berbeda dari sebelumnya. "Baumu sedikit aneh." bingung Vector menghirup aroma tubuh Catalina untuk memastikan. Catalina melepas pelukan Vector, ia mencium aroma tubuhnya sendiri dengan wajah berpikir. Tak lama dia membuka mulutnya kecil. "Sejak hamil aku lebih suka yang berbau bayi dari pada aroma Citrus seperti biasanya," ujar Catalina memberitahu. Mendengar kata 'hamil' membuat wajah Vector seketika menyendu. Kepalanya tertunduk karena merasa bersalah, dan Catalina tahu hal itu. "Aku sudah melupakan yang berlalu. Kau mau menikah denganku dengan suka hati aku sudah bersyukur. Dengan begitu aku tidak perlu mengeluarkan tenaga lagi untuk memaksamu." ujar Catalina santai. Vector mengernyit tidak suka mendengar perkataan Catalina. Tentu saja dia mau menikah dengan wanita yang dicintainya, kenapa harus dipaksa?. "Kukira kau sudah melupakanku Tuan Mafia~ mengingat bagaimana terakhir kali kita bertemu." sela Catalina mengacau pikiran Vector. "Mana mungkin seperti itu. Aku seperti orang gila karena kau menghilang begitu saja. Kekanakkan" cibir Vector kesal. Yang lebih muda hanya mengendikkan bahunya tidak peduli. Karena bagi Catalina apa yang ia lakukan sudah benar yaitu untuk memberi pelajaran kepada ketua besar mafia tersebut yang sialnya dia telah jatuh dalam pesonanya. "Lalu-selama ini kau tinggal di mana? Apa kalian baik-baik saja?" khawatir Vector sembari meletakkan telapak tangannya di atas perut buncit Catalina. Yang ditanya pun mengendikkan bahunya malas, dia terlalu malas menjelaskan apa yang terjadi selama ini. "Sungguh merepotkan membawa perut dan tubuh sebesar ini. Aku tidak mau tahu. Setelah dia lahir aku tidak mau hamil lagil!" kesal Catalina sembari menunjuk-nunjuk wajah suaminya. Vector mengernyit tidak mengerti. Ia ikut menunjuk dirinya sendiri dengan telunjuknya. "Kau ingin aku yang mengandung?" beo Vector memastikan. "Terserahlah. Yang penting aku tidak mau mengandung lagi. Melelahkan." sungut Catalina. Mereka saat ini sedang berada di dalam kamar dengan posisi di atas tempat tidur. Catalina mengangkat kedua kakinya lalu meletakkan di atas kaki Vector. "Pijat kakiku. Sebelum tidur aku selalu memijat kakiku yang terlihat bengkak itu. Karena aku sudah punya suami-jadi kau pengganti tanganku." titah Catalina seenaknya. Dia membaringkan tubuhnya dengan kaki yang dipijat Vector. Mau tak mau Vector menuruti kemauan istri hamilnya itu. Tak lama terdengar dengkuran halus dari bilah bibir Catalina. "Maafkan aku." Vector mengelus perut buncit Catalina penuh rasa bersalah. . "YAAK!!! BANGUNLAH!!" teriakan Catalina menggelegar di dalam kamar. "CK! DIAMLAH!!" murka Vector sembari menutupi telinganya dengan bantal. Catalina merotasi bola matanya jengah. Sudah beberapa kali ia membangunkan suaminya tersebut namun tidak terbangun juga. "Oh, ayolah. Tuan Mafia. Jangan malas. Aku akan ikut denganmu kerja," ujar Catalina, Catalina membuka pintu balkon kamar mereka agar sinar matahari dan udara pagi masuk. "Apa kau bilang? Ikut aku bekerja?" tanya Vector yang sedang menguap kecil. Anggukan kecil menjadi jawaban Catalina, ia duduk di tepi ranjang sembari memperhatikan wajah bantal sang suami. Sedikit terkejut ketika mendapati mata Vector melotot dengan tidak elitnya. "Kau gila?! Kau sedang mengandung penerusku!!" pekik Vector. "Aku tidak lupa." cibir Catalina. "Lalu kenapa pula kau ikut aku bekerja?!" sungut Vector. Catalina menghela napasnya lelah. Dia tidak tahu jika kepergiannya beberapa bulan membuat otak Vector terbalik dan menjadi bodoh seperti sekarang. "Kau tidak lupa dengan pekerjaanku kan? Aku orang profesional." Catalina berbangga diri. "Bukan itu masalahnya Catalina Jade. Kau sedang mengandung. Jika kau ikut bekerja lalu bagaimana dengan perut besarmu itu, hah?!" geram Vector. Dia mati-matian menahan emosinya untuk tidak membentak Catalina hingga berbuat lebih kepada istri tercintanya tersebut.
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD