17.Hari Yang Manis.

1360 Words
"Memangnya aku marah?" Vector mengangkat satu alisnya. Catalina cemberut sembari mengangguk kecil. Diambil tangan Vector lalu dikecupnya berkali-kali. Vector sedari tadi menahan gemas tingkah sang istri. "Takut. Aku tidak suka." adu Catalina dengan wajah sedihnya. Vector tersenyum, mau tak mau Catalina merasa lega. "Jangan ulangi lagi oke? Aku tidak mau kau terluka sayang. Aku tidak mau kehilanganmu untuk kedua kalinya. Kali ini aku memaafkanmu. Tapi lain kali jangan harap Catalina. Ancamanku yang tadi tidak main-main." ujar Vector tegas. Catalina mengangguk cepat dan kembali mengecup bibir Vector. Itu hanya pengalihan untuk rasa takut nya. Dan Vector tidak bodoh untuk mengetahuinya. "Apa ini sakit? Ada yang terluka lagi?" tanya Vector lembut. Catalina tersenyum sembari menggeleng sepertinya sang suami sudah tidak marah dan memaafkannya. "Sekali lagi maaf karena menjadi egois. A-aku hanya terlalu rindu dengan kehidupanku sebelum mengandung." jujur Catalina sembari menunduk. Diapit dagu Catalina dan ia mengangkatnya agar menatap ke arahnya. Vector tersenyum tampan, mengecup hidung bangir Catalina gemas. "Aku tahu. Maaf sudah merampas kehidupanmu yang dulu sayang. Tapi maaf-aku tidak menyesal menghamilimu." ujar Vector dengan tersenyum lebar. Catalina mendengus kasar namun ia menyunggingkan senyumnya. Ia pun ikut menggeleng pelan. "Aku juga tidak menyesal dihamili oehmu dan berakhir membawa buntalan di perutku. Karena itu aku bisa menikah dengan pria banyak duit sepertimu." Catalina nyengir mengundang Vector merotasi bola matanya malas. Vector mengelus kepala Catalina sayang dan itu sangat disukai oleh Catalina. "Sekarang kau menjadi istri terkaya di dunia Nyonya Jade. Jadi berhenti membuatku khawatir dan cukup berdiam diri di mansion ini menjadi istri dan ibu dari anak-anakku oke?" pinta Vector. Pipi Catalina merona, dia meninju d**a bidang sang suami dengan pelan karena ia merasa malu. Vector terkekeh pelan melihat aksi malu-malu sang istri. "Dengan senang hati suamiku." Jawab Catalina dengan pelan karena ia sungguh malu. Lalu Catalina memeluk tubuh Vector erat dan dibalas oleh Vector. "Jade." panggilnya lembut. "Hm?" Catalina membawa tangan Vector masuk ke dalam kaosnya dan meletakkan di atas dadanya. "Ayo bermain." ajak Catalina. Seketika Vector menyeringai. Catalina sudah terbebas alias full naked dan sedang asik meraba tubuhnya sembari menunggu sang suami yang sedang menerima panggilan di balkon. Catalina sudah tidak sabar namun sang suami tak kunjung masuk ke dalam kamar. Jadi dia berjalan menghampiri sang suami dengan jalan yang sedikit tertatih. Tidak sakit hanya sedikit nyeri saja. Dilihat punggung lebar sang suami dengan tato bertuliskan 'My Love Catalina'. Catalina terkejut, dia baru pertama kali melihat tato itu. Dadanya bergemuruh karena bahagia dan terharu. Ia pikir ketua mafia seperti Vector tidak akan bisa mencintai seseorang dengan tulus, namun justru ia yang menjadi orang beruntung itu. Kapan Vector membuatnya?! Catalina memeluk Vector dari belakang. Tangan Vector yang bebas terarah kebelakang dan menggenggam tangan sang istri. "Anghh." Catalina menempelkan dahinya di punggung sang suami. Tangan Vector bergerak konstan di area tubuhnya. sedangkan sang pelaku masih asik menelpon dengan pembahasan serius. "Hubby." Catalina tidak tahan dengan gelanyar aneh di seluruh tubuhnya. Vector terkekeh setelah mematikan ponselnya. Ia berbalik dan digendongnya ala koala sang istri. Mereka berciuman panas sembari Vector berjalan ke arah ranjang. Dibaringkan sang istri dengan pelan lalu jarinya meraba area surgawi sang istri dengan tangannya yang sehat. "Mhh-" Catalina melenguh nikmat. "Mau itu." ujar Catalina sembari mengurut kebanggaan sang suami di tangannya. Vector tersenyum sembari mengangguk, la memilik bersandar di headbed setelah melepas semua bawahannya. Mata bulat Catalina berbinar melihat junior sang suami berdiri seakan menantangnya. Tangan Vector telulur mengusak surai Catalina dan mendekatkan ke miliknya. Catalina mengendus aroma khas milik sang suami kesukaannya. dengan rakus lalu mengecup ringan seluruh batang berurat sang suami. "Aku sudah tidak tahan, Tuanh." rengek Catalina sembari menggoyangkan tubuhnya. "Masukkan b*****t!" kesal Catalina. Vector tertawa renyah, dilesakkan dengan kasar miliknya membuat Catalina menjerit kuat dengan cairan bening yang menyembur deras. "Payah sekali. Padahal baru masuk." ejek Vector. "Persetan! Cepat bergerak dengan cepat b******k!" Vector menyeringai. Sepertinya pupus sudah harapan Vector mempunyai istri yang manis malu-malu. Namun -yang bringas dan bar-bar seperti ini boleh juga. . "Sialan kau, Vec!" kesal Catalina kepada sang suami. Vector tertawa, ia pun berhenti menggoda sang istri dan menjauhkan kepalanya dari d**a Catalina. Tadi dia sengaja menggigit kulit Catalina dengan keras menghasilkan umpatan dari si kesayangan. Tangan Catalina menarik tangan sang suami agar mengelus perut besarnya. Mereka baru saja selesai bermain, hanya 2 ronde karena mereka masih ingat dengan kandungan Catalina. Mereka hanya berdiam di dalam kamar. Catalina menatap langit-langit kamarnya. sedangkan Vector menatap wajahnya. Vector mendekatkan wajahnya dan mengusaknya di pipi gembil sang istri. Dia sangat bahagia bisa melakukan hal seperti ini dengan orang yang dicintainya. Sebelumnya ia tidak pernah membayangkannya. "Ada apa denganmu?" tanya Catalina. Ia memiringkan tubuhnya dan wajah mereka berhadapan. Catalina menatap bibir bengkak sang suami, dia memajukan bibirnya hingga menyentuh bibir Vector. Lalu mereka tersenyum bersama. "Love you/ Love you," ucap mereka bersamaan. Dan mereka tertawa kecil, Vector merengkuh tubuh polos Catalina dengan lembut. Catalina menyerukkan wajahnya di ceruk leher Vector yang hangat. "Aku tidak tahu jika menikah begitu membahagiakan" ujar Catalina pelan. "Kau bahagia?" tanya Vector. Catalina memukul punggung Vector pelan merasa lucu dengan pertanyaan sang suami. "Tentu aku bahagia. Tidak kusangka ketua mafia sepertimu bisa mencintai wanita sepertiku." Catalina mengecup ringan leher Vector dan sedikit menghisapnya. Vector menerawang kembali bagaimana keras dan gelapnya kehidupan dia. Selama hidupnya ia tidak pernah berpikir akan menemukan seseorang yang harus ia jaga, ia sayangi, ia cintai, ia kasihi, ia lindungi. Tak terbesit sama sekali di otaknya. Namun wanita dipelukannya ini yang merubah segalanya, dan mendapatkan itu semua darinya. "Memangnya kau seperti apa?" tanya Vector sembari menjauhkan kepala Catalina dari lehernya. "Cium." pinta Catalina yong sudah memejamkan matanya. Vector mengecup bibir lembut Catalina dan menghisapnya perlahan. Catalina menekan tengkuk Vector agar memperdalam ciuman mereka. Lama-lama ciuman Catalina menuntut dan Vector segera melepas ciumannya. Kepala Catalina hendak menggapai bibir Vector lagi namun bibirnya segera terhalangi oleh telapak tangan sang suami. "Tidak lagi sayang. Ingat kandunganmu." peringat Vector. Catalina cemberut, namun ia menurut karena sudah dipastikan jika mereka tidak berhenti maka akan terjadi ronde berikutnya dan membahayakan kandungannya. "Memangnya seperti apa dirimu?" Vector mangulang pertanyaannya. Catalina menatap mata Vector, meraba wajah sang suami dari rahang hingga rambutnya. Sangat sexy dan tampan suaminya ini. Dia tidak yakin bisa hidup tanpa prianya ini. "Kau tahu sendiri. aku pembunuh, aku rela menjadi apapun demi uang. Termasuk menyerahkan tubuhku. Hidupku hanya memikirkan uang dan uang setiap hari. Aku bukan wanita yang manis, lembut, menggemaskan dan penurut. Kau yakin bisa bertahan dengan orang sepertiku?" Jawab Catalina panjang lebar. Vector tertawa renyah membuat Catalina mengerutkan dahinya tidak mengerti. Diambilnya tangan Catalina lalu dikecup punggung tangannya, ia masih tertawa renyah merasa lucu akan jawaban sang istri. "Lalu apa kabar dengan kehidupan si ketua mafia, hm? Berkali lipat lebih buruk darimu istriku." ujar di sela-sela tertawanya. Catalina tersenyum geli, benar juga. Tidak ada ketua mafia yang baik-baik saja. Dan mengenal kepribadian Vector-ugh sungguh buruk. "Bukankah jodoh adalah cerminan diri?" Vector mengangkat satu alisnya. "Sial! kau benar!" Catalina meninju pelan d**a bidang Vector sembari tertawa kecil. Mereka pun berpelukan dengan senyuman yang tersungging. "Ingat Catalina! Seburuk apapun diriku di masa ini atau masa depan-aku akan berusaha menjadi suami dan ayah yang baik untukmu dan anak-anak kita. Jadi Jangan pernah lelah dan menyerah hidup bersama pria brengsak sepertiku oke?" pinta Vector. Vector menunggu respond dari istrinya, namun yang ia dapatkan adalah suara dengkuran halus dari istrinya. Ia pun tergelak lalu mengecup dahi Catalina yang ternyata sudah tertidur. "Aku mencintaimu." bisik Vector di telinga Catalina. Lalu ia ikut memejamkan matanya. Bibir Catalina tersenyum kecil dan mengeratkan pelukannya. "Dengan senang hati Tuan Mafia." Vector sudah rapi dengan setelan serba hitamnya. Kali ini dia akan pergi ke black market miliknya untuk memantau secara langsung dan juga bertemu beberapa klien. Istrinya Catalina Jade sedang menatapnya dalam diam di atas ranjang. Istrinya itu baru saja bangun dari tidurnya. Catalina menghela napasnya pelan, menunduk karena memikirkan sesuatu. Jika dipikir-usia pernikahan mereka sangatlah muda. Bahkan belum genap 1 bulan. Selama itu pula Catalina tidak pernah melakukan tugasnya sebagai istri dengan baik. Ya kalian tahu tugas istri itu memasak, melayani suami dalam hal apapun ah kecuali dalam ranjang, Catalina sudah melakukannya dengan baik. Ia tidak pernah memasak untuk Vector, ia tidak bisa memasak. Lalu-dia juga terlalu malas menyiapkan keperluan Vector setiap harinya. Entahlah, dia sedikit merasa tidak berguna sebagai istri?
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD