Nindya tersenyum kecut mendengar jawaban Sindi, sedangkan Bayu yang berdiri di belakang menggeleng, dia menduga sepertinya hubungan Tirta dan mamanya sudah diketahui beberapa orang, mamanya saja yang tidak menyadari. Ketiganya sudah ke luar dari lift, Sindi mengambil ponselnya yang baru saja berbunyi. “Nggak apa-apa. Serahkan saja kepadaku soal tamu pak Tirta.” Sindi mengakhiri panggilannya, tapi sedetik kemudian dia menghubungi Tirta. “Halo, Pak Tirta. Sudah istirahatnya?” tanya Sindi sambil terus berjalan. Suaranya merengek manja, seperti sedang menggoda pria. Padahal pembawaan Sindi memang begitu di setiap harinya, tapi akan aneh jika sikapnya dilihat orang-orang yang baru mengenalnya. Nindya sendiri menghela napas panjang, terlihat kurang nyaman mendengar suara mendayu-dayu Sindi s