Citra dengan cepat menggeleng, dia tidak mau mamanya kecewa atau ragu. Nindya diam, mengamati wajah Citra dengan seksama. Entah kenapa dia jadi merasa bersalah, seolah telah menghancurkan masa depan anak-anaknya. Dia kembali mengingat perbincangannya dengan Tirta kemarin sore, Tirta yang mulai menyinggung keadaannya, terutama anak-anaknya. Pagi itu sibuk seperti biasa, Nindya bergegas menyiapkan sarapan untuk dua anak laki-lakinya, Bayu sudah siap pergi di awal pagi dan Cakra yang sudah siap pergi ke sekolah. Sedangkan Citra sudah duduk di depan teras rumah dan sudah ada pelanggan yang membeli kue-kuenya. Sejak berjualan, Citra memilih sarapan sambil berjualan. Dia tidak mau menyia-nyiakan waktu pagi harinya di mana banyak pelanggan yang membeli. Terdengar suara anak-anak memanggil Cakr