BAB 13 : Theater Berdarah - Bagian 6

1556 Words
Teng! Teng! Jam dinding berdentang beberapa kali. Suaranya memenuhi ruang teater. Jarum pendek sudah menunjukkan angka empat, pertanda bahwa sudah waktunya bagi para pemeran teater untuk pulang. Biasanya mereka akan pulang pada pukul lima, tapi karena besok adalah waktu pementasan, James Dalton memperbolehkan mereka semua untuk pulang cepat hari ini. Semuanya dengan cepat berhamburan turun dari atas panggung dan membereskan barang – barang mereka di ruang ganti. Sebelum Sarah melangkah pergi, dia melihat Diane masih bersama dengan Harold di atas panggung, tampaknya mereka masih ingin berlatih sebentar lagi. Diane memang biasanya seperti itu. Sehari sebelum pementasan dimulai, dia akan berlatih dengan aktor utama lebih lama untuk meningkatkan kemistri yang terjalin di antara mereka. Semua orang tahu kebiasaan Diane itu, bahkan James juga mengetahuinya. Akan tetapi, sekarang James menjadi semakin kesal saat melihat Diane ingin menghabiskan lebih banyak waktu bersama Harold. Diam – diam Sarah memperhatikan tingkah laku James dari kejauhan. Senyuman tipis merekah di bibirnya, merasa bahwa rencananya untuk menghancurkan hubungan Diane dan James sebentar lagi akan berhasil. Dia hanya perlu melemparkan kerikil supaya hubungan mereka benar – benar retak. Ketika James pergi ke ruang pribadinya, Sarah menghampiri Diane dan menyapanya, “Diane, kamu masih ingin berlatih?” Diane tersenyum, “Ya, tapi mungkin tidak terlalu lama. Kemistri antara hubungan kami sudah cukup baik, hanya perlu dipoles sedikit saja.” Sarah mengangguk, “Mhm, kemistri kalian memang sudah bagus. Aku bahkan hampir mengira kalian adalah pasangan.” “Sedari kemarin memang banyak yang berkata begitu.” Kata Harold seraya tertawa dan menyikut lengan Diane. “Lihat! Bukan hanya aku saja yang berpikir demikian. Semua orang yang melihat akting kalian pasti akan langsung mengira kalian adalah pasangan sungguhan!” “Sarah, kamu terlalu banyak memuji.” Ujar Diane malu. Sarah mengibaskan tangannya beberapa kali, “Tidak. Tidak. Kamu memang pantas untuk di puji. Ah, sebenarnya ada sesuatu yang ingin kusampaikan kepadamu.” “Apa itu?” tanya Diane penasaran. “Pada adegan awal drama Othello, Tokoh Othello dan Desdemona dikenal memiliki hubungan yang romantis. Di mana Desdemona melupakan status dan kekayaannya untuk menikahi Othello, sedangkan Othello selalu memberikan yang terbaik untuk Desdemona. Bisa dibilang, mereka adalah sepasang pengantin baru yang kasmaran, bukankah akan lebih baik bila ditambahkan adegan ciuman?” Saran dari Sarah membuat Harold ragu. “Awalnya kami juga berpikir demikian, tapi Tuan James tidak ingin memasukkan adegan ciuman.” Diane sesungguhnya juga setuju dengan pendapat Sarah. Mereka seharusnya menambahkan adegan ciuman untuk menambahkan kesan romantis, tidak perlu ciuman yang kasar dan lama, sekadar ciuman singkat saja sudah cukup. Alasan drama ini tidak mempunyai adegan ciuman adalah karena James tidak ingin ada aktor yang mencium Diane di depan matanya. Memang terkesan egois, tapi Diane juga menyukai sikap posesif dari James. Namun, sekarang James sedang menjauhinya dan Diane juga merasa bahwa pria itu mungkin sudah tidak lagi perduli kepadanya sehingga kini Diane mempunyai kebebasan untuk melakukan apa pun. “Kita harus melakukan adegan ciuman itu.” Perkataan Diane membuat Harold terkejut, “Apa? Bagaimana dengan Tuan James? Bukankah dia sudah bersikeras tidak ingin menambahkan ciuman?” “Tidak apa, aku akan berbicara dengannya nanti. Sekarang, kita bisa melatih adegan ciuman itu terlebih dahulu.” Saran Diane. “Karena kalian ingin berlatih lagi. Maka aku akan segera pergi. Semoga sukses untuk besok!” seru Sarah penuh dengan semangat. “Ya, sampai jumpa besok, Sarah.” Ruang teater lantas menjadi sepi setelah Sarah pergi. Hanya tinggal Diane dan Harold saja yang berada di ruang teater. Sisa pemain lainnya sudah pulang atau beberapa ada di ruang ganti. Tanpa menunggu lama, Diane dan Harold segera memulai latihan mereka. Ketika keduanya masuk ke dalam drama, mereka seolah menjadi tokoh yang mereka perankan. Diane sebagai Desdemona dan Harold sebagai Othello. Kemistri yang terjalin di antara mereka begitu kuat, seseorang pasti akan menyangka mereka benar – benar sepasang kekasih apabila tidak tahu mereka sedang latihan. Adegan demi adegan telah terlewati, sampai akhirnya mereka memutuskan untuk mencoba adegan ciuman satu kali. Harold menempatkan tangannya di belakang tengkuk Diane, sedangkan Diane memejamkan matanya. Tatkala kedua bibir mereka bersatu, ada suasana romantika yang kental menguar dari keduanya. “Apa yang kalian lakukan?!” Suara teriakan dari bawah panggung membuat keduanya terkejut dan langsung melepaskan diri. Diane menoleh, mendapati sosok James tengah menatapnya lekat dengan mata yang memerah. Tidak ingin menuai kesalahpahaman, Diane buru – buru menjelaskan. “James, menurut kami akan lebih bagus apabila drama Othello mempunyai sedikit adegan ciuman. Karena itu, kami berl—” James memotomg ucapan Diane. “Tidak ada adegan ciuman dalam drama ini. Kita sudah pernah membahas ini sebelumnya! Aku ingin mengedepankan cinta yang murni tanpa sentuhan fisik, tapi kenapa kalian begitu lancang! Apakah sutradara sudah tidak berarti di mata kalian?” Harold ikut menjelaskan, “Tuan James, tentu saja posisi Anda sangat berarti di mata kami. Tapi, sebagai aktor, kami tentu mempunyai pemahaman tersendiri mengenai karakter kami sehingga kadang kala ingin menambahkan sesuatu.” Sesungguhnya Harold tidak mengerti, mengapa James begitu marah hanya karena melihat mereka melakukan adegan ciuman. Padahal Diane dan dirinya hanya berlatih, apabila tidak ingin ditambahkan ke dalam drama, James hanya perlu berbicara baik – baik. “Diane, ikuti aku.” Perintah James seraya berjalan menuju ruang pribadinya. Diane menghela napas kemudian berkata kepada Harold. “Tidak perlu menunggu, latihan kita sudah cukup bagus. Pulanglah lebih dahulu.” Diane lantas mengikuti langkah James dengan cepat. Mereka berdua sama – sama diam tanpa mempunyai niatan untuk membuka topik pembicaraan. Ini adalah kali pertama James berbicara dengannya, tapi tampaknya mereka hanya akan bertengkar setelah ini. Begitu James dan Diane masuk ke ruang pribadi sutradara. James langsung melemparkan banyak pertanyaan kepada Diane, “Apakah itu benar – benar hanya latihan atau kalian hanya sedang berkelit di hadapanku?” Diane, “Aku sudah katakan, kami hanya sedang melatih adegan tambahan. Kenapa kamu tidak percaya?” “Diane White setelah perbuatanmu dengan Harold, bagaimana mungkin aku bisa percaya?” “Perbuatan apa?” tanya Diane bingung. James merogoh kantung celananya, kemudian memperlihatkan secarik sapu tangan berwarna putih dengan ukiran bunga di atasnya. “Ini! Seseorang berkata bahwa dia melihatmu tidur dengan Harold di ruang ganti aktor dan meninggalkan sapu tangan ini.” Mendengar perkataan James, sontak Diane menjadi marah. “Harold, itu hanyalah sebuah sapu tangan! Bagaimana mungkin kamu menjadikan barang itu sebagai bukti palsu?” Sapu tangan yang dipegang oleh James merupakan sebuah hadiah yang ia berikan kepada Diane saat mereka pertama kali berkencan. Sebelumnya, Diane memang tanpa sengaja menghilangkan sapu tangan itu ketika dia meletakannya sembarangan di ruang ganti, tapi dia tidak menyangka bahwa sapu tangan itu akan jatuh ke tangan James dan membuat situasi menjadi rumit. “Diane, jangan pura – pura bodoh! Di atas sapu tangan ini ada bekas noda sperrma! Apakah kamu menggunakannya kepada Harold! Diane, kamu sangat membuatku jijik! Dasar wanita jallang!” Perasaan Diane seketika runtuh saat James menuduhnya dan mengatainya dengan kata – kata yang buruk. “Aku tidak melakukan itu! Sapu tangan yang kamu berikan telah hilang dalam waktu yang lama. Aku tidak mungkin menggunakan sapu tangan itu untuk melakukan perbuatan hina!” “Jangan berdusta lagi! Kamu benar – benar membuatku muak!” Dunia ilusi mulai terlihat tidak stabil. Suara yang dihasilkan oleh ilusi menjadi samar dan gambar di hadapan Xena juga terkadang akan berkedip. Hal yang Xena tahu pasti, bukan Xena yang membuat dunia ilusi ini tidak stabil, melainkan hantu Diane sendiri. “Tampaknya kita sudah hampir sampai pada adegan utamanya. Lihat saja, emosi Hantu Diane bahkan menjadi tidak beraturan dan diselimuti oleh kemarahan yang kental.” Kata Zenon. Xena belum sempat berkata saat dia mendengar teriakan James. “Diane White! Sudahi saja hubungan ini! Kamu adalah wanita jallang! Aku bahkan tidak tahu sudah berapa banyak pria yang kamu tiduri selama ini! Apa kamu menjalin hubungan denganku hanya karena ingin memanfaatkan statusku sebagai sutradara?” “James! Kamu keterlaluan. Aku tidak pernah memanfaatkan kamu! Aku selalu mendapatkan peran utama karena aku bekerja keras melatih kemampuan sandiwaraku. Bisa – bisanya kamu menghinaku sampai serendah itu!” Keduanya bertengkar hebat hari itu, saling melemparkan kata – kata kottor dan makian. Setelah sepuluh menit berlalu, James memutuskan untuk pergi meninggalkan Diane tapi wanita itu menahan lengan James, mencegahnya untuk meninggalkan ruangan. “Kamu harus menarik semua ucapan buruk tentangku! Jangan pergi begitu saja!” “Jangan pernah mengharapkan kata maaf akan keluar dari mulutku! Wanita kottor sepertimu sangat tidak pantas menjadi kekasihku!” “James Dalton! Dasar b******n! Kamu adalah pria paling brengssek yang pernah aku temui!” Itu adalah kali pertama Diane mengucapkan kata makian sehingga membuat James semakin tersulut oleh emosi. Pria itu mendorong tubuh Diane dengan keras karena tidak mau disentuh oleh wanita itu. “Lepaskan tanganmu!” BRAK! Tubuh Diane terhempas ke sebuah meja yang terbuat dari beton keras. Tanpa James sangka, dorongannya terlalu kuat sampai dia mendengar suara retak keluar dari tulang Diane. Seketika James menyurutkan amarahnya dan berjalan perlahan menuju Diane. “Diane ..” Saat James berjalan mendekat. Dia sudah melihat leher Diane lunglai ke samping akibat mengalami patah tulang setelah menghantam beton dengan keras. “Diane!” Energi Yin lantas menguar dari segala penjuru, memerangkap dunia ilusi dan membuat Zenon serta Xena merasa sesak. Seperti yang pernah Zenon katakan, terkadang hantu seringkali mengeluarkan Energi Yin mereka saat merasa marah atau terancam. Dan saat Xena membuka kotak memorinya, maka hantu Diane mulai merasakan emosi yang tidak stabil. • • • • • To Be Continued 6 September 2021
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD