Seperti yang telah di rencanakan sebelumnya, kedua pria itu pergi ke Hutan Keramat. Akan tetapi sebelum itu, mereka pergi ke suatu tempat, yaitu pelelangan benda kuno. Entah kenapa, Louis merasa nalurinya mengatakan bahwa akan ada petunjuk penting di tempat itu.
Setelah mereka masuk, James dan Louis duduk di deretan kursi bagian depat. James menatap keseluruh ruangan, sambil memasang wajah yang waspada. Banyak sekali orang asing yang datang pada acara pelelangan ini. Benda berharga apa yang di minati oleh mereka? James bingung sendiri karena tak tahu menahu tentang benda-benda pelelangan.
“Kenapa kita tak langsung pergi ke hutan saja?” James berbisik, tepat di telinga Louis.
“Ikut aku,” ajak Lous-bangkit berjalan menjauh dari tempat itu, begitu pula James.
“Hei..., kenapa kita tak lewat pintu depan?” tanya James lagi membuat Louis kehilangan kesabarannya.
“Mulutmu terlalu banyak bicara, James. Diam saja! Nanti kau akan tahu.” Louis terus berjalan emnelusuri lorong hingga sampai ke sebuah pintu berwarna hitam. Saat membuka handle pintu, seseorang terlebih dahulu membuka pintu itu dari dalam.
“Oh god...! Kau membuatku kaget, Tuan.” Suara seksi dan indah di telinga itu membuat James terpana. Ia pun menatap orang yang baru saja mengeluarkan suara indah itu.
“Aku ingin melihat barangnya, Catherine,” kata Louis tak sabaran. Wanita yang bernama Chaterine itu mengangguk, mempersilahkan Louis dan James masuk ke dalam ruangan tersebut.
Kedua pria itu pun melihat benda yang di tutup oleh kain hitam. Tanpa menunggu waktu lama, Catherine langsung membuka kain penutup itu.
“Ini cermin ajaib. Dapat melihat kehidupan masa lalu dan masa depan seseorang. Tapi sejauh yang aku praktekkan, cermin ini tak akan memberitahu masa depan orang lain begitu saja. Dia terlalu pemilih.” Catherine mengelus cermin itu dengan lembut. Sementara James pun langsung berdiri di depan cermin.
“Tuan, anda terlalu buru-buru.” Catherine menatap ke arah cermin yang masih hitam legam. Louis pun ikut melirik, lalu mendesah pelan.
“Jangan bilang benda ini berbohong,” sela Louis dengan nada dingin.
“Sejauh yang aku tahu, tidak. Teman anda tak memiliki masa depan. Alias perjalanan masa depannya suram.
“f**k!” umpat James dengan keras. bagaimana bisa Catherine seorang manusia biasa berasumsi seperti itu. sunggu sangat menyebalkan.
“Maafkan aku, itu hanya pendapatku saja,” kata Catherine sambil menggaruk lehernya yang tak gatal.
Louis terkekeh, “Minggir... biar aku saja.” Pria itu mendorong James yang terlihat sangat kesal, tapi tak bisa balas dendam.
Saat Lousi berdiri di depan cermin, munculan seekor hewan putih yang sangat menggemaskan, tak lupa netra birunya sangat indah seperti lautan.
“Tidak mungki!” seru Catherine tak percaya, begitu juga James yang mengusap kedua matanya berulang kali.
“Rubah!” teriak ketiganya bersama, saling menatap satu sama lain. Louis langsung menjauhi cermin itu sambil mengusap wajahnya dengan kasar. Karena mimpi sialan yang terus saja menghantuinya untuk pergi ke pelelangan mencari cermin ajaib, pria itu jadi melakukan hal konyol, yaitu dengan menuruti suara orang yang berada di dalam mimpi.
“Sial!” geramnya tertahan.
Sementara Louis masih syok, seorang pemuda berlari menelusuri hutan karena di kejar oleh para pengawal. Langkah kakinya terseok-seok dan terus menerobos ranting demi ranting pohon. Sampai akhirnya, dia tersandung hingga berguling-guling di tanah.
Pemuda itu berubah menjadi rubah kecil, memilih bersembunyi di antara semak belukar. Para penjaga terus saja mencari dan berteriak emanggil namanya.
“Eden! Keluar kau! Kau tak bisa lari dari kami!” Salah satu penjaga mulai menjelajah ke semak-semak yang tampak mencurigakan. “Kita pergi!” titah salah satu dari mereka.
Setelah derap kaki menjauh, pria yang bernama Eden itu berubah kembali menjadi manusia. Ia bernafas lega karena berasil meloloskan diri. Sungguh tega pamannya, menjual ia sebagai b***k dan di jadikan tumbal oleh sang ratu yang terkenal kejam.
“Sampai kapanpun, aku tak sudi menjadi tumbal.” Eden bangkit-menepuk bokongnya untuk menghilangkan daun kering yang menempel.
“Ternyata, kau sangat polos,” celetuk seseorang membuat Eden terkejut bukan main. Orang itu langsung menutup kepala Eden dengan karung hitam, lalu memukulnya sampai pingsan.
Kembali ke Louis yang masih diam seribu bahasa, padahal James sudah gatal ingin bertanya, tapi diurungkannya , mengingat hal itu pasti melukai jiwa pria tersebut. Namun jika pria itu terus menyimpannya, rasa penasaran tak akan terhapuskan.
“Tanyakan yang ingin kau tanyakan,” kata Louis dengan pasrah.
“Kenapa kau mencari cermin itu?” james menatap ke arah Louis yang berjalan dengan wajah lesu. Sepanjang perjalan masuk ke dalam Hutan Keramat, pria itu tak henti-hentinya mendesah.
“Karena ada orang yang datang dalam mimpiku. Hal itu berlangsung selama semingu. Dan terus bermimpi sama.” Louis berhenti sejenak, “... apa yang oingin kau tanyakan lagi.”
“Rubah yang ada di cermin, apakah dirimu?” James menatap mimik wajah Louis dari samping.
“Dengar... aku manusia, bukan siluman. Iam Human, oke.” Louis kembali melangkahkan kakinya kembali, James mengikutinya dari belakang.
Langkah mereka pun terhenti saat ada pohon besar yang sedang menumbuhkan sulur di dalam tanah. “Siluman pohon,” gumam James tak percaya.
Siluman pohon itu menhentikan aktivitasnya karena merasa ada manusia yang mendekat ke arahnya. Dia kemudian berubah menjadi seorang kakek tua dengan jenggot berwarna putih, tak lupa tongkat kayu untuk menompang tubuhnya.
“jangan injakkan kaki di tempat ini!” peringat siluman itu dnegan tegas, membuat kedua pria itu memasang wajah waspada. Ini ujian terberat di dalam hidup mereka, bertemu dengan siluman pohin yang sudah berumur ribuan tahun.
“Aku akan memberi waktu kalian untuk segera enyah dari hadapanku!” sekali lagi, aura kebesaran dari siluman tua itu terlihat begitu mengintimidasi.
“Maaf, aku harus masuk ke dalam jantung hutan untu melakukan sesuatu.” Louis menajwab dengan santai, tapi terus memasang wajah waspada.
James yang terlihat biasa saja, menyimpan rasa was-was di hatinya. ‘Sialan, aku tak mau mati muda.’
Seharusnya, James tak datang bersama Louis yang selalu menyebabkan masalah. Akan tetapi karena pertemanan mereka sedari bayi itu adalah ikatan yang kuat, ia tak bisa jika tidak mengawal Louis kemanapun dia pergi.
Siluman pohon itu itu memukul tanah dengan tongkatnya, sehingga tanah itu bergetar hebat. Semua sulur pun naik permukaan. James dan Louis langsung menghidanr dengan lihai, dan segera mengeluarkan senjata masing-masing,
“Pemburu siluman!” geram siluman itu dengan amarah yag meluap. Kali ini, dia mengeluarkan energi besar-besaran dengan menjulurkan semua sulur ke arah mereka berdua.
“Louis! Lakukan sesuatu! Kita tak bisa bertahan terlalu lama.” James mencoba mengeluarkan rantainya, tapi karena sulur terlalu banyak, rantai itu jatuh ke tanah.
“f**k!” umpat James dengan kasar, dan terus memotong sulur-sulur tanaman itu. tidak hanya sulur, akar-akar yang dalam tanah mulai muncul dan menyerang mereka berdua. Louis pun terus mengayunkan pedangnya sambil berpikir.
“Jangan menunda waktu terlalu lama, Louis!” teriak James dengan keras. Louis berdecih, melempar cincinnya ke udara, beserta dengan pedangnya.
Pria itu menggigit darahnya, lalu menulius sesuatu di udara. James menatap ke arah Louis yang sedang melakukan hal tabu. “Kau gila! Jangan lakukan itu. nyawamu bisa terancam.”
“Diam! Aku tak punya pilihan lain.” Menurut Louis, siluman pohon tua terlalu kuat. Kekuatan yang di miliki saat ini, tak cukup untuk menghabisi siluman itu. yang ada, mereka berdua bisa mati mengenaskan.
Bersambung