Sebastian masuk ke kamar saat Cindy masih duduk di pinggir ranjang tempatnya tidur semalam. Awalnya Cindy tidak menyadari karena ia sedang berpikir keras. Namun, begitu mendengar suara pintu sedikit berdecit, ia langsung menoleh ke belakang. Cindy pun ikut berdiri. “Kenapa kamu belum makan?” tanya Sebastian dengan sikap dingin seperti biasa. Cindy tidak mau menjawab. Ia masih berusaha untuk pergi. Cindy mencoba memohon. Ia datang menghampiri Sebastian untuk memintanya melepaskan dirinya. “Pak, saya harus pergi.” Cindy memohon dengan sedikit harapan berpendar di matanya. Sayangnya Sebastian memang tidak memiliki sedikit pun rasa kasihan. Egonya lebih besar dari apa pun. “Mau ke mana? Kembali ke rumah sakit dan menjaga pecundang itu?” balas Sebastian dingin dan sarkas. Cindy terdiam mena