EMPAT

1001 Words
Calista memikirkan kembali pembicaraannya dengan Nyonya Anggita tadi malam yang berakhir setelah wanita paruh baya itu mengatakan belum siap membiarkan ia pergi. Pada saat itu Tuan Besar memanggil istrinya yang membuat obrolan itu selesai. Suara bel cukup menyentak Calista dari pikirannya, ia menoleh pada pintu kelas yang terbuka dengan anak-anak yang berbaris rapi untuk pulang. Axton disana membawa kertas gambar ditangannya disertai senyum ceria. "Mimi!" Segera Calista menghampiri Axton yang langsung menyambut memeluknya. "Bagaimana hari ini?" "Look, aku menggambar Oma Opa dan Mimi disini." Dengan semangat Axton menunjukkan hasil gambarnya hari ini disekolah. Gambar orang-orangan khas anak kecil, disana ada satu orang anak laki-laki yang tersenyum sambil bergandengan tangan dengan dua orang perempuan yang sudah diberi nama diatasnya. Mimi, Axton, Oma lalu Opa. "Bagus sekali. Terimakasih sudah menggambar Mimi dengan cantik. Sebagai hadiahnya, Mimi berikan Axton coklat." Axton semakin girang saat Calista mengeluarkan satu bungkus cokelat batangan. Untuk makanan Calista sangat ketat pada X, makan cokelat dan es krim dijeda waktu tertentu. Axton bahkan belum pernah makan-makanan instan seperti mie ataupun junk food. "Thank you Mimi. I love you." X berucap demikian seraya mengecup pipi Calista. "Love you more honey. Ayo kita pulang sekarang." Axton menganggukkan kepalanya setuju. Dan selama perjalanan pulang, Axton terus menceritakan apa yang terjadi di sekolahnya. Calista mendengarkan dan sesekali membalas ucapan Axton agar anak itu terus bercerita. Pintu rumah terbuka, ada tiga buah mobil terparkir begitu saja dihalaman rumah tidak seperti biasanya. Otak Calista menduga-duga, mungkinkah ayah dari Axton sudah datang? Matanya melirik Axton yang masih dengan senyum semangat menggandeng tangannya dengan tangan satunya lagi memegang cokelat. "X sepertinya ada yang datang kerumah Oma. X jadi anak baik ya." "Ashiyap." Calista tertawa kecil melihat tingkah Axton yang memberi hormat layaknya prajurit dengan cokelat batangan yang dipegangnya. Selama disekolah Axton punya banyak teman dan kosakata baru, tentu Calista senang tapi juga harus terus mengawasi X agar tidak bicara sembarangan. Mereka masuk kedalam rumah dan tidak ada siapapun di ruang tamu. Tentu saja Calista langsung membawa Axton pergi kekamar untuk berganti pakaian juga menempel hasil gambaran X di dinding. Sekarang X sudah duduk diatas karpetnya memakan cokelat yang diberikan oleh Calista. Calista memberikan X satu batang cokelat yang kecil, sangat cukup untuk anak itu sendiri. Ia tidak pernah membelikan X cokelat yang banyak dan besar, dan jika X bertanya maka ia akan menjawab cokelat kecil untuk anak kecil dan cokelat besar untuk orang dewasa. Sejak saat itu X ingin sekali cepat dewasa agar bisa makan cokelat yang besar tanpa perlu dilarang oleh Calista. Sedang Calista sendiri sekarang sedang mengecek buku Axton, apa saja yang sudah dikerjakan anak itu hari ini dan apa tugas dari gurunya disekolah. Ketukan pintu membuat Calista menghentikan kegiatannya. Saat dibuka ada Rina, salah satu asisten rumah tangga sama seperti Mbok Sum. Rina lebih tua satu tahun dari Callista, tetapi Rina tidak mau dipanggil kakak atau mbak. "Ada apa Rin?" Calista mempersilahkan Rina masuk kamar Axton. Rina tersenyum lebar dan mengusap kepala X gemas sebelum mengalihkan tatapannya pada Calista. "Kamu sama Tuan muda Axton dipanggil sama Ibu diruang keluarga. Ayahnya Axton datang." Ucapan itu membuat Axton ikut menatap Rina, anak kecil itu pasti sudah mengerti dengan jelas. X adalah anak pintar, tentu tahu 'ayah' yang dimaksud oleh Rina. Melihat hal itu Calista berusaha untuk tidak bersikap berlebihan, dengan tenang iya mengiyakan Rina dan meminta beri waktu padanya juga Axton sebentar untuk bersiap. Kepergian Rina membuat Axton melupakan cokelatnya dan menatap Calista dengan tatapan yang belum pernah ia lihat dari X. Dengan senyum menenangkan Calista membawa X ke kamar mandi untuk membersihkan sisa-sisa cokelat yang X makan, mengganti pakaian anak itu dan menyisir rambutnya. "Ingat bahwa X harus menjadi anak baik didepan ayah nanti." Masih teringat jelas dikepala Calista apa yang disampaikan Nyonya Anggita mengenai ayah kandung Axton yang tidak memperdulikan anak ini. Calista berdoa dalam hati semoga saja pria itu akan bersikap baik pada X dan tidak membuat anak ini kecewa. "Meskipun disini ada Oma, Opa dan datangnya ayah X. Tapi Mimi akan selalu disini bersama X." Axton sendiri tidak mengerti mengapa Calista berkata demikian, tetapi rasa takut serta rasa tidak percaya dirinya dapat berkurang. Axton gugup karena untuk pertama kalinya ia akan bertemu ayahnya, dan Calista tahu tentang itu. "Apapun yang X lakukan, benar atau salah. Mimi akan selalu mendukung X, sama-sama kita membenarkan apa yang salah. Jangan pernah takut karena Axton adalah Super Hiro-nya disini." "X sayang Mimi banyak banyak." "Mimi juga begitu. Sekarang, Prince X sudah tampan dan siap. Ayo kita kedepan." X menyambut tangan Calista hingga mereka terus bergandengan tangan dan saling menukar senyum selama perjalanan menuju ruang keluarga. Pandangan orang-orang disana teralih saat kedatangan mereka berdua. Hanya ada Nyonya Anggita dan dua pria yang tidak Calista kenal. "X come here." Dengan patuh Axton kecil melangkah menuju Oma-nya. Sedang Calista masih berdiri tanpa berpindah posisi. "X ini Daddy, ayahnya X." Calista mencermati wajah X juga tatapan mata anak itu yang penasaran juga tampak ragu sebelum mata Calista beralih pada orang yang Nyonya Anggita sebut sebagai ayah kandung Axton. "Daddy selama ini sibuk bekerja untuk beli makanan, membeli s**u dan mainan untuk X. Ayo sapa Daddy Vano." Pria yang itu diam bergeming dengan wajah tanpa ekspresi dan tatapan mata yang tajam, menatap Axton hingga membuat anak itu tidak berani mendekat. Pria itu juga tidak ada inisiatif sama sekali untuk menyapa atau memeluk Axton. Calista fokus menatap Axton hingga anak yang masih dipangkuan Omanya itu menatap matanya seolah bertanya apa yang harus dilakukan. Hanya senyum dan anggukan yang Calista berikan pada X, berharap kepercayaan diri anak itu tumbuh juga memberi sinyal bahwa ia akan selalu ada disana menemani X. Dengan canggung X turun dari pangkuan Anggita dan berdiri didepan ayah kandungnya yang selama ini tidak pernah anak kecil itu temui. "Selamat datang Daddy. Senang bisa bertemu denganmu." Tepukan pelan dipuncak kepala Axton, membuat anak yang sedari tadi menunduk itu mengangkat wajah dan menatap ayahnya yang baru saja menepuk kepalanya pelan. "Kau tumbuh dengan baik disini. Senang bisa bertemu denganmu." Senyum Axton perlahan muncul, ayahnya tidak semengerikan yang ia kira. Vote and Comment guys!!!
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD