Survival 33

1116 Words
"Padahal aku pikir, setelah membunuh Silas, Kian dan Luwis, pengaruh ketiga pria itu padaku akan ikut hilang, siapa yang menyangka hal seperti ini terjadi?" Yeona menatap tangannya yang masih bergetar dan menghela napas. "Kelemahan seperti ini di distrik seratus satu sama saja dengan bom waktu." Setelah membawa Yeona pulang, Qiu Shen tidak langsung kembali ke basecamp, melainkan tetap di rumah gadis itu hingga dia bisa lebih tenang dan menarik mantel dari kepalanya turun. Yeona mengalihkan tatapannya ke Qiu Shen dan bertanya, "bolehkah aku pinjam tanganmu sebentar?" Qiu Shen menoleh, tapi tidak bergerak maupun bersuara. Yeona mengulurkan tangannya. "Hanya sebentar, untuk memastikan sesuatu." Qiu Shen tidak bergerak dan justru mengerutkan kening, hingga membuat Yeona berpikir dia tidak mau menurutinya. Tapi sesaat sebelum Yeona menarik tangannya kembali, Qiu Shen mendekat dan meletakkan salah satu tangannya di atas telapak tangan Yeona dengan pelan. Tak lupa, matanya terus mengamati raut yang Yeona tampakkan. Yeona tersenyum tipis dan memegang tangan Qiu Shen dengan sisa getaran di tangannya. "Sudah kuduga, kau adalah pengecualian." Yeona benar-benar tidak menyangka bahwa pelecehan yang dia dapat di kereta akan menyisakan trauma. Meskipun dia sudah berkali-kali merasa tak nyaman ketika bersentuhan dengan pria, Yeona berpikir bahwa dia hanya sedang waspada karena saat bersentuhan dengan Qiu Shen di belakang taman, dia baik-baik saja. Ternyata, alam bawah sadar Yeona telah memberi Qiu Shen cap khusus dan tidak menganggapnya sebagai ancaman. Qiu Shen menarik tangannya kembali dan memasukkannya ke dalam saku. "Mulai besok kau berlatih denganku." Yeona mendongak lalu menggeleng. "Terima kasih, tapi aku tidak ingin merepotkan." Qiu Shen melirik. "Sejak awal kau sudah merepotkan." Mulut Yeona terbuka, namun tidak bisa menyangkal, jadi hanya bisa menunduk sambil memilin ujung mantel yang ada di pangkuannya. "Maaf." "Aku akan menjemputmu besok malam." "Besok malam?" "Hn, kau bisa melanjutkan latihan bela diri dan meningkatkan fisik di siang hari. Malamnya kau berlatih denganku." Mata Yeona bergulir ke sana kemari, berpikir dengan bingung. "Berlatih apa?" Padahal Yeona pikir, Qiu Shen ingin jadi instruktur bela dirinya, tapi sepertinya tidak. "Cerewet, jangan banyak tanya." Qiu Shen menarik mantelnya dari pangkuan Yeona. "Kau akan tahu nanti," ujarnya kemudian pergi. *** Begitu tahu apa yang terjadi pada Yeona, Karen langsung mengumpulkan beberapa orang di dalam ruang rapat. "Di mana Qiu Shen?" "Qiu Shen membawa Yeona pergi saat itu, dan belum kembali hingga sekarang," jawab Iyan. Cathy menarik napas terkejut. "Qiu Shen melakukan itu?" Ben mendukung perkataan Iyan dengan mengangguk. "Saat mabuk juga, Qiu Shen yang membawanya pulang dan tidak kembali ke basecamp semalaman." Dia menggosok dagunya penuh kecurigaan. "Mereka pasti punya hubungan spesial." "Tapi Yeona baru bergabung, dan saat bergabung pun atas rekomendasi Iyan. Saat itu juga, Qiu Shen sedang keluar dari dinding." Saat mendengar analisa Karen, semua orang ragu lagi. Karena Qiu Shen dan Yeona benar-benar tidak memiliki interaksi apa-apa di dalam guild selain dua yang sedang mereka bahas. "Um, aku kira kalian sudah tahu." Mila yang sejak tadi hanya diam mendengarkan, akhirnya mengeluarkan suara. Saat semua tatapan ditujukan padanya, dia mencengkeram lengan Iyan gugup. "Tahu apa?" tanya Karen. Mila menjawab ragu-ragu. "Aku, Yeona dan Qiu Shen turun dari kereta yang sama, di saat yang sama." "Apa!" Bahkan Iyan juga terkejut, sedangkan Cathy dan Ben menganga, tidak bisa berkata-kata lagi. "Jadi maksudmu, Qiu Shen itu masih narapidana baru?" Karen bertanya. Dan Mila menjawabnya dengan anggukan. Iyan menghela napas, masih dengan raut tak percaya. "Tapi dia membunuh monster seperti orang berpengalaman. Bagaimana bisa narapidana baru seperti itu?" Cathy dan Ben mengangguk menyetujui. Bisa dibilang, meningkat pesatnya guild mereka adalah pengaruh bergabungnya Qiu Shen, karena setiap kali pria itu keluar, tak peduli misi tingkat tinggi apa, dia bisa menyelesaikannya dengan mudah. Karena itulah, meskipun perilakunya sangat tidak sopan, bahkan kepada Karen, tidak ada yang berani menegurnya. Karen menggeleng dan menghempaskan semua keraguan yang muncul dan kembali ke permasalahan awal. "Lalu, kau mau bilang bahwa Yeona dan Qiu Shen berkenalan di kereta?" Mila mengangguk, tapi menggeleng sesaat kemudian. "Aku tidak tahu apakah mereka baru berkenalan di kereta atau memang sudah berkenalan sebelumnya, tapi yang jelas saat aku naik kereta, rumor bahwa Qiu Shen dan Yeona adalah mantan kekasih sudah menyebar." "Man-mantan?" Cathy menutup mulut dengan mata melebar. "Apa-apaan ini, mereka bahkan pernah berpacaran, putus, lalu bertemu lagi di guild yang sama, kemudian cinta bersemi kembali. Wah apakah ini drama." "Cathy." Karen menegur, lalu kembali bertanya pada Mila. "Lalu, apakah kau tahu mengapa Yeona tiba-tiba bereaksi seperti ketakutan saat gerakannya dikunci oleh Iyan?" Saat ini, Mila tiba-tiba menunduk, mencengkeram lengan baju Iyan dengan erat. "Kurasa aku tahu kenapa." Iyan menepuk kepala Mila dan menggantikannya menjawab. "Ketua sendiri pernah naik kereta narapidana, seharusnya tahu bagaimana nasib para wanita yang tidak bisa melindungi diri mereka sendiri di sana, terlebih dengan wajah yang cukup menarik." Bayangan yang mengerikan tiba-tiba teringat oleh Karen dan membuatnya mengepal erat. "Maksudmu ... "Di kereta kami ada tiga orang pria Average yang kuat dari distrik satu." Ruangan langsung sunyi. Situasi yang Mila katakan adalah yang terburuk. Karena terhormat, penduduk distrik satu jarang mendapatkan hukuman pengasingan ke distrik seratus satu. Tapi sekali mereka mendapatkannya, maka kereta akan seperti neraka, karena distrik satu adalah distrik paling rasis, yang menganggap tingkatan mereka paling tinggi dari yang lain. "Aku pikir, Yeona adalah gadis yang kuat karena dia menyelamatkan kami semua dari orang-orang jahat. Tapi sekarang, aku sadar dia mungkin saja mengalami hal yang lebih buruk dari kami semua karena dia harus melayani tiga pria terburuk itu." Mila menutupi wajahnya. "Satu dari mereka bahkan bisa membunuh seorang gadis dengan meremukkan tulang-tulangnya, bagaimana bisa Yeona bertahan dengan ketiganya sekaligus?" Setelah mendengar penuturan Mila, Karen akhirnya paham mengapa Yeona memutuskan untuk merusak wajahnya, dan itu memanglah keputusan yang baik untuk melindungi diri sendiri. "Bagaimana dengan Qiu Shen? Walaupun Yeona hanya mantan kekasihnya, dia tidak mungkin membiarkannya dilecehkan begitu saja kan?" tanya Cathy. Mila memilin jemarinya dan baru saja akan menjawab ketika pintu terbuka. Saat orang yang sedang dibicarakan tiba-tiba datang, siapapun akan merasa aneh dan canggung. Apalagi, Qiu Shen terkenal punya indera yang cukup tajam. Begitu masuk, Qiu Shen mengabaikan orang lain selain Karen. "Memanggilku?" tanyanya. Karen mengangguk. "Bagaimana keadaan Yeona?" "Sudah stabil." Qiu Shen melirik Iyan sekilas. "Lain kali, jangan berikan dia instruktur pria." "Tapi dia harus menangani traumanya." "Itu bukan wewenangmu untuk memutuskan." "Aku ketua guildnya." "Bahkan jika kau orang tuanya, kau tidak berhak." "Qiu Shen!" "Karen." Nada suara Qiu Shen jadi rendah dan penuh penekanan. "Jika tak bisa menerima kekurangannya, keluarkan dia dari guild." Karen diam, sedangkan yang lain tidak berani bersuara. Hingga tak lama kemudian, pemimpin BeeOne Guild itu tiba-tiba tertawa, tapi sebuah tawa yang sama sekali tidak mencapai matanya. "Qiu Shen, jika aku mengeluarkannya dari guild, apakah kau akan tetap bersama kami?" Qiu Shen tidak memberikan jawaban apapun, hanya berbalik dan meninggalkan ruangan. Tapi semua orang bisa menebak apa jawabannya. Bersambung ...
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD