Survival 18

1092 Words
Yeona membutuhkan waktu dua minggu lebih untuk pulih dan bisa muncul di hadapan orang-orang lagi. Meskipun Iris mengatakan masih ada beberapa hal yang perlu dia kontrol, sebagai gadis average yang fisiknya telah menguat berkali-kali lipat dari manusia biasa, Yeona setidaknya akan sembuh total dalam beberapa hari ke depan. Di saat yang sama, mereka juga telah melewati distrik sembilan puluh delapan, diperkirakan dalam seminggu kereta itu akan mencapai tujuannya. Kereta semakin ramai, namun jauh lebih suram dari sebelumnya. Bagaimana tidak, semenjak melewati distrik sembilan puluh, bulan buatan tidak lagi terlihat jelas, matahari hanya menampakkan cahaya senja sepanjang hari sedangkan suhu di atas kereta semakin panas. Hampir setiap saat mayat akan ditemukan di dalam kompertemen, bukan lagi korban pembunuhan maupun penganiayaan, namun seseorang yang terlalu takut untuk menjejakkan kaki di distrik neraka dan memutuskan untuk mengakhiri hidup mereka. "Apakah distrik satu kosong satu seburuk itu?" Mila berbisik cemas, saat ini dua mayat lain ditemukan di kompertemen wanita. Yeona hanya melirik tandu yang lewat sekilas, sebelum beranjak meninggalkan kerumunan. "Eh! Mau kemana?" Mila mengikuti. "Ke kamar," jawab Yeona tanpa melambatkan langkahnya, dan dengan sangat cepat meninggalkan Mila yang memiliki fisik lebih lemah darinya. Dibandingkan menonton orang-orang yang menyerah untuk hidup dan berjuang, dia lebih tertarik untuk mencari tahu hal-hal mengenai distrik itu agar bisa bertahan hidup. Yeona berkata dia ingin ke kamar, tapi hanya beberapa menit setelah dia masuk, dia keluar lagi dengan rambut yang basah. Karena kereta benar-benar panas selama beberapa hari ini, semua orang terkadang mandi beberapa kali sehari agar bisa lebih nyaman, tak terkecuali Yeona. "Kenapa kemari?" Iris mengangkat alis. Yeona merasakan hembusan dingin dari ruangan Iris dan mematai wanita itu dengan datar. "Ruanganmu dingin." "Tentu saja, ini fasilitas yang semua pengawas kereta miliki." Yeona tidak begitu peduli alasannya, dia bertanya hanya untuk basa-basi. "Bolehkah aku masuk?" Iris bersedekap. "Untuk?" "Menanyakan sesuatu," jawab Yeona. "Bukan untuk memanfaatkan kesempatan dan menghindari serangan panas?" "Dua-duanya." Iris tertawa pelan. "Kau ingin mendapatkan perlakuan spesial di saat teman satu keretamu menderita?" "Aku tidak peduli dengan mereka, jika mau mereka bisa mencari jalan keluar lain." Dia memiringkan kepala hingga salah satu matanya tertutup rambut. "Dan apakah aku tidak pantas untuk kau perlakukan dengan spesial?" Iris menatap penampilan Yeona yang pucat namun tidak lagi tanpa semangat kehidupan seperti ketika Silas, Luwis dan Kian masih hidup. "Baiklah, kau memang cukup spesial." Yeona menampilkan senyum tipis di bibirnya. "Apa yang ingin kau tanyakan?" Begitu masuk dan menutup pintu, Iris mengajak Yeona untuk duduk dan menghidangkan teh. "Kau bilang kau lahir di distrik satu kosong satu kan?" "Ya." "Distrik 101 itu ... Seperti apa?" Iris melambatkan gerakannya sebelum meletakkan teko teh sepenuhnya. Dia menatap jendela dan jejak nostalgia muncul perlahan-lahan di ingatannya, tapi hanya sekejap Iris mengisir semuanya dengan gelengan kepala. "Satu kata, berbahaya." "Apakah benar-benar seperti neraka?" "Yang mengatakan itu, apakah pernah melihat neraka?" Yeona menggeleng dan menjelaskan. "Mereka menyebut The Disaster Era adalah hari kiamat, jadi definisi neraka di mata manusia saat ini seharusnya keadaan yang jauh lebih mengerikan dari hari kiamat itu sendiri." Iris tersenyum miring. "Jadi seperti itu kah para manusia dinding terdalam menilai distrik terluar Athena?" Dia mendengus. "Tapi memang tidak sepenuhnya salah. Untuk orang-orang yang terbiasa dengan kedamaian, distrik 101 memang sangat mengerikan." "Lalu, apakah gambaran mereka terlalu berlebihan?" "Bisa ya bisa tidak." Yeona mengerutkan kening. "Apa maksudmu?" "Jika kau tidak bisa melindungi diri sendiri, maka distrik itu memang neraka untukmu. Sama seperti kereta ini, distrik 101 hanya versi yang lebih luas. Tidak ada hukum, kekuatan adalah kasta dan kemanusiaan yang terkubur dalam-dalam." Iris bersandar dan memejamkan mata. "Tapi jika kau menjadi orang terkuat di distrik 101, bahkan pemimpin dari distrik 1 tidak akan berani memprovokasimu." Singkat kata, distrik 101 seperti arena perang, yang penuh pertarungan hidup dan perjuangan. "Aku tidak bisa menjelaskan banyak padamu karena sudah meninggalkan distrik itu cukup lama, jadi seharusnya sudah banyak perubahan di sana." Iris bangkit, menghampiri lemari yang penuh buku dan meraih sesuatu dari bagian belakang lemari itu. "Tapi ini seharusnya bisa membantu." Benda yang Iris letakkan di hadapan Yeona adalah sebuah buku catatan kecil yang sudut-sudut kertasnya mulai menguning. "Aku mendapatkan buku ini dari seorang pria yang berhasil bebas dari distrik 101 namun tewas di perjalanan pulang." Dia mendorongnya ke hadapan Yeona. "Kurasa sudah saatnya benda ini bisa sedikit berguna." Yeona bisa melihat ada jejak emosional di wajah Iris dan menebak pemilik buku ini seharusnya punya hubungan spesial dengannya, tapi tentu saja Yeona tidak akan bertanya lembut lanjut. "Terima kasih." Yeona memasukkan buku itu ke sakunya. Iris mengangguk beberapa kali sebelum dia tiba-tiba mengingat sesuatu. "Apakah kau punya chipcard di tubuhmu?" Seiring berjalannya waktu, meskipun manusia mengalami kemunduran dalam bidang otomotif dan persenjataan, namun teknologi masih terus berkembang, bahkan sesuatu seperti kartu ATM meningkatkan keamanannya hingga ke langkah ekstrim. Seperti chipcard, meskipun masih sangat langka di distrik bawah, tapi untuk orang dengan kekayaan dan kekuasaan tertentu, chipcard yang ditanam di salah satu bagian tubuh mereka cukup lumrah. Karena dengan begitu perampokan tidak mudah dilakukan. Yeona langsung memegang pergelangan tangan kanannya. "Ada, kenapa?" "Apa kau membawa banyak uang?" Yeona menunduk. "Tidak tahu." "Hah?" "Chipcard ini dipasang oleh ayahku dan dikelola tanpa sepengetahuanku, hingga kini aku tidak pernah memeriksa apa yang ada di dalamnya." Lebih tepatnya, Yeona belum berani. Chipcard yang ditanam di tubuh manusia tidak hanya berfungsi sebagai ATM, namun bisa juga sebagai tempat penyimpanan barang-barang penting lainnya. "Kalau begitu, kau harus memeriksanya sekarang." Yeona menatap ragu. "Kenapa?" "Distrik 101 juga menyediakan tempat untuk memeriksa chipcard, tapi sangat tidak aman untuk orang baru sepertimu." Iris mengeluarkan mesin scan ke hadapan Yeona yang tersambung langsung ke komputer. "Akan lebih aman jika kau memeriksanya di sini dan langsung menariknya saat di distrik 101, setidaknya dengan begitu mereka tidak akan tahu kau punya banyak uang." "Kenapa kau begitu yakin aku punya banyak uang?" tanya Yeona. Iris tersenyum. "Hanya melihat penampilan dan sikapmu, aku bisa tahu kalau kau berasal dari kalangan elite." "Lalu bisakah aku percaya padamu dan memeriksa chipcardku di sini?" Iris membalas, "tidak, jangan percaya padaku. Tapi percayalah pada sistem di kereta ini." Dia menepuk komputer di depannya. "Semua peralatan di sini memiliki perlindungan tingkat tinggi, bahkan jika aku ingin mengetahui datamu, aku tidak akan bisa." Sekarang, kepercayaan Yeona tidak mudah untuk ditaklukkan, jadi saat bertanya apakah Iris bisa dipercaya atau tidak, dia serius. Di sisi lain, bahkan jika dia tidak percaya, Yeona akan tetap memeriksa chipcardnya di sini, karena yang dia miliki adalah chipcard keamanan tinggi yang tidak mudah dibobol "Baiklah." Yeona berpindah dan duduk di depan komputer. Iris sendiri beranjak dan memberikan Yeona privasi. Hanya saja, beberapa saat kemudian Yeona dibuat terkejut dengan apa yang dia temukan. Bersambung ...
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD