Survival 46

1768 Words
Saat Yeona kembali menjalani kegiatan hariannya, dia menemukan banyak member yang terus-menerus menatapnya dengan kasihan. Yeona merasa sangat risih dengan semua tatapan mereka, jadi dia mencari tahu. Usut punya usut, beberapa hari yang lalu, saat Yeona menerima telepon dari Owen, Mila memberitahu orang-orang bahwa dia mendapat telepon dari keluarganya yang di distrik dua. Hal itu sontak menarik minat banyak orang karena ini tentang penduduk distrik dua, yang terkenal distrik paling kaya, yang bahkan mengalahkan distrik satu. Tapi, sekembalinya dari pusat informasi, kondisi Yeona yang tidak terlihat senang sama sekali, menimbulkan banyak spekulasi hingga ada yang mengatakan Yeona dicoret dari kartu keluarga karena menjadi seorang kriminal. Sekarang, setelah menjadi mantan kekasih yang diabaikan oleh Qiu Shen, di mata orang-orang kemalangan Yeona bertambah jadi anak kaya yang dibuang. Yeona menarik dan menghembuskan napas pelan, mencoba untuk menenangkan diri dan berkonsentrasi dengan latihannya namun tidak bisa, jadi dia berhenti berlatih dan keluar dari ruang latihan untuk mencari Mila. "Yeona!" Mila yang sedang berkumpul dengan gadis-gadis lain di bawah pohon yang ada di taman belakang Guild melambai. "Sudah selesai latihan?" Yeona mengatur napas. "Mila, aku perlu bicara denganmu." Mila tersenyum lebar. "Ya, bicara saja." "Tidak di sini, ayo cari tempat lain saja." Wajah Yeona sangat serius, dan mengundang banyak tatapan tanya. "Oh, baiklah. Tunggu sebentar." Mila berlari kecil mengikuti Yeona menjauh dari teman-temannya. "Apa yang ingin kau katakan? Kenapa terlihat begitu serius." Yeona menarik napas dan berbalik. "Mila, bisakah kau menghentikannya?" "Apa?" "Kau terlalu banyak ikut campur urusanku." Mila berkedip, masih berusaha menampakkan senyum. "Apa maksudmu?" "Gosip tentang Qiu Shen yang menjadi mantan pacarku dan tentang telepon yang aku terima kemarin. aku tidak tahu apa gunanya kau memberi tahu semua orang tentang itu." Yeona berusaha untuk tetap merendahkan suaranya, namun justru semakin terdengar penuh penekanan. "Aku tidak berpikir hal kecil seperti itu harus kau sebarkan ke semua orang. Jika saja beritanya benar, mungkin akan baik-baik saja, tapi itu bahkan tidak benar dan masih menyebabkan banyak orang berspekulasi salah." Mata Mila mulai berkaca-kaca. "Maaf, aku hanya senang karena kau menerima telepon dari keluargamu setelah sekian lama, jadi tanpa sadar mengatakannya." "Keluarga? Kau bahkan tidak tahu itu benar-benar keluargaku atau bukan tapi menyimpulkannya karena kau berpikir seperti itu." Mila menunduk, air matanya mengalir dengan deras. Melihat itu, Yeona juga mulai kasihan, jadi ingin cepat-cepat pergi. "Pokoknya, jangan lakukan itu lagi, rasanya sangat tidak nyaman ketika orang-orang terus menatapku dengan kasihan, padahal semua yang mereka pikirkan salah." Mila mengangguk dan menangkap tangan Yeona. "Maafkan aku, jangan marah lagi." Yeona menarik napas pelan dan melepaskan genggaman Mila. "Baiklah, aku akan kembali untuk berlatih. Kau juga seharusnya lebih banyak latihan." Begitu Yeona pergi, sejumlah orang yang melihatnya menangis menghampiri Mila. "Ada apa?" Mila menggeleng. "Aku hanya melakukan kesalahan." "Meski begitu, apakah dia harus membuatmu menangis?" Seseorang dari lingkaran teman-teman Mila berkata dengan kesal. "Jangan berkata seperti itu." Mila menggeleng pelan dan menghapus air matanya. "Yeona hanya tidak begitu menyukaiku, tapi aku sangat menyukainya dan ingin jadi temannya." Semenjak hari itu, tidak ada lagi yang menatap Yeona penuh simpati, tapi para wanita di dalam guild selain Cathy dan Karen menghindarinya seperti virus. Hanya saja Yeona tidak peduli, jadi tidak begitu menyadarinya. Setelah beberapa bulan pelatihan keras, Karen kembali mengabarkan tentang misi baru, kali ini sebuah misi tingkat menengah. "Ini adalah misi penjelajahan, jadi kita akan menelusuri medan yang benar-benar baru. Mencatat semua yang kita temui dan melaporkannya ke pusat informasi. Bersiaplah, kali ini semua anggota akan keluar dinding. Pastikan untuk bersiap-siap dengan matang, karena bahaya dari misi ini tentu sangat tinggi." Seperti itulah kira-kira yang Karen sampaikan kepada mereka sebelum memberikan semua anggota beberapa hari untuk mempersiapkan diri. "Apakah kau akan ikut dalam misi kali ini?" tanya Yeona, karena meskipun Karen sudah mengatakan seluruh member akan keluar dinding, tapi posisi Qiu Shen di dalam guild juga sangat spesial. Jika dia tidak mau ikut, bahkan Karen tidak akan bisa memaksanya. Malam ini sedang bulan purnama, dan keduanya sedang dalam perjalanan pulang setelah berlatih Archery. "Ikut," jawab Qiu Shen. Yeona berjalan di belakang Qiu Shen, menatap punggung lebar pria itu sembari bermain-main dengan bayangannya. "Um, bisakah kau memasukkan namaku ke timmu?" "Tidak." Yeona berhenti melangkah, menatap punggung Qiu Shen kesal sebelum berlari mengejar langkahnya. "Kenapa?" "Merepotkan." Yeona mendengus pelan dan tidak berbicara lagi hingga dia sampai ke rumahnya. Dan seperti biasa, Onix sudah menunggu di depan gerbang. "Onix!" Yeona berlari dan memeluknya dengan erat. "Apa kau merindukanku?" "Tidak." "Tapi aku merindukanmu." "Tidak peduli." Yeona mengerucutkan bibi dan menarik-narik kedua telinga Onix dengan kesal. "Kenapa gaya bicaramu sangat mirip dengan Qiu Shen hum? Terlalu dingin dan tidak punya hati!" Onix menghindari tangan nakal gadis itu dan mendorongnya ke pintu. "Cepat buka pintunya, aku lapar." "Ck, jadi kau datang bertemu daging? Bukan denganku?" "Tentu saja." Yeona membuka pintu dengan kesal. "Suatu saat, aku akan mempertemukanmu dengan wajah datar itu dan melihat kalian berdebat, pasti akan turun salju." " ... Terserah." Selesai makan, Yeona duduk meringkuk bersama Onix di depan jendela yang terbuka, menatap bulan purnama yang terang benderang. "Onix, aku akan keluar dinding beberapa hari lagi." "Berapa hari?" "Tidak tahu." Yeona bersandar ke kepalanya Onix dan membelai kepalanya. "Kau mau ikut denganku?" "Tidak." Yeona cemberut dan mulai mengoceh, sebelum membujuk lagi, tapi Onix masih menolak tawarannya. Kemudian, malam sebelum keberangkatan, Yeona memasakkan banyak daging untuk serigala itu. "Aku sudah menyiapkan banyak daging di freezer, jika kau lapar, kau bisa memanggangnya sendiri kan?" "Hn." "Kau benar-benar tidak mau ikut? Kau bisa mengikuti dari jauh saja. Saat ada kesempatan aku akan memisahkan diri dan menemuimu." Tapi, jawaban Onix tetap sama. "Tidak mau." Lalu, di tengah malam, sesaat sebelum mereka tidur, Onix tiba-tiba mendekat dan menjilat leher Yeona. Ini adalah tindakan yang agak intim, Onix tidak pernah melakukannya lagi setelah menyembuhkan lukanya di pertemuan pertama mereka. "Onix?" "Tahan sebentar," bisik Onix, lalu tanpa peringatan dia menancapkan giginya di perpotongan leher Yeona. "Oww! Apa yang kau lakukan? Onix!" Yeona ingin memberontak, tapi tubuh besar serigala itu sedang menindihnya. Tak lama kemudian, Onix akhirnya melepaskan Yeona dan menjilat bekas gigitannya yang mulai mengeluarkan darah, seketika itu darahnya berhenti mengalir, lukanya mengering dengan cepat namun bekasnya tetap ada. Yeona menggosok lehernya. "Pada akhirnya daging merah tidak cukup untukmu dan kau mau memakanku?" "Cerewet." "Lalu untuk apa kau melakukannya?" "Kau akan tahu nanti," jawab Onix sembari memejamkan matanya. Yeona mencibir dan bangkit, berdiri di depan cermin dan melihat bekas gigitan Onix sangat jelas. Anehnya, gigitan luas mulut serigala itu tampak seperti gigitan manusia di leher Yeona. "Apa yang harus aku lakukan? Ini akan sulit disembunyikan," keluh Yeona. Tapi Onix tidak peduli dan memilih untuk tidur. Keesokan harinya, Yeona muncul lagi di basecamp dengan penampilan penuh persiapan. Mendengarkan pembagian tim selagi dia mencari sosok Qiu Shen. Tapi tidak bisa menemukannya di manapun. " ... Yeona dan Qiu Shen. Yeona tersentak dan menatap ke depan. Begitu melihat Cathy bersemangat sembari menatap ke arahnya, Yeona memastikan bahwa dia tidak salah dengar. Dia benar-benar satu Tim dengan Qiu Shen! *** Lokasi yang mereka kunjungi kali ini benar-benar daerah baru yang belum pernah dikunjungi penyintas. Saat pertama masuk saja, mereka sudah berhadapan dengan hewan-hewan kecil seperti kelinci, rubah dan tikus tanah. Untungnya, yang mereka temukan tidak bersama kelompoknya, atau keadaan akan jadi lebih serius. Kali ini setiap tim tidak berpisah terlalu jauh, hanya mengambil jalur yang berbeda ketika memasuki hutan, perkiraannya, mereka akan bertemu di tengah hutan beberapa hari kemudian. Di tim Yeona, selain Qiu Shen ada juga Ben dan Mila. Setelah menegurnya beberapa hari yang lalu, Mila masih mencoba untuk dekat dengan Yeona, tapi beberapa teman gadis itu tidak setuju dan terus berusaha memisahkan mereka. Yeona juga tidak begitu peduli. Jadi bisa dikatakan saat ini Yeona sedang dikucilkan oleh teman-teman wanita di guildnya. "Wah, bukankah bunga ini indah?" Mila sedang mengamati bunga berwarna keunguan, dengan sedikit aksen emas di kelopaknya. "Baunya juga harum," ujarnya. Beberapa teman Mila terkekeh. "Aku tidak peduli lagi dengan bunga, aku hanya perlu istirahat." Mila tersenyum tipis dan mengulurkan tangan untuk menyentuh bunga itu. "Jangan sentuh!" Yeona tiba-tiba berteriak, lalu dengan sangat cepat meraih pinggang Mila dan menariknya menjauh dari bunga itu. Di saat yang bersamaan, sulur hitam berduri muncul dari permukaan tanah tempat Mila berdiri. "Devil Vein!" Berteriak. "Mundur, semuanya menjauh." Bunga keunguan yang tadinya Mila katakan cantik berubah warna jadi hitam keunguan dan memunculkan gigi. Inilah Devil Vien, salah satu tumbuhan bermutasi yang paling berbahaya. Semakin lama, sulur yang muncul semakin banyak dan mulai bergerak ke arah para penyintas. Yang tersulit dari monster ini adalah pemulihan dirinya yang super cepat. Saat sulurnya dipotong, sulur baru muncul dalam sekejap. Jadi jalan satu-satunya untuk membunuhnya adalah menemukan titik lemahnya. Tapi dengan puluhan sulur yang siap menyedot darah siapapun, akan sangat sulit melawannya. Ketika semua orang bergerak menjauh dari sulur itu, sebuah anak panah melesat dengan cepat dan menancap langsung ke tengah tanaman itu, menyebabkan bunganya yang penuhi gigi berdesis kesakitan. Lalu, Qiu Shen seorang diri masuk ke dalam jangkauan si tanaman penyedot darah dan mulai bertarung dengannya menggunakan pedang. Gerakan Qiu Shen sangat cepat, bahkan puluhan sulur yang terus-menerus menyerangnya bergantian maupun bersama, tidak ada yang berhasil mengenainya. Tapi, di saat yang sama Qiu Shen juga tidak bisa mendekati batang inti tanaman itu dengan mudah. Yeona menatap sekeliling dan mengerutkan kening begitu melihat semua orang hanya menonton. Apa yang mereka tunggu? Apakah menunggu Qiu Shen menang dulu baru pergi atau menunggunya kalah sebelum ikut menyerang. Apapun itu, Yeona tidak ingin mengikuti arus yang tidak dia setujui. Jadi dia mencabut anak panahnya dan mulai membidik, memperhitungkan semua gerakan Qiu Shen sebelum menembak. Devil Vein itu berteriak lagi, tapi hanya sejenak sebelum aktif lagi. "Tembak bunganya," teriak Qiu Shen. Yeona menyanggupi tanpa suara dan menargetkan bunga yang ada di batang intinya, dan setiap kali Yeona berhasil mengenainya, gerakan Devil Vein itu akan melambat beberapa detik. Dan Qiu Shen menggunakan itu untuk terus menyerang dan mencari titik lemahnya. Hingga beberapa menit kemudian, Qiu Shen akhirnya berhasil merobohkannya. Yeona menghela napas lega dan menghapus keringat yang menetes dari dahinya. "Kerja bagus." Ben menepuk bahu Yeona dengan pelan menurutnya, namun Yeona meringis kesakitan. Mungkin karena daerah itu adalah daerah yang baru dijelajahi, Devil Vein yang mereka temukan cukup banyak. Bahkan ketika beristirahat di malam hari, beberapa anggota hampir ditarik secara diam-diam oleh tanaman itu. Yeona pikir, Devil Vein sudah cukup merepotkan, siapa yang tahu, beberapa hari kemudian mereka bertemu lebah. Setelah bermutasi, ukuran binatang itu jadi sebesar kepalan tangan, tapi kebiasaannya untuk menyerang beramai-ramai masih sama. Situasi menjadi sangat kacau, karena lebah tidak mudah untuk melepaskan mangsanya. Tapi di saat-saat seperti itu, Yeona menemukan bahwa tidak ada satupun lebah yang mendekat padanya, bahkan jika ada, mereka hanya melewatinya begitu saja. Yeona tiba-tiba ingat tentang gigitan Onix di lehernya. "Mungkinkah karena hal itu?" Bersambung ...
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD