Survival 44

1389 Words
Yeona sudah membeli banyak daging saat singgah di minimarket, jadi saat dia pulang dari berlatih Archery dan melihat Onix bersembunyi di balik bayang-bayang pohon menunggunya, Yeona menyambutnya dengan pelukan. "Kau di sini?" Yeona menggosok pipinya ke bulu-bulu halus di leher karnivora itu dan tersenyum lebar. "Kau tahu, hari ini aku dapat pujian dari Qiu Shen, katanya aku mulai mahir menggunakan busur recurve." Onix hanya mengeluarkan suara-suara pelan dari tenggorokannya dan berjalan sambil membawa Yeona ke pintu gerbang, lalu dengan satu kaki depannya memukul pintu aluminium sambil menggeram. Yeona terkikik geli. "Kau pasti sangat lapar kan? Tenang saja, aku sudah beli banyak daging untukmu ... Eh, apa yang kau bawa itu?" Saat masuk ke halaman, dan melihat penampilan Onix dengan jelas, barulah Yeona sadar bahwa serigala itu sedang membawa sesuatu yang dibungkus dengan daun di mulutnya. Onix mendekat ke Yeona, mengangkat tangan gadis itu dengan moncongnya sebelum meletakkan bungkusan yang dia bawa ke sana. "Untukku?" Onix duduk, menatap Yeona bergantian dengan benda itu menggunakan mata biru cerahnya. "Baik, aku buka sekarang." Onix menggerakkan-gerakkan ekornya, kemudian mulai bergerak tak tentu arah, mondar-mandir atau bahkan mengelilingi Yeona. Namun diakhir setiap gerakannya, dia akan berhenti untuk mengamati apakah Yeona sudah melihat isi dari bingkisan yang dia bawa atau belum. Dan Yeona menyimpulkan itu sebagai gerakan Onix ketika sedang gugup menantikan reaksinya. Yeona berpikir, apa yang ada di dalam bungkusan daun itu adalah buah-buahan, tapi ternyata di dalamnya ada kantong semar yang berisi puluhan kristal nukleus yang ukurannya tiga kali lebih besar dari kristal nukleus yang Yeona punya. "Ini ... Ya ampun, bahkan ada kristal nukleus berwarna merah." Yeona menatap Onix takjub. "Dari mana kau dapat semua ini?" Onix menggoyang-goyangkan ekornya kemudian duduk dengan tegak. "Ini milikmu?" Setelah pulang dari misi, Yeona juga mencari tahu tentang kristal nukleus. Yang ternyata jauh lebih berharga dari yang pernah dia kira. Dulu, saat Athena masih sangat baru dan manusia masih dalam krisis. Kristal nukleus menggantikan peran uang dan emas sebagai alat transaksi. Lalu, ketika para ilmuwan mengeluarkan berita bahwa kristal nukleus bisa menaikkan level kekuatan ketika diserap, nilainya melambung tinggi hingga mengalahkan makanan. Sekarangpun, nilai kristal nukleus masih sangat tinggi. Hanya saja sudah sulit ditemui karena level monster di luar juga semakin tinggi. Melarikan diri dari mereka saja sulit, apalagi membunuh dan mengambil kristal nukleusnya. Melihat Yeona terus menatap kristal nukleus yang dia bawa dan mengabaikannya, Onix jadi marah dan mendorong Yeona dengan moncongnya. "Apa?" Onix menggeram dan masuk ke dalam rumah, turun langsung ke basemen dan duduk di depan freezer. Niatnya jelas, dia mau makan. Yeona terkikik pelan. "Baiklah, waktunya makan. Dan karena Onix memberiku hadiah yang sangat luar biasa, aku akan memberikan makanan yang ekstra spesial." Dia menggosok kepala Onix dan mendekatkan wajah untuk menciumnya, tapi tanpa disangka, serigala itu menghindarinya dengan cepat. "Apa ini? Kau tidak mau dicium?" Yeona berkacak pinggang. Onix berdiri dan menjauhi Yeona sambil memamerkan gigi taringnya, berusaha untuk menakuti. Tapi setelah beberapa hari berinteraksi, bagaimana mungkin Yeona akan takut. Jadi Yeona mengejarnya dengan tangan terentang, sedangkan makhluk besar itu berlari dari sudut ke sudut. Lalu saat Yeona berhasil menangkapnya, terjadilah pergulatan kecil yang diselingi tawa renyah si gadis. *** Setelah bertemu Onix, Yeona merasa hari-harinya jadi lebih cerah. Dia tidak lagi kesepian di rumah, bisa tertawa dan bercanda juga tidur dengan kehangatan yang serigala itu tawarkan. Meskipun, setiap pagi Onix akan menghilang, Yeona sama sekali tidak keberatan asalkan dia kembali menemaninya di malam hari. Meskipun Yeona sempat curiga kalau Onix itu bukan serigala biasa karena sikapnya yang terlalu manusiawi dan beberapa lagi sangat mirip dengan Qiu Shen, tapi dari segi logika, Yeona tidak bisa menghubungkan keduanya. Kecuali Qiu Shen bisa berubah jadi serigala. Namun, Yeona juga sudah mencari tahu tentang kemungkinan itu, dan sesuatu seperti werewolf hanya sebuah dongeng yang tidak diketahui kebenarannya. Kalaupun ada, bentuk fisik mereka sama sekali tidak menyerupai Onix. Juga, Onix tidak datang padanya hanya ketika bulan purnama. Jadi, keraguan Yeona tentang identitas Onix masih ada, namun secara perlahan tidak lagi menghubungkannya dengan Qiu Shen. Segalanya berjalan dengan sangat baik, Yeona juga mulai lebih akrab dengan anggota guild dan secara perlahan membuatnya lupa pada segala hal yang pernah dia alami sebelumnya. Distrik seratus satu, masih sama mengerikannya, tapi saat menemukan guild dan rekan yang tepat, maka tempat itu tidak berbeda jauh dengan distrik lain. "Yeona, bagaimana kalau hari ini kita berbelanja?" Mila datang dan langsung memeluk lengannya penuh antusiasme. "Aku sudah mengumpulkan banyak uang agar bisa shopping denganmu." Shopping? Saat di distrik dua, Yeona juga sangat suka berbelanja dengan teman-temannya dan rasanya memang sudah lama dia tidak bersenang-senang. Namun sebelum Yeona bisa menjawab, chipcard di pergelangan tangannya menyala. "Ada apa?" Mila bertanya begitu melihat Yeona menatap udara kosong. "Kau mendapat pesan?" "Ya. Seseorang menghubungiku," jawab Yeona pelan. "Bagus sekali, kemarin aku berbicara dengan ibuku." Mila mendorong Yeona ke pintu. "Cepat ke pusat informasi, jangan membuat keluargamu menunggu, kau pasti merindukannya kan?" Yeona tidak menjawab, hanya menatap pintu yang tertutup dengan tatapan kosong. "Keluarga?" bisiknya pelan. Yeona menyentuh chipcard di pergelangan tangannya lagi, menggeser isi pemberitahuan itu beberapa kali dan mencari tahu apakah dia bisa menolak panggilannya, namun yang dia terima adalah pemberitahuan kedua, bahwa dia harus datang secepatnya ke pusat informasi terdekat atau mereka akan mengumumkan namanya di seluruh distrik untuk mencari keberadaannya. Jika sudah seperti ini, Yeona tidak punya pilihan lain selain menerima panggilan itu. Yeona berjalan dengan sangat berat hati, bahkan ketika dia dibawa di suatu ruangan, dia masih bertanya pada penjaga, apakah dia bisa menolak panggilan saja. Tapi jawab mereka semua sama. "Maaf, ini bukan wewenang kami." Bukan wewenang kami? Yeona justru berpikir bahwa posisi si penelpon seharusnya cukup tinggi sehingga Yeona tidak diberikan pilihan lain selain menerima panggilan. "Yeona." Saat wajah Owen muncul di layar begitu dia duduk, Yeona sudah tidak begitu terkejut. Cheryl tidak mungkin mau menghubunginya, sedangkan Jenny tidak akan berani. Satu-satunya yang berpikir bahwa hubungan mereka masih bisa diperbaiki setelah semuanya hanya pria ini. Yeona menyembunyikan semua emosinya dan menatap layar dengan datar. "Apa maumu." Owen menatap penampilan Yeona dan berhenti pada bekas luka melintang di wajah gadis itu. "Yeona, wajahmu. Apa yang terjadi?" "Apa yang kau harapkan? Ini distrik seratus satu." Owen menggosok dahinya dan menghela napas, terlihat tertekan juga merasa bersalah. "Yeona, aku mendengar bahwa di distrik itu uang masih bisa membeli kekuasaan, aku akan mengirimkan uang oke? Beli rumah yang aman dan sewa penjaga yang kuat. Hanya dua tahun ... Tidak, secepatnya, aku akan berusaha membebaskanmu." "Tidak perlu dan jangan hubungi aku lagi, kau mengganggu." Yeona ingin mematikan sambungan telepon, tapi penjaga yang sejak tadi ada di belakang menangkap tangannya. "Dia belum selesai bicara," ujar penjaga itu. "Dia?" Yeona menatap ke layar lagi. "Jadi sekarang, aku bahkan perlu izinmu untuk mematikan telepon? Owen?" Owen menghela napas berat. "Bukan seperti itu, tapi jika aku tidak menekanmu seperti ini, kau pasti bahkan tidak mau menerima telpon dari siapapun." Yeona menarik tangannya dengan paksa dari penjaga itu dan duduk kembali, tapi kali ini matanya tidak lagi menatap ke layar. "Yeona aku tahu aku sudah merusak persahabatan kita selama bertahun-tahun dan menghianati perasaan yang pernah kita miliki, tapi aku mohon. Berikan aku kesempatan memperbaiki semuanya, oke?" Yeona tidak menjawab. Seperti patung, dia hanya duduk di sana, menatap meja tanpa suara. Apapun yang Owen katakan, dia sama sekali tidak memberikan reaksi apa-apa. "Yeona." Penjaga di belakang menyentuh bahu Yeona, mungkin bermaksud untuk membuatnya menjawab panggilan Owen. Tapi dalam diam itu, Yeona sudah dipenuhi amarah. Jadi ketika seseorang menyentuhnya, dengan sangat cepat dia mencengkeram tangan penjaga itu dengan erat, bangun dan membantingnya ke meja, lalu tanpa memberinya waktu bereaksi, menodongkan pistol tepat di tenggorokannya. Seperti itu dan si penjaga tidak berani bergerak lagi. "Yeona!" "Hanya karena aku seorang wanita, kau berani menekanku seperti ini?" Yeona menekan pistol itu dengan sangat keras hingga si penjaga meringis kesakitan. "Apa kau lupa? Aku tetaplah seorang narapidana di distrik tanpa hukum ini, jika aku membunuhmu sekarang, tidak ada yang akan perduli." "Yeona! Apa yang kau lakukan! Lepaskan dia!" Owen berteriak panik. "Dia bisa mati." Yeona mendongak. "Lalu kenapa kalau dia mati? Bukankah aku memang seorang pembunuh?" "Tidak Yeona, kau bukan pembunuh, aku tahu kau tidak melakukannya." Owen melembutkan wajahnya. "Aku sedang mencari bukti untuk membebaskanmu." "Terlambat Owen, aku seorang pembunuh sekarang." Yeona melepaskan penjaga itu dan menembak saluran telepon yang ada di atas meja hingga terlempar ke sudut ruangan, gambar Owen juga seketika hilang. "Aku akan membayar ganti ruginya di luar," ujarnya sebelum keluar. Bersambung ...
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD