Survival 25

1196 Words
Saat mengerti dengan apa yang sedang Qiu Shen tanyakan, Yeona langsung menutup sebelah wajahnya. Karena sekarang dia sudah dikenali, maka tidak ada alasan lagi untuk mengelak. "Umh, aku terluka." "Kapan? Aku ingat kau tidak memiliki kecelakaan apapun yang bisa menciptakan bekas luka seperti itu." "Bagaimana kau tahu?" Yeona menatap bingung. "Dan kenapa terdengar begitu yakin?" Bagaimanapun, bahkan ketika masih di kereta, interaksi mereka sangat sedikit, apalagi setelah turun dari kereta. Seolah sadar dengan kejanggalan pertanyaannya sendiri, Qiu Shen melepaskan pergelangan tangan Yeona dan bangkit. "Lupakan." Tapi, bagaimana mungkin Yeona mau melepaskannya begitu saja? Dia memberanikan diri menatap Qiu Shen. "Kenapa? Kenapa aku harus melupakannya, di saat kau sendiri yang mengungkitnya?" Qiu Shen menyapu rambutnya ke belakang. "Aku tidak ingin membahasnya." Yeona tidak ingin teralihkan dari pembahasan itu, namun Qiu Shen mengeluarkan dompet yang sangat familiar di mata Yeona dan menyodorkannya. "Ambil kembali." Itu adalah dompet yang Yeona berikan beberapa hari yang lalu. Yeona menjauh dua langkah dari dompet itu. "Bukan milikku." "Kau masih berani berpura-pura?" Suara Qiu Shen penuh penekanan. Yeona berdehem dan menghindari tatapannya, masih memasang wajah innocent. "Aku tidak mengerti maksudmu, dompet itu bukan milikku." Qiu Shen yang mulai kehilangan kesabaran berdiri dan ingin menjejalkan dompet itu dengan paksa ke tangan Yeona, tapi gerak refleks Yeona juga sangat cepat. Dia menghindar dan membuka jarak beberapa meter dari Qiu Shen. "Aku bilang bukan punyaku!" "Apa kau pikir aku bodoh?" Qiu Shen hanya mengambil beberapa langkah lebar dan sudah bisa mencapai tempat Yeona berdiri dalam sekejap. Mata Yeona membulat, di saat dia baru saja akan berlari, Qiu Shen menarik tudung jubahnya. "Berhenti lari dan ambil benda ini sebelum kau membuatku benar-benar marah." Yeona terbatuk dan memegangi leher. "Uhuk, lepas. Kau mencekikku." Qiu Shen melepaskannya dan menyodorkan dompet itu lagi. "Ambil." Yeona menghela napas pelan dan mengulurkan tangan untuk mengambilnya, tapi tiba-tiba mengalihkan tangannya untuk melambai. "Oh, Iyan! Di sini!" Qiu Shen spontan berbalik, namun tidak menemukan siapapun di belakangnya. Dan saat dia menoleh kembali, Yeona sudah berlari sangat kencang dan masuk ke dalam pagar rumahnya. Qiu Shen sepenuhnya tertipu. Di dalam pagar, Yeona langsung mengaktifkan sistem keamanan, menarik napas dan menepuk-nepuk dadanya dengan lega. Sekarang, dia hanya perlu mengatur siasat untuk menghindari Qiu Shen. "Buka pintunya." Yeona menjauh dari pintu pagar. "Tidak mau." "Buka sebelum aku menghancurkannya." Demi keamanan, semua pintu pagar di kompleks perumahan itu terbuat dari besi tebal. Jadi seharusnya tidak mudah dihancurkan, tapi entah mengapa Yeona punya firasat bahwa Qiu Shen benar-benar bisa menghancurkannya jika mau. Perlahan-lahan, Yeona juga mulai kesal. Padahal dia hanya ingin membalas bantuan dari Qiu Shen di kereta, tapi pria itu justru bersikap sangat keras kepala. "Bisakah kau menerima uang itu saja dan pergi? Apa sangat sulit untuk menerima sesuatu dariku?" "Kenapa aku harus menerimanya? Apakah aku terlihat kekurangan uang?" "Ya." Yeona spontan menjawab tanpa berpikir. "Kau berbaring sepanjang hari di sofa dan hanya makan sekali sehari, tidak kerja ataupun melakukan kegiatan lain, bagaimana bisa kau punya uang?" Hening beberapa saat sebelum Qiu Shen memukul pintu pagar dengan keras. "Keluar, Sekarang!" Suara Qiu Shen yang meninggi beberapa oktaf menyadarkan Yeona bahwa jawaban yang dia berikan malah membuat Qiu Shen semakin marah. "Tidak mau." Yeona mundur lebih jauh dari pintu pagar. "Aku memberikannya padamu untuk balas budi, bisakah kau menerimanya saja dan pergi?" "Balas budi apa? Jangan bicara omong kosong." Qiu Shen memukul pintu pagar lagi, entah menggunakan apa, namun menimbulkan getaran dan bunyi yang cukup nyaring. Yeona memejamkan mata dan berteriak."Kau menolongku empat kali di kereta, aku tidak peduli apakah yang pertama, kedua dan ketiga terjadi karena kebetulan atau keadaan. Tapi saat kau membawa mayat Kian keluar dari kamarku, kau menyelamatkan nyawaku sekali lagi, dan itu bukan kebetulan." Qiu Shen tiba-tiba berhenti memukul, tidak juga bersuara. "Aku tahu kau akan mengelak, tapi aku yakin itu kamu." Yeona menautkan kedua tangannya erat. "Kau memberitahuku sebelum turun dari kereta agar aku melupakan semua yang terjadi di sana, dan aku menyanggupinya, tapi bagaimana bisa aku lupa padamu juga, di saat setiap pagi aku membuka mataku, aku akan selalu ingat bahwa kau adalah alasan aku masih bisa bernapas sekarang." Mata Yeona memerah. Tapi sekuat tenaga dia menahannnya. "Bagaimana bisa aku lupa, bahwa di titik tergelap dalam hidupku, ada seseorang yang memungut satu-satunya ikat rambutku untukku, melompat keluar dari jendela saat aku tidur agar pintu tetap terkunci, memberiku senjata untuk melawan musuh dan membawa mayat yang berpotensi menggagalkan rencana balas dendamku keluar. Katakan padaku Qiu Shen, bagaimana bisa aku melupakan semua itu?" "Semuanya hanya khayalanmu saja," ujar Qiu Shen, namun dengan suara yang sangat pelan. Yeona tertawa pelan. "Baiklah, mari anggap itu sebagai khayalanku saja. Tapi dampaknya dalam hidupku sangat besar. Aku sangat berterima kasih padamu, tapi aku merasa itu tidak akan cukup. Jadi bisakah kau menerimanya saja, yang aku miliki saat ini hanya hal kecil seperti itu. Karena kau sama sekali tidak meminta imbalan apapun." Qiu Shen mendengus. "Jika aku meminta imbalan, apakah kau akan memberikannya." "Ya." "Bagaimana jika aku meminta sesuatu yang tidak bisa kau berikan?" "Maka kau harus menunggu hingga aku mampu memberikannya." "Gadis bodoh." Qiu Shen mendengus, dia berbalik dan melempar dompet Yeona ke udara sebelum menangkapnya kembali. "Baiklah, aku akan menerima ini, jadi jangan berikan apa-apa lagi. Berurusan denganmu sangat merepotkan." Yeona memiringkan kepala. "Maaf, tapi aku merasa uang di dalam dompet itu tidak sepadan dengan nyawaku." "Kau!" Qiu Shen menarik dan menghembuskan napas pelan. "Hentikan saja, mulai sekarang aku tidak akan menerima apapun." Yeona mengangguk meski tahu Qiu Shen tidak bisa melihatnya. "Aku akan meninggalkannya di depan pagar atau menitipkannya pada Iyan, jika tidak suka, kau bisa membuangnya atau memberikannya pada orang." "Kenapa kau sangat keras kepala!" Yeona tersenyum, tanpa sadar bahwa itu adalah senyuman pertamanya semenjak menginjakkan kaki di distrik satu kosong satu. Hari itu, Qiu Shen kalah telak dalam perdebatan. Jadi keesokan harinya sarapan yang Yeona titipkan datang lagi. Hanya saja, menunya jadi lebih menggugah selera. Karena Yeona sudah tahu di mana tempat membeli makanan mentah yang aman. Ben yang hari itu datang lebih bagi dari biasanya terbangun oleh aroma daging yang harum. "Apa itu?" tanyanya. Iyan yang sedang membawanya pun sudah menelan air liurnya beberapa kali. "Sarapan untuk Qiu Shen." "Qiu Shen?" Ben mematai kantong kertas di tangan Iyan dengan tatapan lapar. "Bukannya beberapa hari ini tidak ada titipan lagi untuknya?" "Ya, aku bahkan berpikir bahwa Qiu Shen pasti sudah menakuti penggemar rahasianya, tapi sepertinya tidak. Menunya bahkan semakin enak." "Qiu Shen pasti masih tidur. Kenapa tidak kita makan saja jatahnya hari ini? sekali saja." Ben menjilat bibirnya. "Selama tidak ada yang memberitahunya, dia tidak akan tahu." Iyan menatap kantong kertas di tangannya dan menelan ludah lagi. Harga daging di distrik ini memang sangat mahal dan merupakan salah satu hidangan mewah, Iyan bahkan sudah lupa kapan terakhir kali dia makan daging, jadi dia sedikit tergiur. "Iyan! Ayo. Sebelum Qiu Shen bangun." Iyan mengangguk dan melangkah mendekati Ben yang duduk di ruang tamu. Namun hanya dua langkah, sebuah pisau melesat dan menancap di depan kakinya. "Berikan padaku." Suara dingin Qiu Shen terdengar dari tangga, bersamaan dengan sosoknya yang muncul entah sejak kapan di sana. Tertangkap basah ingin mencuri makanan orang lain cukup memalukan, jadi Iyan tersenyum canggung dan langsung membawakan kantong itu ke Qiu Shen, padahal hatinya berdetak kencang karena kakinya hampir saja berlubang. Bersambung ...
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD