“Gar, please. Maafin gue...,” lirih Cinthya. Gara berdecak tak suka. “Baru nyadar?” ketusnya lalu membuang muka. Ia malas melihat Cinthya lama-lama. Bukannya apa-apa, ia sudah terlanjur sakit hati gara-gara gadis ini. Ah, seandainya ia bisa memutar mundur waktu. Ia tak kan mau mengajak Airin untuk taruhan. Kalau akhirnya, niat gadis itu adalah untuk memisah-kan Airin dan Akib dengan alasan sedongkol itu. Akib juga salah karena termakan ucapan Cinthya. Ia juga salah karena mengajak gadis itu taruhan. Airin juga salah karena mempermainkan Akib. Tapi tetap saja Gara paling menyalahkan Akib. Lelaki itu sama sekali tak peka akan perasaannya sendiri. “Gaar! Gaaar!” “Gue bilang enggak ya enggak! Lo pikir gampang buang rasa sakit hati?” ketusnya kesal. Ia berjalan menuju mobilnya lalu menggas