Epilog

305 Words

Menjadi munafik itu tak enak ya? Meyakinkan diri baik-baik saja di depan orang yang masih disayang dengan senyum tegar itu sulit ya? Tapi apa dayanya dikala takdir sudah memutuskan begini. Ia bisa apa? Usaha sudah tapi tak ada takdirnya yang berubah, ia harus bagaimana lagi? Usaha lagi? Tidak-tidak. Kalau harus mengejar gadis itu lagi, ia memilih mundur. Ini bukan lagi soal pantas atau tidaknya. Tapi ia meyakini dan menguatkan hati kalau ia akan mendapatkan wanita yang lebih baik darinya. Harus lebih baik! “Apa kabar Adam?” Gadis yang sedari membaca buku sambil berdiri di sudut toko buku itu menoleh dramatis. Lalu mengembangkan senyum tipis saat melihat lelaki yang muncul di depannya. Ia nampak lebih dewasa dari tiga tahun lalu. “Baik, kak,” tuturnya sambil tersenyum tipis. Senyum yan

Read on the App

Download by scanning the QR code to get countless free stories and daily updated books

Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD