Vania sibuk menata hati dan jantungnya yang tak karuan. Namun, detik berikutnya ia dikejutkan oleh penampakan wajah seseorang yang menimbulkan rasa aneh pada dirinya itu. Andrea. Pria itu mendekatkan wajahnya pada Vania. Menatap Vania dari jarak lebih dekat. Ia ingin tau, bagaimana ekspresi gadis itu, dan apa yang terjadi padanya sehingga ia tidak berusaha turun dari sepeda atau semacamnya. "Kau tidak bisa naik sepeda?" tanya pria itu setelah beberapa saat. Vania mengejapkan matanya. Ia menggeleng polos sebagai jawaban. Andrea menghela napas. "Turun!" suruhnya. "Hah?" "Turun dari sepedanya! Minggir!" ucap Andrea memperjelas. Vania menggeleng cepat. Ia menyingkirkan tangan Andrea dari sepedanya. Ia memeluk stang sepeda itu. "Ini sudah jadi milikku dan tidak bisa diminta kembali." Vani