21 - Hint

1509 Words
“Kau pikir aku menolak karena tidak ada imbalan ??? Aku lebih peduli pada nyawaku, Warren ! Aku tahu kalau berurusan dengan lembah itu sama saja dengan mencari kematian sendiri !” bentak Selena hingga mengagetkan pria itu. “Tapi, kita 'kan berdua ! Setidaknya kita bisa saling menolong !” balas Warren cepat. Selena menaikkan sebelah alisnya. “Hmph, bukankah dari awal kau sendiri yang mengatakan tidak akan bekerja sama dengan siapapun ? Kenapa sekarang kau menjilat ludahmu sendiri, huh ???” cibir Selena. Warren tersentak dan ia merasa sedikit malu mendengar ucapan Selena. “Umm... maaf kalau begitu... karena kupikir permainan ini sedikit berbahaya dan sepertinya aku memang perlu bantuan...” gumam Warren dan Selena tahu ia sedang berusaha minta maaf padanya. “Baguslah kalau kau sadar.” komentar Selena dan ia langsung pergi dari sana. Gadis itu tidak menjawab permintaan Warren dan langsung tidur ke kamarnya.             Mimpinya masih sama dan belum ada perkembangan sama sekali. Ia masih berhenti pada panggilan pria misterius itu dan tidak mendengar kata-katanya lagi. Padahal Warren telah memberitahunya kelanjutan kata-kata yang diucapkan si pria, tapi tetap saja Selena selalu terbangun saat panggilan itu dimulai.             Setelah bersiap-siap, ia dengan malas turun ke ruang makan untuk mengikuti absensi pagi. Ia merutuki kebiasaan absensi ini karena menurut Selena ia bisa mendapatkan kelanjutan mimpinya jika tidur lebih lama lagi.             Gadis itu masih menguap lebar saat Isabelle sibuk memanggil setiap nama. Ia baru tersentak ketika menyadari ada satu orang yang tidak berada di ruang makan. “Thomas Hemmington ?” panggil Isabelle dan tidak ada sahutan sama sekali. “Apa dia masih tidur ?” bisik Selena pada Ian yang ada di sampingnya. Pria itu mengedikkan kepalanya pertanda tidak tahu. “Mr. Hemmington tidak hadir sepertinya.” simpul Isabelle dan ia menandai absennya. Sepertinya ia akan memberikan hukuman mengerikan yang dikatakannya pada mereka. Selena jadi merasa kasihan pada Thomas.             Selesai sarapan, Selena langsung naik ke lantai dua dan mengetuk kamar Thomas. Tidak ada sahutan sama sekali. Ia mengetuk sekali lagi dan masih tidak mendapat jawaban. Selena mencoba membuka pintu kamarnya dan ternyata tidak dikunci.             Ia melongok ke dalam dan tidak melihat siapapun ada di sana. Kemana Thomas ??? heran Selena dan ia mulai khawatir mengingat kemarin ia melihat lelaki itu juga keluar rumah. Apalagi hujan juga turun malam harinya. Selena sampai berpikir bahwa Thomas mungkin saja masih tersesat di hutan. Ia langsung mencari Isabelle karena pasti wanita itu melakukan absen malam pada setiap peserta yang ada di rumah itu seperti yang diperintahkan 'atasannya'. “Isabelle, apa Thomas tadi malam pulang ?” tanya Selena saat berhasil menemui Isabelle yang ada di dapur dan sedang membereskan semua piring kotor. “Ya, nona. Dia ada di kamarnya kemarin malam.” jawab Isabelle.             Selena semakin mengernyit mendengarnya. Berarti Thomas keluar pagi-pagi sekali dan ia terlambat untuk sarapan... pikir Selena. Tapi, terbersit kembali di pikirannya kemana Thomas pergi sepagi itu ?             Jawabannya muncul ketika Selena keluar dari ruang makan dan masih berjalan merenung menuju tangga. Pintu depan terbuka dan Thomas masuk sambil menenteng sebuah handuk kecil di bahunya. Keringat menetes-netes dan ia masih berusaha mengatur napasnya. “Thomas ! Kemana saja kau ???” kaget Selena saat melihatnya. Thomas tersenyum ke arah Selena. “Aku berolahraga pagi, Sel. Apa waktu sarapan sudah sampai ? Aku lupa membawa jam tanganku. Tapi, kurasa aku tidak terlambat karena aku berangkat pagi sekali.” celoteh Thomas. Selena membelalak ke arahnya. “Sarapan sudah selesai dari tadi, Tom. Kau terlambat. Isabelle sudah menandai namamu dan kurasa kau akan menerima hukumannya nanti malam.” jawab Selena sambil menghela napas panjang. Kali ini Thomas yang terkejut dan wajahnya langsung berubah pucat pasi. “Astaga...bagaimana ini ??? Kupikir aku tidak akan terlambat jika aku berolahraga sebentar !” panik Thomas. Selena menepuk pundaknya sebagai bentuk rasa iba padanya.             Thomas masih sibuk memikirkan nasibnya dan dalam beberapa detik Isabelle keluar dari ruang makan. Ia melihat Thomas dan Isabelle menaikkan sebelah alisnya. “Mr. Hemmington, silahkan ikut saya sebentar.” panggil Isabelle dan Thomas langsung meneguk ludah. Ia mengangguk pelan dan melambai pada Selena sebelum mengikuti Isabelle naik ke atas. Sepertinya Isabelle akan mengatakan jadwal hukuman Thomas.             Saat keduanya menghilang di belokan koridor, Selena berbalik untuk keluar rumah sejenak. Ia merasa perlu menghirup udara pagi dan merasa sangat suntuk berada di rumah ini selama hampir dua bulan.             Gadis itu terkejut karena ia menabrak seseorang yang berdiri di depan pintu. Sementara itu, Warren juga hendak membuka pintu dan dadanya ditabrak oleh Selena. Gadis itu meringis dan mengusap kepalanya. “Oh ! Kau tidak apa-apa, Sel ??? Maaf aku tidak tahu kau di balik pintu...” kata Warren terkejut saat melihat Selena. Gadis itu melirik Warren dan mendengus sebal. “Kau rajin sekali minta maaf akhir-akhir ini.” cibir Selena dan ia langsung berjalan melewati Warren. Pria itu melongo memandangnya sebelum akhirnya ia mendengus hendak tertawa. “Jadi aku harus bagaimana ? Minta maaf salah... tidak minta maaf juga salah...” Warren menggeleng-geleng melihatnya. Selena tidak menjawabnya dan langsung berjalan menjauhi Warren.             Gadis itu duduk di pinggir patung air mancur sambil menghirup udara pagi yang menyegarkan. Hutan itu jadi terlihat bersahabat saat pagi hari dan Selena bisa mendengar kicauan burung di beberapa pohon. Ia menyandarkan tangannya dengan malas ke tepi kolam dan bersenandung santai. “Kukira kau akan berkeliling hutan.” sebuah suara membuat Selena menoleh. Ternyata Warren mengikutinya. “Mau apa kau ?” tanya Selena dengan sedikit ketus. Suasana hatinya jadi tidak menyenangkan saat melihat pria itu. “Kau belum menjawab permintaanku kemarin malam.” kata Warren dengan santai dan ia berdiri di depan Selena sambil memasukkan kedua tangannya ke saku. Gadis itu mendengus sebal karena Warren kelihatannya berusaha bersikap keren di hadapannya. “Aku tidak berniat menemanimu ke tempat itu.” jawab Selena tegas.             Warren tidak terlihat terkejut mendengar jawaban Selena. Mungkin ia sudah bisa menebak akan mendapat jawaban seperti itu dari Selena. “Apa kau tidak mau seperempat hadiahnya ?” tawar Warren berusaha menggoda Selena dengan sejumlah uang. “Hanya jika memang cincin itu ada di sana. Jika tidak dan ternyata orang lain yang mendapatkan cincin itu, bagaimana kau akan membayarku ???” delik Selena. Warren terdiam seakan sedang berpikir. Mungkin ia tidak mengira Selena akan membalas kata-katanya. “Cari saja sendiri jalan ke sana. Kau 'kan pintar~” ejek Selena dan ia beranjak dari sana.             Tiba-tiba, Selena menginjak batu bundar saat ia hendak turun dari tepi kolam dan ia tergelincir. Warren dengan cepat menangkapnya sebelum gadis itu terjatuh. Selena tertegun dan ia langsung berdiri tegap. Ia mendorong tangan Warren yang memegangi lengannya. “Thanks. Tapi, itu tidak berarti aku akan menolongmu.” kata Selena sebelum ia akhirnya meninggalkan Warren. Pria itu menaikkan sebelah alisnya dan mendengus tidak percaya. “Astaga, yang tadi hanya reflek saja. Kau terlalu sensitif, Selena.” Warren menggeleng-geleng sambil berkacak pinggang.             Selena mengacuhkan kata-kata Warren dan langsung berjalan meninggalkan pria itu. Tapi, langkahnya kembali terhenti ketika Warren mengatakan sesuatu yang memancing emosinya. “Bilang saja kau tidak mau menunjukkan tempat itu karena takut aku yang mendapatkan cincin itu lebih dulu. Kau pasti berniat untuk kesana sendirian dan mengambilnya, bukan ?” dengus Warren. Selena menoleh dan mendelik marah padanya. “Aku tidak sepicik itu, Warren. Kau kira aku akan dengan senang hati mengorbankan tanganku untuk mencelupkannya ke rawa berbahaya itu ??? Dan terserah kau mau bilang apa, tapi aku tidak berniat kembali ke lembah sialan itu !” kesal Selena dan ia langsung menghentakkan langkahnya kembali ke mansion. Warren hanya melongo melihatnya marah seperti itu.             Sepanjang hari itu, Selena hanya menghabiskan waktunya di ruang bersantai dengan Ian yang nampaknya tidak suka keluar rumah sama sekali. Terkadang Selena sampai merasa heran melihat pria dengan tipikal hobi 'main-main' sepertinya bisa betah berada di rumah tanpa keluar sedikitpun. “Kau tidak mau keluar rumah ?” kernyit Selena. Ian menoleh padanya dari meja billiard. “Kenapa aku harus melakukannya ?” Ian balas bertanya dengan santai dan terus saja membidik. “Memangnya kau tidak mencari cincin itu ? Kau ikut The Gamers karena hadiahnya bukan ? Tapi, aku tidak pernah melihatmu keluar sama sekali.” Selena memutar duduknya ke arah Ian. Terdengar bunyi bola biliar sebelum akhirnya Ian menjawab pertanyaan Selena. “Aku mencari menggunakan ini.” Ian menunjuk kepalanya dan tersenyum singkat pada Selena sebelum kembali fokus pada permainannya. “Aku tidak mencari cincin itu dengan cara sembarangan seperti yang kalian lakukan. Jika mencari seperti itu, untuk apa diberikan petunjuk ? Sudah tentu karena kita diminta untuk berpikir dan bukan mencari buta seperti itu.” jawab Ian dengan enteng.             Entah kenapa Selena tiba-tiba teringat dengan petunjuk yang diberikan Isabelle dan ia menepuk keningnya. Gadis itu beranjak dari sofa dan berlari ke kamarnya untuk mengambil catatan petunjuk itu. Ia melupakan hal penting seperti yang dikatakan Ian. Padahal awalnya Selena ingat ia mencari cincin itu berdasarkan petunjuk. Tapi, tanpa sadar ia sibuk dengan hal-hal aneh di pulau itu hingga melupakan buku catatannya. Selena kembali ke ruang bersantai itu dan membaca petunjuknya dengan cermat. Ian hanya menaikkan alisnya dan kembali melanjutkan permainan biliarnya. “Cincin itu hilang ketika Sir Rudolph Tramonde pulang dari kegiatan berburunya di pulau ini... berarti aku sudah benar dengan mencari cincin itu di luar rumah...” gumam Selena sambil berpikir dan mengangguk-angguk. Ia menandai bagian itu dengan tanda centang. “Memangnya 'pulang dari kegiatan berburu' itu pulang ke hutan ?” celetuk Ian tiba-tiba tanpa menoleh dari bidikannya. Selena tertegun mendengarnya dan melemparkan tatapan bertanya pada Ian. Pria itu akhirnya berdiri tegap dan memandang Selena. “Kau terlalu fokus pada kata 'kegiatan berburu' dan menganggap bahwa sudah pasti yang dimaksudkan adalah bagian luar rumah. Tapi, kau tidak memperhatikan kata 'pulang' sebelum kata-kata itu. Memangnya kalau kau mau pulang, kau akan kemana ?” Ian menyeringai ke arah Selena. “Ke rumah...” jawab Selena tanpa sadar.
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD