Lagi-lagi, Selena mengusap lengannya beberapa kali untuk mengenyahkan rasa dingin dan perasaan takut yang muncul entah kapan. Bisikan-bisikan itu samar-samar dan Selena merasa tidak nyaman mendengarnya sama sekali.
“GO AWAY !!! YOU'RE NOT BELONG HERE !!!”
Sebuah jeritan yang sangat keras tepat berada di belakang Selena hingga gadis itu langsung berbalik cepat untuk melihat siapa yang berteriak mengejutkannya. Tidak ada siapa-siapa.
Napas Selena menderu lebih kencang dari biasanya. Ia merasa takut berada di sini dan kakinya lebih cepat bertindak daripada pikirannya. Ia langsung berlari ke arah lubang tadi dan berusaha memanjat lubang cahaya yang ada di atasnya. Gadis itu mulai merasa ketakutan karena tempat itu sangat sunyi dan ia bisa mendengar usahanya memanjati akar-akar pohon untuk meraih lubang.
Tubuhnya kotor di sana-sini karena gadis itu sudah tidak mempedulikan apapun lagi selain bisa keluar dari lembah menyeramkan itu. Ia memaksa tubuhnya untuk masuk ke dalam lubang terang itu dan merangkak keluar dari sana.
Selena terduduk di tanah berpasir setelah bisa keluar dari tempat itu. Ia tersengal-sengal karena berusaha terlalu keras untuk keluar dari tempat itu. Keringatnya sudah menetes-netes dan bibir Selena gemetar. Ia tidak tahu siapa yang berteriak tadi tapi nampaknya suara itu terdengar sangat nyata dan ia yakin memang ada yang berteriak di belakangnya. Telinganya hampir tuli saat mendengar teriakan keras itu.
Pandangan Selena masih terpaku pada lubang yang ada di depannya. Ia kembali memberanikan diri untuk melongokkan kepalanya ke dalam lembah. Setidaknya jika yang berteriak tadi adalah manusia, Selena pasti bisa melihat sosoknya setelah gadis itu keluar dari sana. Tidak mungkin si pelaku terus-menerus bersembunyi, pikir Selena meyakinkan dirinya bahwa yang didengarnya tadi adalah suara manusia.
Matanya mulai terbiasa dengan keremangan dan kabut dari dalam lembah itu. Ia berpegangan pada akar yang ada di luar lubang agar ia tidak terjatuh lagi. Setidaknya Selena bersyukur ia bisa keluar dari sana setelah terjatuh tadi.
Selena mengerjap-kerjap selama beberapa saat dan mengernyit melihat sesuatu di ujung dek tempat ia berdiri tadi. Ada sosok berjubah hitam dengan kerudung hitam yang juga menutupi kepalanya. Ia memunggungi Selena dan memandang ke arah rawa-rawa. Selena berusaha menebak siapa itu tapi tiba-tiba sosok itu melayang hingga membuat Selena mengusap-usap matanya berusaha meyakinkan dirinya bahwa sosok itu tidak melayang dan ia hanya salah melihat.
Ia bisa melihat ujung jubah hitamnya tidak menyentuh dek sama sekali dan ia melayang ke arah rawa-rawa. Karena jubahnya yang berwarna hitam dan air rawa-rawa juga hitam, Selena tidak tahu apa yang dilakukan sosok itu.
“Hei ! Siapa kau ???” teriak Selena berusaha memanggil sosok itu yang tidak berbalik sama sekali.
Sosok berjubah hitam itu terus saja melayang lurus ke arah rawa-rawa dan secara mendadak ia menyeburkan dirinya ke dalam air !
Selena terkejut dan mencondongkan tubuhnya lebih ke dalam, “Hey ! Apa yang kau lakukan ???” panggilnya.
Tapi, tidak ada sahutan dan lagi-lagi Selena hanya dapat melihat kabut-kabut dan pepohonan yang gelap. Tidak ada riak pada rawa-rawa itu atau bahkan suara gemericik air sama sekali. Selena sampai meneguk ludah karena mulai berpikir bahwa sosok itu nampaknya bukan sosok biasa.
Ia menarik tubuhnya keluar dari lubang itu dan mengusap keringatnya. Ia tidak tahu kenapa tapi ia merasa tegang dengan kejadian tadi hingga tidak berani bernapas saat melihat sosok itu.
Setetes air mengenai wajah Selena hingga membuatnya tersentak. Selena menengadah dan melihat langit mendung serta hujan rintik-rintik telah turun. Ia langsung bergegas untuk pulang.
Selena melirik pohon-pohon yang dilaluinya untuk melihat tanda merah yang ditinggalkannya tadi. Ia bahkan sampai di beberapa persimpangan tapi tidak melihat tanda merah yang ditempelnya. Gadis itu mengernyit dan ia ingat sekali bahwa ia menempel sticky notes-nya di salah satu pohon setiap persimpangan.
Hujan semakin deras hingga Selena harus mencari tempat berteduh. Ia bahkan merapat pada salah satu pohon besar agar tubuhnya tidak basah. Tapi, hujan bahkan petir membuatnya mulai menggigil. Pakaiannya bahkan telah basah separuh hingga Selena berpikir nampaknya masih ada satu tempat yang tidak terkena hujan sama sekali.
Ia sebenarnya enggan untuk kembali ke lubang tadi. Tapi, melihat lokasi lubang itu yang tidak terkena cahaya matahari, Selena berpikir bahwa mungkin saja tempat itu juga tidak terkena hujan. Ia berusaha mengenyahkan rasa takutnya dan langsung berbalik ke arah lubang itu. Selena masih bisa mengingat lokasi lubang itu dan ia menutupi kepalanya dengan tasnya agar tidak basah.
Selena tanpa ragu langsung meluncur ke dalam lubang itu dan dugaannya tepat. Tempat itu sama sekali tidak terkena air hujan kecuali air yang masuk melalui lubang itu dan langsung merembes ke tanah.
Gadis itu menggigil kedinginan karena tubuhnya basah dan setidaknya lembah itu sedikit menolong karena dibandingkan cuaca di luar, udara lembah menjadi lebih hangat. Selena menoleh ke arah dek raksasa itu dan ia berusaha menghilangkan pikiran-pikiran tentang sosok berjubah hitam itu.
Selena sedikit menjauh dari lubang karena air hujan memercik ke dalam dan membuat dirinya lebih kotor karena lumpur. Ia melihat sebuah akar pohon besar tidak jauh dari lubang yang bisa dijadikannya sebagai tempat duduk. Gadis itu duduk di sana dan mengerling jam tangannya, ternyata sudah pukul 2 siang dan Selena tidak menyadarinya sama sekali. Rasanya waktu cepat sekali berlalu padahal menurutnya ia hanya berada di lembah itu beberapa menit saja.
Selena kembali mengusap lengannya untuk menghangatkan dirinya. Ia dapat merasakan bahwa suara hujan sama sekali tidak terdengar di tempat ini. Lembah ini bahkan tetap senyap seperti pertama kali didatangi olehnya.
Perutnya mulai berbunyi dan Selena mengambil apel dalam tasnya. Suara apapun yang dibuat olehnya langsung bergema di lembah itu. Mata Selena tidak lepas dari sekelilingnya. Ia terlihat sangat awas karena khawatir sosok berjubah itu akan datang menghampirinya.
Berkali-kali Selena mengintip dari lubang untuk melihat apakah hujan telah berhenti tapi nampaknya tidak ada tanda-tanda hujan akan segera berhenti. Ia duduk kembali ke tempatnya sambil mengawasi semak-semak di sekelilingnya. Terkadang ia sibuk mencari-cari cincin itu di antara semak ataupun daerah di sekitarnya. Tapi, nampaknya tidak ada sama sekali.
Ia melirik jam tangannya lagi dan tersentak karena sudah menunjukkan pukul 5 sore. Tidak terasa 3 jam sudah berlalu dan hujan masih saja cukup deras. Ada genangan air sekarang di bawah lubang itu dan Selena memandang cemas karena cahaya dari lubang semakin gelap. Akan segera malam dan ia masih belum bisa keluar dari sana. Selena mulai khawatir apakah dia harus tidur di tempat itu karena terjebak hujan lebat.
Ia kembali duduk di tempatnya tadi dan menyandarkan punggungnya ke batang pohon. Udara dingin mulai membuatnya merasa mengantuk. Tanpa sadar, kelopak mata Selena terpejam dan ia tertidur sejenak. Rasa lelah dan angin dingin membuatnya benar-benar mengantuk.
Gadis itu mulai bermimpi ia bangun dan berjalan di lembah itu seperti yang tadi dilakukannya. Tapi, kali ini ia menatap heran pada baju yang dikenakannya. Ia tidak mengenakan kaos dan celana pendek serta sepatu kets. Selena malah mengenakan daster panjang berwarna merah muda lembut hingga menutupi jari-jari kakinya yang telanjang tanpa mengenakan alas apapun. Ia menatap lengan bajunya yang berjumbai seperti baju zaman klasik.
Dan bahkan masih dengan bingungnya, Selena berjalan ke arah dek itu tanpa ragu sedikitpun. Ia berhenti di ujung dek dan memandang dirinya dari pantulan air rawa. Selena membelalak saat melihat penampilan dirinya. Ia tidak berambut cokelat lagi, bahkan rambutnya pirang bergelombang sepanjang pinggang.
Selena menggenggam rambutnya dan memperhatikan bahwa rambutnya benar-benar berubah menjadi pirang. Bahkan wajahnya pun bukan wajah dirinya. Seorang gadis seumuran dengannya memandangnya dari pantulan air. Mata Selena yang biasanya berwarna biru menjadi hijau keabu-abuan. Hidungnya berubah menjadi lebih mungil dan bibirnya kecil merona indah. Ia terlihat seperti putri-putri kerajaan dan Selena yakin bahwa yang sedang dilihatnya saat ini bukanlah dirinya. Ia bahkan tidak mengenal wanita itu.
Ada suara yang memanggilnya hingga membuat Selena menoleh ke belakang. Ia tidak bisa mendengar apa yang dikatakan orang yang memanggilnya karena tiba-tiba semuanya berubah menjadi samar.
Selena tiba-tiba tersentak terbangun dari mimpi anehnya itu. Ia tidak sadar bahwa sekelilingnya telah berubah menjadi gelap dan cepat-cepat diambilnya senter untuk memberikannya penerangan. Selena menoleh ke arah jam tangannya dan terkesiap. Sudah jam 8 malam !
Ia memandang sekelilingnya dan menyadari bahwa wajar saja ia tidak akan sadar berapa lama waktu telah berlalu. Lembah ini terlalu sunyi bahkan suara jangkrik atau kodok pun tidak ada. Selena langsung beranjak dari tempat duduknya untuk melihat ke arah lubang. Masih hujan !
Gadis itu mulai berdecak kesal karena ia benar-benar terjebak di tempat itu sekarang. Selena akhirnya memutuskan untuk pulang walaupun ia akan basah kuyup karena hujan. Gadis itu mulai memanjat akar-akar pohon untuk mencapai lubang.
Syuuut ! Ia tergelincir karena air hujan membuat tanah di sekitar lubang menjadi lunak dan licin. Selena mencoba sekali lagi dan ia tergelincir untuk kedua kalinya. Napasnya telah berubah tersengal-sengal karena banyak mengeluarkan tenaga untuk mempertahankan tubuhnya di akar-akar pohon.
Selena memaksakan dirinya untuk memanjat lagi. Ia tidak bisa membuka matanya karena air terus memercik ke wajahnya. Penampilan Selena sekarang menjadi sangat berantakan. Baju dan wajahnya berlumuran lumpur akibat hujan.
Tubuhnya telah tergantung setengah di lubang dan ia berusaha merangkak keluar dari lubang. Tanah lunak membuatnya kesulitan untuk merangkak. Lututnya bahkan tidak bisa menekuk karena bagian bawah lubang menjadi sedikit longsor. Gadis itu mulai berdoa dalam hati agar lubang itu tidak longsor hingga menyebabkannya terjatuh kembali ke dalam lembah.
Setelah memaksakan tubuhnya beberapa kali, Selena akhirnya keluar dari lubang itu. Ia tergeletak di tanah berlumpur dengan napas tersengal-sengal. Tenaganya habis terkuras apalagi ia belum makan malam dan perutnya hanya diganjal oleh sebutir apel tadi siang.