34. Hubungan Spesial

1509 Words

Arron duduk di pinggir ranjang, kaki kiri pria itu bertopang pada lantai, sementara kaki kanan lurus selonjor, tangan kirinya juga bertopang pada lutut kirinya itu. Pria itu terdiam, terus menatap lantai di depannya. Tangan kirinya mengepal, gemuruh amarah di hatinya masih terus menggelegar, dia bukan marah pada Jesyca, melainkan marah pada dirinya sendiri. Sejak mantan calon ibu mertuanya itu menelpon, bayang-bayang kecelakaan yang merenggut nyawa sang calon istri, terus terngiang dalam benaknya. Setiap kali dia mengingat ibu sang mantan kekasih, maka penyesalannya kembali mengusik hatinya. Andai waktu bisa berputar, dia tidak akan pergi malam itu. Mulai lelah dengan bayang-bayang kecelakaan itu, dan kepergian calon istrinya. Arron benar-benar tidak tahan, pria itu meremas rambut k

Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD