"Sebentar." Arron mengakhiri ciumannya saat mendengar suara dering ponselnya. Ada panggilan telepon dari sang ayah. "Sebentar ya." Arron kemudian masuk ke ruang kerja pria itu. Meninggalkan Jesyca yang tengah mengelap bibirnya yang basah dan terasa sedikit kebas. "Dia pencium yang handal," gumam Jesyca, dia menghela napasnya panjang. "apa seperti ini orang pacaran? Masa ciuman terus?" Jesyca kemudian menatap pada pintu ruang kerja Arron, dia tersenyum mengingat semua sikap manis pria itu padanya. "Ini, terlalu cepat gak sih? Kami belum genap sebulan kenal." Jesyca kemudian duduk di sofa, memikirkan hubungannya dengan Arron yang terjalin begitu cepat. Belum lagi, soal rencana pertunangan Arron dengan gadis bernama Riya yang dia yakin dari keluarga yang sederajat dengan pria itu. "Ke