13. Pacar Arron?

1031 Words
"Hangat, lama banget gak mandi air hangat dari shower." Jesyca begitu menikmati aliran air hangat yang menyentuh kulit putihnya. Fasilitas di kamar mandi itu sudah seperti hotel bintang lima. Ada bathup, sabun, sampo, lemari kecil berisi stok handuk dan sabun, lengkap. "Bisa betah aku di sini, tapi nanti, aku tetap harus cari kos-kosan, bahaya tinggal serumah dengan laki-laki, bagaimana kalau dia punya istri, kekasih, kalau pun tidak, bagaimana kalau dia tergoda padaku nanti, khilaf." Jesyca menyiram rambut yang baru saja dia sampo. Dia pijat dan dia bilas. Pikirannya mulai melenceng terlalu jauh. Bagaimanapun juga, Arron tampan dan mapan. Jujur, dia sendiri yang takut khilaf, jatuh cinta pada pria itu. "Gak Cika, kamu harus jaga hatimu untuk Farel, cinta pertamamu," ucap Jesyca, dia menyebut namanya Cika, karena itu, adalah nama panggilannya saat kecil, yang tak pernah Ayah Alvian sebut nama itu, hanya Jesy, atau Syca. Jesyca memilih untuk segera menyelesaikan mandinya, wanita itu memakai jubah mandi dan menggulung rambut basahnya dengan handuk. Keluar dari kamar mandi, Jesyca berniat mengambil pakaian gantinya. "Astaga, aku lupa sedang rebus air panas, aku gak suka minum air mineral, harus air matang," gumam Jesyca, wanita itu bergegas menuju dapur, dan benar saja, air sudah mendidih dan sepertinya sudah cukup lama. Segera Jesyca mematikan kompor listrik itu. "Untung ingat, kalau kebakaran, bagaimana?" Tiba-tiba, terdengar suara pintu apartemen dibuka. Jesyca pun segera melihatnya, dia pikir, kenapa Arron kembali? "Halo ...." Jesyca hanya bisa terdiam di sisi meja makan. Di depannya, ada seorang wanita muda cantik, dia perkirakan seusia dengannya. Rambut ikalnya di tarik ke belakang, terlihat anggun. "Kau," ucap wanita cantik itu, pada Jesyca yang masih hanya diam. Dia mendekati Jesyca dan memindai penampilan Jesyca dari ujung kaki, hingga kepala. Jesyca mengerutkan keningnya, ia lantas memindai sekelilingnya, tak ada siapapun di ruangan itu, selain dia dan wanita cantik di depannya. "Kau siapa?" tanya Jesyca. 'Ya Tuhan, apa dia pacar Arron, aduh bagaimana kalau dia salah paham, mana aku masih pake handuk gini lagi?' ucap Jesyca di dalam hatinya. Jesyca benar-benar cemas, dia sedikit mundur ke belakang saat melihat wanita cantik di depannya mendekat padanya, dia takut ditampar dan sebagainya. Dia masih ingat bagaimana kecemburuan ketiga istri Pak Baron kemarin. 'Oh, jangan-jangan dia istri Arron, ya Tuhan, kenapa semua pria dengan nama berakhiran Ron playboy?' Mata Jesyca langsung membulat saat dia merasakan sebuah pelukan dari wanita tadi. "Eh ...." Dia benar-benar bingung, kenapa wanita tadi tiba-tiba memeluknya. 'Dia, bukan lesbi, kan?' "Oh my god, seneng banget, akhirnya Mas Arron bawa pacar," ujarnya. Kembali, mata Jesyca semakin membulat. "Pacar, siapa?" tanyanya pada wanita cantik yang masih memeluknya. Hingga pelukan itu terlepas, Jesyca langsung menunjuk dirinya. "Aku, maksudnya aku pacar Arron?" tanya Jesyca tak percaya. "Hm, eh aku kira bule, kok lancar banget ngomong inggrisnya?" tanya wanita itu. "Ck, aku bule lokal, tunggu kenapa kau kira aku--" "Kenalkan Mbak, aku Yunara Dewi Aksara," ucap wanita itu. "Aksara, maksudnya kau?" tanya Jesyca, dia tebak wanita di depannya adalah adik Arron, tidak mungkin kakaknya karena terlihat lebih muda darinya. "Aku adik Mas Arron, ah senangnya bisa ketemu calon kakak ipar, akhrinya setelah sekian tahun jomblo, Mas Arron punya pacar, Mama pasti seneng banget," ujarnya. Wanita yang mengenalkan namanya sebagai Yunara itu langsung mengeluarkan ponselnya, tiba-tiba dia merangkul Jesyca dan mengambil foto bersamanya. "Kirim Mama, pasti dia senang." Mata Jesyca membulat sempurna, dia langsung menahan ponsel di tangan Yunara, dia tidak mau menimbulkan salah paham semakin jauh, jika Arron tahu, bisa-bisa dia marah dan dia gagal mendapatkan pekerjaanya. "Kenapa Mbak?" tanya Yunara. "Tunggu Nona, kau salah paham," ujar Jesyca, dia harap Yunara mengerti dan mau mendengar penjelasan darinya. "Salah paham?" tanya Yunara. "Ya, pertama aku bukan pacar Arron, aku asisten pribadinya yang baru," jawab Jesyca. "Asisten pribadi, tapi kenapa kau di sini, mandi lagi?" tanya Yunara masih tak percaya. "Ceritanya panjang, em bisa kita duduk, nanti akan aku jelaskan semuanya," ujar Jesyca, dia benar-benar tak mau ada kesalah pahaman. "Oh, iya Mbak." Yunara yang terlihat bingung hanya menurut saja, lalu dia mengikuti ke mana Jesyca mengajaknya duduk. Kini, dua wanita cantik itu, duduk di ruang tengah apartemen itu. Sebuah sofa kulit berwarna kitam, yang tampak begitu mengkilat saat terkena sorot lampu ruangan itu, seolah memancarkan bahwa benda itu, adalah salah satu barang mewah yang bernilai, ratusan juta. "Jadi, kalau Mbak bukan pacar Mas Arron, kenapa bisa tinggal di sini dan ...." Yunara tampak ragu kembali memindai penampilan wanita bule di depannya yang hanya berbalik jubah mandi. 'Dia bukan wanita panggilan, kan?' tanya Yunara di dalam hatinya. "Jangan salah paham Nona, dengar dulu penjelasan aku," ujar Jesyca. "Ah, ya baiklah." Jesyca menghela napasnya panjang, lalu dia mulai ceritanya. "Pertama, sebelumnya perkenalkan dulu ya Nona, namaku Jesyca," ucapnya. "Ah, ya ... aku Yunara," ucap Yunara. "Oh, ya Mbak Yuna yang cantik, aku Jesyca, aku tekankan, aku bukan pacar Arron," ujar Jesyca sekali lagi. "Aku hanya calon asisten pribadi Arron, sebentar ... maksudnya, mulai besok aku baru mulai bekerja menjadi asisten pribadi Arron!" Jesyca menjelaskan dengan tegas, dia tak mau ada salah paham. "Asisten pribadi?" tanya Yunara sekali lagi. Jesyca mengangguk dengan yakin. "Iya, aku asisten pribadi, em sekretaris yang ikut dia ke mana-mana," ujar Jesyca. "apa sih istilahnya, pokoknya asisten lah!" jawab Jesyca, dia gugup sehingga bingung sendiri dengan pemilihan kata-katanya. "Hm, baiklah, tapi kenapa tinggal di sini?" tanya Yunara penasaran. "selama ini tidak ada asisten pribadi Mas Arron yang tinggal satu atap dengannya!" Mendengar itu, Jesyca pun mengerutkan keningnya. "Benarkah ...?" "Iya, makanya aku tidak percaya kalau Mbak ini, asisten pribadinya." Yunara masih menatap penasaran pada wanita bermata kebiruan di depannya. "Eh beneran kok, aku asisten pribadinya, dia sendiri yang minta aku tinggal di sini. Katanya biar aku bisa mempelajari segala kebiasaannya, beneran!" ujar Jesyca. "Itu, itu kamarku!" Jesyca menunjuk kamar di dekat dapur. "kami, tidak tidur satu kamar kok, aku masih waras, beneran aku aja baru kenal dia 3 hari ini!" Yunara semakin mengerutkan keningnya. "Tiga hari?" "Iya, oke aku ceritakan awal mula pertemuanku dengan dia." Kemudian, Jesyca pun menceritakan tentang kejadian di hotel malam kemarin, lalu Arron yang menolongnya, menawari pekerjaan padanya, dan membantu dia keluar dari rumah mantan suaminya. "Begitu, sampai dia membawaku ke Jakarta ini." Jesyca menghela napasnya panjang, dia harap Yunara percaya pada penjelasan darinya. "Tunggu, maksudnya Mbak Jesy ini janda?"
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD