Bagian 2

1213 Words
"Halo, Mama. Ma, bisa minta tolong jagain Arka? Aku harus balik ke kantor sekarang. Ntar bisa nemenin Arka lagi kalau udah pulang. Hari ini aja, Ma. Besok palingan udah boleh pulang dia."         "Astaghfirullah. Kamu ini kenapa, sih, Nara? Kamu ngomong apa? Nemenin Arka di mana? Boleh pulang dari mana? Kalau ngomong yang jelas! Kebiasaan kamu, tuh!"         Mama memarahiku seperti biasa. Memang salahku yang suka seperti ini saat sedang panik. Harusnya bisa kuubah kebiasaan ini, karena ujung - ujungnya justru semakin memperpanjang urusan. Padahal niat awalnya ingin menyingkat waktu.        "Itu, lho, Ma. Tadi Arkana jatuh di sekolah. Sekarang nginep di rumah sakit. Aku izin sebentar keluar kantor. Sekarang udah harus balik. Makanya aku minta tolong Mama buat jagain dia."        "Ya Allah, gimana bisa jatuh? Apanya yang luka? Kok sampai harus opname?"        Sudah kuduga, Mama akan panik begini. Mengingat Arkana adalah cucu pertama yang selalu memiliki tempat spesial di hatinya. Terlebih dulu Mama yang membantuku merawat Arkana saat anak itu masih kecil.        "Mama yang tenang! Arka nggak apa - apa. Seperti yang aku bilang tadi, mungkin besok juga udah boleh pulang."        "Tapi kalau nggak kenapa - kenapa pasti langsung dibolehin pulang, kan?" Mama masih ngeyel.       Aku menarik napas dalam, tak ingin naik darah dan berakhir membentak ibuku. "Arka beneran nggak apa - apa, Ma. Mama langsung berangkat ke sini sekarang, ya. Biar langsung bisa lihat dia, buktiin kalau dia emang baik - baik aja. Dan aku segera bisa balik ke kantor."        "Nara ... Nara .... Bisa - bisanya kamu masih mikirin kantor saat ...."       "Maaf, ya, Ma. Aku potong ucapan, Mama. Aku lagi buru - buru, Ma. Aku tunggu kedatangan Mama." Segera kuakhiri panggilan secara sepihak.        Aku tak bermaksud kurang ajar pada ibuku sendiri. Tapi mau bagaimana lagi. Jika kubiarkan dia mengomel, pasti tidak akan ada habisnya.        "Oma mau ke sini, Pa?" tanya Arkana. Oh, anak itu sudah bangun tidur rupanya.        "Iya," jawabku singkat.      "Papa balik ke kantor sekarang aja, nggak apa-apa. Nggak usah nungguin Oma dateng." Arkana memberikan sebuah saran brillian, seperti namanya. Tak salah aku memberinya nama itu.       "Mau Papa juga gitu, Arka. Tapi kamu tahu sendiri gimana omamu itu. Papa pasti diomelin dan dikata -katain."         Arkana terkikik mendengar jawabanku. Anak itu masih seperti biasanya. Aku semakin yakin bahwa putraku sehat - sehat saja.       ~~~~~ SINGLE FATHER - Sheilanda Khoirunnisa ~~~~~        Kurang dari satu jam Mama sudah sampai. Seperti yang sudah kuduga. Ia langsung mengomeliku panjang lebar.        "Kamu kok tega, sih, Nara? Kamu dari dulu nggak pernah berubah. Selalu mentingin kerjaan dibanding Arka!"       Ibuku yang selalu terlihat cantik dalam balutan hijab panjangnya. Namun mulutnya selalu pedas menceramahiku. Terutama menyangkut segala hal tentang Arkana.        "Tenang, dong, Mama! Tuh, lihat, cucu Mama baik - baik aja!" Aku segera mengalihkan perhatiannya pada Arkana.        "Ya Allah, Arka sayang, kamu nggak apa - apa, Nak? Kamu jatuh kenapa? Kenapa bisa jatuh?" Ya ... seperti itu lah ibuku.         Arkana terkikik. "Aku jatuh karena nggak hati - hati, Oma. Alhamdulillah aku nggak apa - apa?"         "Nggak apa - apa gimana? Kalau nggak apa - apa harusnya kamu nggak di sini, Sayang!" Mama menggenggam erat jemari Arkana.        "Aku beneran nggak apa - apa, Oma. Tadi aku emang muntah - muntah habis jatuh, jadinya lemes. Tapi sekarang udah jauh lebih baik."        "Ya Allah ...." Mimik Mama begitu lembut saat bicara dengan Arkana. Tapi segera berubah ketika menatapku. "Kamu nggak kasihan sama Arka? Masih mau pergi? Udah kamu izin aja sama si Ramli!"        "Nggak bisa, dong, Ma. Ntar aku jadi magabut. Makan gaji buta!" elakku.        "Suruh si Ramli potong gajimu kalau gitu!"        Aku menarik napas dalam. "Nggak bisa, Mama. Aku kerja, kan, juga buat Arka. Ntar kalau uang buat bayar rumah sakit, bayar sekolah Arka, bayar kebutuhan lain - lain, biaya makan sehari - hari, nggak cukup gimana?"        "Dipotong beberapa hari aja sampai Arka sembuh, nggak akan bikin kamu miskin, sampai - sampai nggak bisa bayar segala hal yang kamu sebutin tadi!"        Aku menarik napas lagi. "Bukan itu intinya, Mama. Aku punya banyak tumpukan pekerjaan yang sudah menjadi tanggung jawabku. Aku nggak mungkin mengabaikan pekerjaan - pekerjaan itu. Aku hanya berusaha profesional."        "Tapi, Nara ...."        Ucapan Mama terhenti oleh Arkana yang menggenggam jemarinya. "Oma, aku nggak apa - apa kok. Papa harus balik kerja, untuk mempertanggung jawabkan sumpah kerjanya. Lagian aku di sini, kan, udah ditemenin Oma." Arkana tersenyum mengakhiri ucapannya.        Mimik Mama melembut kembali saat menatap Arkana. "Masya Allah, Arka. Kamu anak yang sangat baik. Kamu nggak layak punya Papa senyebelin anak Oma itu. Dia nggak layak jadi Papa kamu."        Mama menunjuk - nunjukku. Astaga. Bukankah ibuku benar - benar berlebihan?         "Ya udah, Ma, aku berangkat dulu, ya. Aku titip Arka dulu."        Mama tak menjawab ucapan pamitku. Aku beralih pada Arkana.        "Arka, Papa berangkat. Kamu sama Oma dulu. Sampai ketemu nanti malam."        "Iya, Pa. Hati - hati di jalan."         "Assalamualaikum." Aku melenggang pergi.        "Waalaikumsalam." Hanya Arkana yang menjawab.        Aku masih mendengar lirih obrolan mereka dari dalam bangsal.        "Oma, dosa, lho nggak jawab salam!"         "Oma kesel sama papamu!"        "Tapi, kan, tetep wajib jawab salam."        "Ish ... iya, deh. Waalaikumsalam."        "Nah, gitu, dong. Itu baru omanya Arka yang cantik solihah."         "Ah ... Oma meleleh digombalin Arka."        Tanpa sadar tercipta lengkungan di bibirku berkat interaksi manis antara ibu dan putraku. Kupercepat langkahku menuju parkiran. Sebelum aku semakin terlambat menuju kantor.         ~~~~~ SINGLE FATHER - Sheilanda Khoirunnisa ~~~~~           Masya Allah Tabarakallah.        Halo semuanya. Ketemu lagi di cerita saya. Kali ini judulnya Murmuring. Mau tahu kenapa dikasih judul Murmuring? Ikutin terus ceritanya, ya.         Oh iya, selain cerita ini saya punya cerita lain -- yang semuanya sudah komplit -- di akun Dreame / Innovel saya ini.   Mereka adalah:          1. LUA Lounge [ Komplit ]                   2. Behind That Face [ Komplit ]              3. Nami And The Gangsters ( Sequel LUA Lounge ) [ Komplit ]              4. The Gone Twin [ Komplit ]         5. My Sick Partner [ Komplit ]        6. Tokyo Banana [ Komplit ]                7. Melahirkan Anak Setan [ Komplit ]         8. Youtuber Sekarat, Author Gila [ Komplit ]          9. Asmara Samara [ Komplit ]        10. Murmuring [ On - Going ]        11. Genderuwo Ganteng [ On - Going ]        12. Theatre Musical: Roll Egg [ On - Going ]        13. In Memoriam My Dear Husband [ On - Going ]        14. Billionaire Brothers Love Me [ On - Going ]         Jangan lupa pencet love tanda hati warna ungu.       Cukup 1 kali aja ya pencetnya.    Terima kasih. Selamat membaca.         -- T B C --          
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD