LE -2-

1141 Words
Setelah kejadian di kantor, selama seminggu ujian, Rama tak pernah kumpul dengan teman-temannya, ia juga menjauhi kekasihnya, ia belajar dengan baik di sekolah maupun di rumah. Seketika ia menjadi anak baik yang membuat semua orang di sekolah heran dan bingung. Ia bahkan sampai datang ke toko buku seperti sekarang untuk mencari buku mata pelajaran ujiannya, kebetulan toko buku ini berada di sebuah Mall dan samping toko buku adalah sebuah restoran sehingga ia langsung masuk ke dalam restoran setelah membeli buku yang ia butuhkan, ia pun duduk di sebuah bangku di pojok restoran lalu memanggil pelayan dan memesan makanan. "Sushi dan Coca Cola." "Baik, pesanan akan segera kami antar." Rama tak membalas ucapan pelayan itu lalu sibuk dengan ponselnya yang beberapa hari ini ia abaikan karena mau fokus belajar. Makanannya pun tiba dan pelayan itu pamit pergi dari hadapannya setelah menaruh nampan berisi makanannya ke atas meja. Rama hendak memakan sushi pesanannya namun terhenti saat melihat pria paruh baya yang masih terlihat tampan di usia senjanya baru saja memasuki restoran dengan seorang wanita muda cantik dan terlihat seperti wanita baik-baik dengan pakaian sopannya dan tatapan mata lembutnya. Rama langsung melupakan pesanannya dan perut laparnya, ia memilih sibuk menatap ayahnya dengan wanita itu. Melihat bagaimana interaksi keduanya yang terlihat sudah mengenal satu sama lain sampai bisa tersenyum dan tertawa bersama membuat Rama menarik kesimpulan bahwa wanita muda itu mungkin tadinya adalah calon istri ayahnya yang baru. "Masih muda, cantik, kelihatannya pun baik, tapi kenapa mau dengan Ayah yang sudah tua. Apa mungkin dia sebenarnya wanita gila harta?" "Engga akan aku biarkan dia menggantikan posisi Mama di hidupku maupun di hidup Ayah." "Dasar wanita licik. Topengnya begitu pintar untuk menutupi sifat aslinya." Seketika Rama jadi sangat membenci wanita muda yang bahkan tak dikenalnya itu. Ia pura-pura sibuk membaca buku yang baru ia beli untuk menutupi wajahnya agar ayahnya dan wanita itu tak melihat dirinya berada di sini. Ia lebih memilih mengintai diam-diam dari pada marah-marah pada ayahnya di depan umum dan membuat malu namanya saja. Lihat saja, ia akan membuat pelajaran pada wanita itu nanti. Di sisi lain, Regan dan Nadia yang sedang makan siang bersama untuk menemui klien terlihat mengobrol ringan soal materi yang akan dibicarakan dengan klien yang meminta pembicaraan kerja sama dilakukan di restoran cepat saji jepang.  "Maaf ya, Nadia, kamu harus ikut makan siang ini karena sekretaris saya tidak datang." "Tidak masalah, Pak. Saya malah merasa mendapat kehormatan bisa ikut rapat penting ini." "Kamu memang benar-benar memiliki dedikasi tinggi dalam bekerja, terlebih lagi kamu bisa andalkan, hal itu yang membuat saya memilih kamu untuk rapat ini. Terima kasih juga sudah mau datang bersama saya ke sini." "Sama-sama, Ayah." Terjadi kesalahpahaman di sini antara Rama dengan ayahnya dan Nadia. Namun tak akan ada yang bisa menjelaskan atau meluruskan masalah ini karena Rama tak pernah bertanya kebenaran dari apa yang ia lihat hari ini di restoran. [][][][][][][][][][][][][][][][][][][][][] Hari sudah malam dan seperti biasa Nadia baru pulang kerja, padahal rekan kerjanya di kantor sudah pulang saja sore tadi. Ia pun langsung masuk ke dalam mobilnya dan mengemudikan mobilnya ke arah rumahnya. Kebetulan ia baru saja membeli mobil baru dari gajinya selama dua tahun bekerja di perusahaan besar ini. Baru saja mobilnya hendak keluar namun ada mobil lain yang menghalangi mobilnya di depan, mobil berwarna hitam legam itu tak mau minggir dari jalannya padahal ia mau keluar dan mobil itu sepertinya mau masuk. Ia pun sampai harus membunyikan klakson tapi mobil itu tak kunjung mundur. Hal itu membuat Nadia langsung jengkel dan keluar dari mobilnya untuk menemui pemilik mobil kurang ajar ini, ia pun tak segan untuk mengetuk kasar kaca jendela mobil ini agar pemilik mobil itu tahu bahwa ia tak menyukai sikapnya yang menghalangi jalannya. Satpam di depan gerbang hanya bisa terdiam dan menatap manajer perusahaan ini dari pos, ia tak berani turun tangan karena ia tahu siapa pemilik mobil hitam Pajero itu, ia sudah pernah terkena amarahnya yang begitu mengerikan hanya karena hal kecil dan ia masih sayang pekerjaan untuk tidak berurusan dengan anak pimpinan perusahaan. Akhirnya, kaca jendela terbuka dan Nadia sontak terkejut melihat wajah anak pimpinan perusahaan yang ternyata pemilik mobil ini. Melihat dari raut wajah wanita ini membuat Rama tahu bahwa wanita ini mengenali dirinya sebagai anak dari kekasih tuanya yaitu ayahnya. Ia tak bicara dan langsung turun dari mobil, menatap datar ke arah wanita itu. Nadia pun langsung tersadar dan mulai ingat akan apa yang hendak ia lakukan, ini pertama kalinya pembicaraan dengan pemilik perusahaan namun pembicaraan ini pasti akan penuh emosi. "Mobil saya mau keluar, jadi pinggirkan mobil kamu atau cepat masuk ke dalam." "Berani kamu memerintah saya?" "Memangnya kenapa? Saya harus takut sama kamu gitu? Kamu hanya anak pimpinan perusahaan, bukan pemiliknya langsung jadi jangan bersikap sombong." Rama tak menyangka jika kekasih ayahnya ini berani menjawab pertanyaannya dan menantangnya dengan begitu percaya diri. Pasti karena wanita ini punya ayahnya yang akan membela wanita ini sehingga wanita ini berani padanya. Mungkin ini juga alasan ayahnya berniat menikahi wanita ini agar bisa mengatur hidup Rama namun Rama tak akan biarkan itu terjadi. "Oh ya, saya lupa. Buat apa kamu takut sama saya kalau kamu sudah punya pimpinan perusahaan untuk melindungi kamu? Zaman sekarang wanita engga malu menjalin kasih dengan pria tua yang lebih pantas dipanggil ayah dari pada kekasih." "Maksud kamu apa? Jaga bicara kamu, saya bukan wanita yang seperti kamu katakan." Ternyata tebakan Nadia waktu itu mengenai anak pimpinan perusahaan benar, pria ini sungguh tak sopan dengan menuduhnya dengan tuduhan yang sangat rendah, lalu bersikap angkuh dan sombong, dan keras kepala. Bahkan Nadia tak menemukan satu titik kebaikan atau kelebihan dari remaja pria ini sehingga ia bahkan sampai meragukan bahwa pria ini adalah anak pimpinan perusahaan. "Mana ada maling mau mengakui kejahatannya?" Setelah mengatakan hal itu, Rama langsung masuk ke dalam mobilnya dan meninggalkan Nadia yang masih diam di tempat dan menatap tak percaya ke arah mobil remaja kurang ajar itu. Tangannya mengepal kuat dan ia langsung berlari ke parkiran, melupakan niatnya untuk pulang. Ia berdiri di depan pintu mobil remaja kurang ajar itu dan sedetik setelah remaja itu keluar dari mobil, ia langsung memberikan tonjokkan keras di pipi pria itu hingga membuat Rama merintih kesakitan dan marah dengan perilakunya namun ia tak peduli karena yang terpenting baginya adalah membalas perbuatan pria itu yang merendahkan harga dirinya sebagai wanita dengan menuduhnya melakukan hal menjijikan dengan ayah remaja ini. "Apa yang kau lakukan?! Beraninya kau menonjok wajahku?!" "Seharusnya kau beruntung karena hari ini kau hanya mendapat pukulan dariku, besok jika kau berani lagi mengatakan hal murahan itu padaku maka aku akan melaporkanmu ke polisi atas tuduhan pencemaran nama baik. Aku ini wanita terhormat, bukan sepertimu, remaja nakal dan tak berguna." Kali ini Nadia sudah puas membalas perbuatan remaja ini lalu ia pun balik badan dan meninggalkan pria itu yang masih dalam emosi. Ia pun langsung ke mobilnya dan memberikan tatapan mematikan pada anak pimpinan perusahaan sebelum akhirnya pergi.
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD