Kabar kehamilanku didengar oleh Mas Adji dan keluarganya di sana. Pagi harinya, Mas Adji menghubungi Pakde Trimo dan Pakde mengatakan langsung padaku kalau beliau tidak menerima telepon dari Mas Adji. Di ruang makan sederhana, aku, Budhe Patia dan Pakde Trimo sedang menyantap sarapan pagi. "Kurang lebih sepuluh kali suamimu itu menghubungi Pakde, tapi Pakde ngga angkat teleponnya," ujar Pakde Trimo. "Ngga usah diangkat Pak, untuk apa?" sahut Budhe Patia. Aku hanya diam sambil memakan makananku agar tidak merasakan mual. "Kapan pengadilan menjatuhkan putusan cerai? Bukannya kalau sedang hamil tidak boleh bercerai?" Pakde Trimo menatapku lekat. "Kata siapa Pak? Boleh boleh aja kok, yang ngga boleh itu kalau lagi hamil menikah. Kalau cerai, yo boleh," sahut Budhe Patia, dan aku tet