Pilihan Sulit

642 Words
Aku berbaring di atas tempat tidur sambil menutupi kepalaku menggunakan bantal untuk meredam suara tangisanku yang belum juga usai. Tak berapa lama aku mendengar suara Mas Adji yang tengah berbicara dengan Arin, aku pun beranjak turun dari ranjang dan berjalan mendekati pintu. Aku menguping pembicaraan kedua kakak adik itu dengan menempelkan telingaku ke daun pintu. "Apa yang sebenarnya terjadi Mas? Mbak Rere datang ke sini sambil menangis. Aku sudah mendengar semuanya, apa benar yang dikatakan Mbak Rere? Jelaskan padaku Mas!" Terdengar suara Arin yang bertanya pada suamiku. "Di mana Rere? Mas ingin mengajaknya pulang, dia ada di sini kan?" tanya Mas Adji. "Dia ada di kamar, tapi sepertinya dia ngga mau pulang dulu ke rumah kalian. Biarkan dia istirahat di sini untuk menenangkan pikirannya. Tolong jelaskan dulu apa yang sebenarnya terjadi. Apa benar kalau kamu sudah menikah dengan wanita lain di Kota?" tanya Arin suaranya terdengar cukup kencang. Aku pun membuka pintu sedikit agar bisa lebih jelas mendengar percakapan mereka. Aku melihat Mas Adji duduk di ruang tengah rumah itu sambil menundukkan kepala, terlihat sangat jelas raut wajah penyesalan, tetapi semua sudah terlambat. Kenapa Mas Adji tidak memikirkan semuanya lebih dulu sebelum memutuskan menikahi wanita lain? batinku. "Cepat jelaskan padaku, Mas. Kenapa kamu tega mengkhianati Mbak Rere? Kasihan dia, dia sudah berbakti padamu sebagai seorang istri, tapi apa balasanmu." Aku mengusap air mataku yang kembali mengalir deras. Aku pun menanti Mas Adji menjawab pertanyaan dari Arin. "Mas ingin memiliki anak, Rin. Mas tahu Mas salah dan Mas menyesal, tapi semua ini sudah terjadi. Bahkan wanita itu sedang mengandung anak Mas. Usia kandungannya sudah tujuh bulan, dan sebentar lagi Mas punya anak laki laki, seperti keinginan Mas," jawab Mas Adji. Tanpa suamiku sadari, aku semakin terluka mendengar semua itu. Artinya suamiku sudah lama menikahi wanita itu dan menyembunyikan hubungan mereka. Bodohnya, karena selama ini aku selalu mencoba berpikir positif meski aku sudah merasakan ada yang aneh dari suamiku. "Ya Allah Mas, lalu bagaimana nasib pernikahan kalian? Kamu dan Mbak Rere? Apa kamu akan menceraikan Mbak Rere?" Arin memegang keningnya. Mas Adji menggelengkan kepala, "Mas tidak akan menceraikan Rere, Mas cinta sama dia, kamu tahu itu kan? Mas ngga bisa hidup tanpa Rere." "Lalu, kenapa kamu melakukan ini? Kamu tahu kan resikonya kalau sampai Mbak Rere tahu kamu menikahi wanita lain bahkan memiliki anak dari wanita itu? Perempuan mana yang mau dimadu Mas?" Arin menangis pilu, sama sepertiku yang tak bisa membendung air mata ini lagi. Begitu besar cinta kami, tetapi Mas Adji tega mengkhianatinya dan tidur dengan wanita lain. Membayangkan semua itu membuatku jijik. Jijik karena selama ini aku sudah berbagi suami dengan wanita lain, yang aku tidak pernah tahu asal usulnya. Seperti apa wanita yang dinikahi Mas Adji? Dari mana Mas Adji mengenal wanita itu? Membayangkan itu membuat perutku mual. Aku mengusap air mataku lalu kembali menguping pembicaraan di luar. "Mas tahu Mas salah, dan Mas menyesal. Mas akan melakukan apa saja agar Rere tidak menceraikan Mas." Mas Adji pun berdiri dan melirik ke arah kamar, dan aku pun langsung menutup pintu kamar dengan rapat. "Mas mau apa? Mbak Rere lagi istirahat." "Mas ingin membawa Rere pulang, tolong jangan halangi Mas." Aku kembali ke atas ranjang lalu menutupi seluruh tubuhku menggunakan selimut. Tak lama terdengar suara pintu dibuka, aku memang tidak mengunci pintu tersebut. "Biarkan Mbak Rere menenangkan pikirannya dulu Mas, jangan paksa dia pulang. Kasihan dia," ucap Arin menahan Mas Adji yang hendak mendekatiku. Aku membuka mata sedikit dan melihat Mas Adji berdiri di dekat ranjang. "Tolong kamu bujuk dia agar dia mau pulang, Mas benar benar menyesal dan Mas ingin memperbaiki semua ini." "Lalu bagaimana dengan wanita yang sedang mengandung anakmu Mas? Apa yang akan kamu lakukan padanya? Bukannya kamu sudah menikahinya?" tanya Arin. Aku menghela napas panjang dan berat, menanti jawaban dari suamiku. "Mas tidak mungkin menceraikan dia juga kan? Karena dia sedang mengandung anakmu," tanya Arin pada suamiku.
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD