Chapter 4

1021 Words
Eleanor membuka mata perlahan, dan mengedarkan pandangannya ke seluruh ruangan berwarna putih dengan bau khas obat-obatan yang terasa menyengat hingga membuat indera penciumannya terganggu. Kemudian Eleanor menoleh ke arah seorang pria yang tengah terduduk di sofa dengan kedua tangan yang dilipat di d**a, dan kepala yang menengadah ke atas dengan kedua mata terpejam. Penampilan Javier saat itu tampak berantakan dan tidak rapi seperti biasanya. Bahkan wajah tegasnya justru terlihat sayu dan lesu. Eleanor bisa melihat dengan jelas raut wajah Javier yang tampak letih dan kelelahan. Eleanor menatap Javier dengan tatapan lurus tanpa ekspresi. Kau padahal tau jika aku akan merasakan rasa sakit yang jauh lebih menyakitkan jika aku tetap hidup. Tapi kau justru menyelamatkan aku. Kenapa? Apa kau masih belum puas menyakitiku? Apa kau ingin melihatku lebih menderita dari ini? Lagipula untuk apa kau menyelamatkanku jika pada akhirnya kau juga yang akan melukaiku? Kenapa kau tidak bisa membiarkanku hidup dengan tenang? Aku bahkan tidak pernah benar-benar merasa bahagia selama aku hidup. Javier membuka mata dan pandangannya langsung tertuju ke arah Eleanor yang tengah terbaring di atas tempat tidur dengan kedua mata yang masih terpejam. Pria itu bangkit dari sofa dan melangkah menghampiri Eleanor yang sudah tiga hari tidak sadarkan diri karena kehilangan banyak darah. Javier menatap Eleanor dengan tatapan yang sulit diartikan. Tangan pria itu terulur untuk membelai kepala Eleanor yang terbalut kain perban. "Kau tau? Aku benci melihatmu tidur seperti ini," tukasnya datar tanpa ekspresi. Ketika Javier masih menatap Eleanor yang tak kunjung membuka mata, tiba-tiba pintu dibuka oleh seseorang. "Presdir, kita harus berangkat ke perusahaan sekarang. Karena sebentar lagi Anda harus menghadiri rapat penting," ujar sekretaris pribadi Javier memberitahu. Javier hanya menoleh ke arah Vero sekilas dan kembali memandang Eleanor cukup lama. Sampai akhirnya dia melangkah keluar dan pergi meninggalkan Eleanor tanpa mengatakan apa pun. "Sudah beberapa hari ini Anda tidak tidur dan beristirahat dengan baik, karena terus menjaga nona Eleanor sepanjang hari. Setelah rapat selesai, saya akan mengosongkan seluruh jadwal Anda agar Anda bisa beristirahat dan tidur dengan nyaman," tutur Vero tenang. "Karena Anda adalah seorang pemimpin perusahaan, jadi tolong jaga kesehatan Anda dengan sebaik mungkin. Jangan sampai kondisi tubuh Anda melemah dan drop karena kurang beristirahat. Karena itu akan berimbas pada pekerjaan Anda yang akan terganggu," imbuhnya menasehati. "Hari ini kau terlalu banyak bicara," desis Javier dingin dan tidak menggubris ucapan Vero. Eleanor membuka mata kembali setelah Javier pergi. Dia sengaja berpura-pura tertidur agar bisa melarikan diri setelah ini. Eleanor menunggu beberapa menit sampai mobil Javier pergi dari rumah sakit. Setelah dirasa cukup lama, akhirnya Eleanor berusaha turun dari tempat tidur dengan hati-hati. Lalu dia melangkah keluar sembari membawa tiang infus. Karena dia tidak ingin mengambil resiko jika melepasnya secara paksa. Ditambah lagi, tubuhnya memang masih belum stabil dan pulih sepenuhnya. Jadi dia masih membutuhkan kantong infus tersebut. Kemudian Eleanor menekan ganggang pintu dan berjalan keluar dari kamar inap. Namun ketika dia baru beberapa langkah berjalan, tubuhnya langsung menegang saat berpapasan dengan Javier yang tiba-tiba muncul di depannya. "Mau pergi kemana kau?" tukas Javier dengan suara berat dan tatapan dingin ketika mendapati Eleanor pergi dari kamar inap tanpa sepengetahuannya. Eleanor segera memutar otaknya dan berpikir dengan keras untuk mencari alasan yang tepat agar Javier tidak curiga. "Aku mencarimu," jawabnya setelah terdiam untuk beberapa saat. "Mencariku?" Javier menaikkan alis sebelah seakan tidak mempercayai ucapan Eleanor. Karena ia tau jika Eleanor tidak pernah suka berada di dekatnya. Eleanor mengangguk. "Saat aku membuka mata, aku tidak menemukanmu berada di sana. Jadi aku memutuskan keluar untuk mencarimu," jelasnya berusaha menyakinkan Javier. "Kenapa kau mencariku? Padahal aku sudah melukaimu dan membuatmu seperti ini?" tukas Javier mencoba memancing Eleanor agar mengatakan alasan yang sebenarnya. Alih-alih kesulitan menjawab, Eleanor justru menjawabnya dengan tenang. Dan tidak terlihat gugup sama sekali, meskipun saat ini dirinya tengah berbohong. "Aku sendiri juga tidak mengerti. Tapi orang pertama yang ingin kulihat saat aku sadar adalah kau. Mungkin karena aku tidak memiliki siapa pun lagi di dunia ini. Dan kau juga satu-satunya orang yang paling dekat denganku. Jadi tidak heran jika aku justru mencarimu saat kau tidak ada," tutur Eleanor dengan nada suara rendah. Javier terdiam untuk beberapa saat sebelum akhirnya membawa Eleanor kembali ke kamar inap. "Ayo, kembali ke sana. Kau baru saja sadar, tapi sudah berjalan seperti ini," pungkasnya datar sembari merangkul pundak Eleanor. Eleanor akhirnya ikut bersama dengan Javier tanpa mengatakan apa pun. Javier membantu Eleanor berbaring di atas tempat tidur. "Apa yang kau rasakan sekarang?" "Kepalaku sakit, tubuhku juga berat," jawab Eleanor. "Itu karena kau sudah tiga hari tidak sadarkan diri," pungkas Javier singkat. "Aku akan memanggil dokter untuk memeriksa keadaanmu," imbuhnya sembari menekan tombol yang berada di samping ranjang Eleanor. Kemudian Javier melangkah ke arah sofa untuk mengambil jas kerja yang tertinggal di sana. "Aku tidak bisa lama-lama di sini. Sekarang aku harus pergi karena ada rapat penting," ujarnya datar. "Nanti aku akan meminta dokter untuk mengirimiku pesan tentang kondisi tubuhmu," imbuhnya sembari memakai jas. "Baiklah," tutur Eleanor. Javier menaikkan alisnya sebelah karena heran dengan sikap Eleanor yang tiba-tiba berubah menjadi seperti seorang anak kecil yang penurut dan patuh terhadap ucapan ayahnya. "Apa yang terjadi padamu? Tidak biasanya kau langsung menuruti ucapanku seperti ini," tukasnya dengan tatapan menelisik. "Aku hanya tidak ingin membuatmu marah," sahut Eleanor ringan. Javier menatap Eleanor dengan tatapan lurus sejenak sebelum akhirnya mendekat dan mencium kening Eleanor dan menyentuh puncak kepala wanita itu pelan. "Aku akan pergi sekarang," pamitnya. "Jangan coba-coba untuk kabur dan melarikan diri lagi dari sini, karena aku akan menyuruh penjaga untuk berjaga di depan pintu," pungkas Javier tegas. "Bagaimana jika aku bosan?" tanya Eleanor pelan. "Kau bisa kembali tidur," sahut Javier datar. "Apa aku tidak boleh keluar untuk jalan-jalan?" tanya Eleanor lagi. "Kau sedang sakit, jadi jangan banyak tingkah. Diam saja dengan tenang," tukas Javier lugas. "Tapi aku tidak bisa hanya berdiam diri tanpa melakukan apa pun," ujar Eleanor. "Memangnya apa yang bisa kau lakukan dengan keadaanmu yang seperti itu?" "Jika kau pergi keluar, kau hanya akan menyusahkanku," sambungnya. Eleanor tertunduk lesu. "Maaf." Hanya kalimat itu yang keluar dari mulut Eleanor. Javier menatap Eleanor lurus. "Setelah rapat selesai aku akan kembali," pungkasnya datar dan berlalu pergi dari kamar inap Eleanor, meninggalkan wanita itu sendiri di sana. TBC.
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD