Ya Tuhan Ku!

1318 Words
Kami makan bertiga dengan ibu mertua, tidak terlalu banyak kata ketika kami makan, mungkin karena sebaiknya memang begitu. "Aya, nanti setelah makan ngobrol sama ibu ya! Iya Ma". Mama tunggu di ruang kelurga ya, iya ma. Mama berjalan ke ruang keluarga, aku pun menaruh piring kotor di dapur dan langsung ke ruang keluarga, ku lihat Duta menuju ke kamarnya. Aku menuju ke ruang keluarga, Ada apa Ma? Apa ada yang perlu mama bicarakan denganku? Iya, sini nak, nanti biar bibi membuatkan teh untuk kita, ngomong - ngomong kalian kenal di mana? Mama kaget lho ketika anak mama memutuskan untuk menikah. Owh itu ma, kami kenalan di kantor, waktu itu saya baru di mintai tolong oleh bapak ( aku terpaksa sedikit berbohong dan rupanya mama belum tau cerita sesungguhnya) Nak Aya harus bersabar ya menghadapi Duta, walau kayak gitu dia berhati lembut cuma kadang susah mengekspresikannya. Iya ma dan di iringi anggukan. Beberapa menit aku mengobrol dengan mertua dan aku pun memutuskan untuk naik ke kamar. Ku buka kamar Duta, dan haduuhhhh malam ini aku akan tidur dengnnya, ku lihat ia tengah di meja kerjanya dan sepertinya serius mengecek sesuatu. Ku putuskan untuk naik ke ranjangnya, setelah aku berbaring sepersekian menit dia menghampiriku. Siapa suruh tidur di sini?? Dia sudah di depanku dan aku pun tergagap dan langsung bangun dari ranjang. Memangnya aku harus tidur di mana? Tu sana, dia menujuk ke arah kursi busa dan mataku pun mengikuti arah telunjunya. Cepat sana, aku sudah mengantuk, ku langkahkan kakiku menuju kursi busa dari pada banyak berdebat. Aku sudah mengantuk sekali, akhirnya ku rebahkan tubuhku di kursi busa dengan selimut dan bantalnya. Yach lumayan, dari pada harus tidur di lantai. Kalau hal itu terjadi, heeemmmm dia manusia yang tidak berkrimanusiaan. Saat aku hendak memejamkan mata, eehhhh matikan lampunya, dan dengan hembusan nafas berat ku langkahkan kaki ku untuk mematikan lampu, jiahh aku benar - benar jadi pembantunya. Dan akhirnya aku benar - benar bisa terlelap, karena badanku sudah terasa remuk sekali. Malam pun semakin larut, semua orang akan terlelap dan merasakan mimpi yang indah dalam tidurnya. Dengan harapan besok pagi akan datang dengan indah, harapan baru dan agenda - agenda yang harus segera terselesaikan. Saat aku tengah bermimpi bersama mas arsyad menikah dan punya anak, aku pun tersenyum dalam mampiku, namun entah kenapa tiba - tiba ada air yang muncrat ke mukaku, aku pun sewot dan dengan terpaksa bangun. Heeehhh otak ngeres, bangun ini udah 05.30, aku pun terkaget - kaget, dan rasanya ku ingin marah, kayak lagunya bunga citra lestari tapi tidak bisa. Marah, bercampur kaget dan ndak karuan, aku pun melangkah ke kamar mandi dan mengambil air wudhu untuk sholat shubuh. Cepet, siapakan air hangat, aku butuh untuk mandi segera! Baru saja selesai bos songong udanh nyuruh - nyuruh. Aku pun langsung ke kamar mandi untuk menyalakan air hangat di bathup, dia pun kemudian menyusulku ke kamar mandi, saat ia hendak membuka kimononya aku pun bangkit dan ingin keluar. Saat aku berpapasannya dengannya, tiba - tiba tangannya memegang pinggangku, mau kemana? Gosok punggungku! Apah??? Aku kaget melonggo, cepat jangan banyak membatah. Dan dia dengan PD nya membuka semua penutup badannya dan melemparkannya secara sembarang. Kemudian dia langsung masuk ke dalam bathup. Cepet! Malah bengong! Mau sampai kapan kamu ngelihatinnya? Dalam hati, ciiihhh PD kali dia padahal aku rasanya ingin terbang dari sini, setelah aku mematung beberapa detik, akhirnya dengan terpaksa aku pun melangkahkan kakiku ke bathup, dan aku mulai menggosoknya. Kamu ingin membunuhku ya? Apah? Aku jadi kaget sendiri! Kasar sekali kamu menggosoknya, kamu ingin membunuhku, yang bener dunk! Owh oky - oky. Dia seperti anak bayi saja menyuruhku memandikannya, dan yang pasti aku di kerjain habis - habisan. Yang bikin aku sebel aku seperti orang bodoh saja di tambah lagi pipiku terasa memanas. Aku kan cewek normal, emang dia yang endak. Tapi dia tergolong cowok macho bertubuh kekar tapi terlihat normal tidak seperti gosip di luar sana. Selesai memandikannya, aku mengambilkan kimononya. Huft jadi basah kuyup, saat aku hendak pergi lagi - lagi dia memegang pinggangku dan kali ini dia mendorongku ke tembok. Aku mendapatkan serangan dadakan gaes, tangan kanannya memegang tengkuku dan tangan kirinya memegan pinggangku, dan dia mencium bibirku. Pertama dia mengecupku, kemudian bermain di bibirku yang atas dan pindah ke bawah, seoalah - olah rasanya manis, habis itu dia mengulam beberapa kali sehingga aku seperti kehabisan nafas. Dasar bodoh, masih belum bisa berciuman ya! Dasar payah! Ini hadiah karena sudah memandikanku, apah? Hadiah? Hadiah macam ini aku pun melonggo tanda tidak terima tapi kemudian dia pergi begitu saja. Setelah membuat jantungku mau copot dan pipiku memerah. Aku sekarang seperti punya mainan baru, manis sekali bibir istriku, aku berasa kecanduan. Apa lagi melihat pipi merahnya yang seperti kepiting rebus. Ahhhh ada apa denganku, tidak biasa aku seperti ini. Aku harus segera pergi ke psikiater. Aku melihat aya keluar kamar mandi, hahahahhahaha masih memerah juga pipinya. Aku segera berganti baju, dan lanjut untuk sarapan pagi. Mama sudah menunggu ku di bawah. Aku pun sarapan, aya kemudia menyusul ke meja makan dan kami pun sarapan bersama. Saat aku hendak pergi, aya mencium tanganku. Pinter juga dia, berarti dia sudah mempelajari isi kontraknya. Bahwa ia harus melayaniku di rumah, dari mandi, baju, makan dan cara dia memanggilku. Yach, dia harus memanggilku "Mas" hati - hati di jalan mas! Seru aya kepadaku. Saat Adit menjemputku, pikiranku masih teringat pada ciuman pagi tadi, tiba - tiba aku ingin menciumnya, sumprit itu tanpa rencana. Dan kalian tau, dedekku yang ada di dalam celana ikut tegang, aku ingin rasanya melakukan yang lebih, tapi tidak tega melihatnya yang sudah kehabisn nafas. Aku memegangi kepalaku yang tidak pusing, sepanjang perjalanan aku merasa tidak bisa konsentrasi. Biasanya aku akan bersemangat untuk mempersiapkan meeting. Dari tadi Adit, memintaku untuk mengecek berkas untuk rapat nanti namun aku sedang tidak ingin memikirkan sesuatu yang lain. Rapat akan dia adakan jam 10.00, semua peserta rapat sudah tiba di ruang rapat. Aku memang membiasakan untuk ontime dan aku tidak segan - segan memberi saksi bagi karyawan - karyawati yang tidak bisa kompeten. Hari ini rapat berjalan dengan cepat, para penanggung jawab memaparkan hasil ritesnya dan aku pun setuju - setuju saja. Banyak sepasang mata yang terbengong karena kaget, tidak biasanya rapat berjalan dengan cepat. Yach biasanya aku kritik habis - habisan mereka. Namun kali ini hal yang berbeda terjadi makanya mereka terkaget - kaget. Aku berjalan menuju ruang kantorku, Adit mengikutiku dari belakang. Ada apa Pak? Tidak biasanya anda mengadakan rapat secepat ini? Apa anda sakit? Iya Dit, sepertinya begitu! Adit mendekat dan memeriksa suhu tubuhku, tapi saya lihat suhu tubuh bapak normal pak! Masak sich, ku periksa sendiri dan ku bandingan dengan suhu tubuh Adit! Dan memang benar, sama dengan suhu tubuh Adit. Aku sepertinya harus periksa ke rumah sakit Dit! Apah, Adit seperti tidak percaya. Melihat tampang Adit yang bingung, aku pun jadi mengurungkan niatku. Sudahlah Dit, aku hanya bercanda. Mungkin karena aku kecapean makanya jadi eror. Tinggalkan aku sendiri dulu, baik pak, selamat pagi. Adit kembali ke meja sekretarisnya dan aku pun untuk mengalihkan pikiran liarku. Ku sibukkan dengan menandatangani berkas - berkas yang sudah ada di mejaku. Jam sudah menujukkan pukul 19.00 aku pun pulang menuju ke rumah. Sampai di rumah, Aya sudah menungguku di depan rumah, dia mangambil tas yang ku bawa dan membawakannya. Dia mengikutiku dari belakang menuju kamar, sesampainya dia membukakan kemejaku. Saat dia masih memakai jilbabnya di depanku, maka dengan spotan ku buka. Dia sedikit kaget, tapi kemudian diam saja karena dia paham betul isi kontrak itu. Aku semakin penasaran untuk membukanya, setelah jilbabnya ku buka tanganku memegang kemejanya. Ku buka kancing dari atas sampai tepat ke dadanya. Tubuh putihnya semakin terlihat jelas, namun ku rasakan jantungnya semakin berdebar, sedikit terlihat buah dadanya. Namun saat aku melihat wajahnya, maka ku urungkan karena aku merasa kasihan. Dia melanjutkan melepaskan bajuku hingan terlepas semua dan ketika dia hendak melepaskan celanaku maka terpaksa dia memelukku. Aku diam mematung .... Bagaimana kelanjutnya, tunggu besok ya gaes

Great novels start here

Download by scanning the QR code to get countless free stories and daily updated books

Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD