Pernikahan Aya

1323 Words
Suara ayam berkokok terdengar di sela - sela udara yang dingin. Sebentar lagi akan menuju pagi yang cerah, namun tidak dengan diriku. Akhirnya hari telah tiba, hari di mana harusnya bahagia namun aku harus berusaha ikhlas dan tersenyum. Aktivitas di rumahku sudah ramai banyak saudara dan sahabat ku yang berdatangan. Nanti tepat pukul 05.30 aku, keluarga dan sahabat harus segera menuju hotel. Semua akan di rias dan berganti baju di sana. Aku sampai di hotel tepat pukul 06.00, sudah ada Duta di sana. Ontime sekali orang ini, dan aku melihat seorang ibu paruh baya yang sangat cantik meski sudah di makan oleh usia. Terlihat sangat meneduhkan, beliau memanggilku, Aya ayow kesini. Ternyata beliau adalah ibu Duta. Beliau memelukku, wah cantik sekali calon istri Duta, pantesan dia ngebet banget pengen nikah. Aku tersenyum malu mendengar ucapan calon mertuaku ini, Ibu bisa saja! Sambil pipiku memerah. Entah mengapa aku memang sering bersemu merah di pipi kalau malu, jadi kelihatan banget. Tak lama aku pun di rias, ku pasrahkan muka ku di olesin beberapa lapis make up. Baju pertama untuk akad ku berwarna putih, ini gaun yang indah dan tepat pukul 09.00 akad akan di laksanakan. Aku terima nikah dan kawinnya Aya Bintang Kejora binti Hartono dengan mas kawin tersebut di bayar tunai, syahhh! Terdengar suara pak penghulu, semua menetekan air mata. Tak terkecuali ibu, sahabat dan mertua. Sedangkan aku menahan tangis, ku cium tangan suami ku ini. Setelah ijab qabul maka tanggung jawab ku dipegang oleh suami, dari tadinya di tanggung oleh bapak sekarang menjadi suami. Selesai ku cium tangannya, Duta mencium dahiku, langsung seketika pipiku bersemu merah muda bak kepiting rebus hiks hiks hiks dah ndak virgin ni dahiku. Duta mahendra sangat faseh mengucapkan ijab qabul, dia sangat pandai berakting. Selesai ijab qabul, tepat pukul 10.00 nanti akan di adakan resepsi dan aku akan memakai gaun berwarna biru silfer bergaya hijab moderen, saat aku keluar menuju ruangan semua mata tertuju kepada ku, aku akhirnya berjalan menuju panggung bergandengan dengan Duta Mahendra, sumpah ini pertama kalinya aku bergandengan tangan dengan lawan jenis. Sebelumnya aku belum pernah pacaran, sama mas arsyad itu sahabat, dan kita tidak pernah ngapa-ngapain. Jadi hanya suamiku yang berhak ngapa-ngapain aku hehhehehhee. Setelah ritual adat pernikahan maka sampaialah pada berdangsa bersama. Jalannya yang bener! Kamu malu - malu in sekali masak ndak bisa berdansa, suara Duta yang bersungut - sungut. Aku memeluk lehernya sedangkan dia memeluk pinggangku. Udah ini aja dech, aku udah capek dan males. Kamu jangan malu - malu ini aku ya! Kamu ndak lihat banyak pasang mata yang melihat kita, fokus dan ikutin gerakanku. Hampir 15 menit kita berdansa, dan memang benar kita jadi pusat perhatian. Hadduuhhh gimana ini, jantungku berdetak dengan cepat dan belum stabilnya deta jantungku, tiba - tiba aku merasakan kenyal - kenyal di bibirku, mata kami saling bertemu dan tangannya mendorongku ke pelukannya sedangkan tangan satunya memegang tengku ku, seoalah aku terkunci. Dia terus bermain di bibirku, kadang dia memaikan yang di atas dan kadang dia mempermainkan di bawah, setelah itu menyesapnya seolah rasanya manis, tidak cukup di situ, dia juga terus mengulum semua bibirku. Entah rasanya seperti hangat dan aku mematung beberapa menit seperti melayang, aku tidak tau harus berbuat apa. Jangan di tanya pipiku semerah apa, bernafas Aya! Ihhh kamu belum pernah berciuman ya? Hingga ia kemudian memelukku dengan erat, entahlah sepertinya nyaman sekali padahal yang kutau dia cowok yang menyebalkan. POV Duta : duh dia manis dan cantik sekali, lucu sekali pipinya yang merah, pengen cium dech. Ndak biasanya aku berselera mencium bibir cewek, selama ini cewek yang selalu mengincar bibirku. Akhirnya aku menciumnya, duh manis banget rasanya, kenyal - kenyal manis kayak permen. Ku tarik pinggangnya dan ku tarik tengkunya biar bibir kita sejajar sehingga dia akan susah bergerak. Aku pun melakukan yang diinginkan oleh isi kepala ku, toh dia udah jadi milikku. Ku cium dulu semuanya, lalu aku terus mempermainkan bibir atas dan bawahnya tak sampai di situ, ku ulum semua bibirnya dan ku hisap. Tak terasa dedek kecilku yang tak pernah bereaksi selama ini seperti terangsang. Aku ingin terus melakukannya, namun aku tak tega ketika melihat dia yang seperti kehabisan nafas. Yang bener saja kalau dia belum pernah melakukan ciuman. Sangat langka, cewek cantik dan menarik serta kaya belum pernah melakukannya. Tak tega melihatnya, aku pun menariknya dalam pelukanku. Dia pun tertunduk malu, apakah ini kiss fristime untuknya, tak terasa aku tersenyum puas. Selesai berdansa maka acara selanjutnya makan - makan. Sejak ciuman tadi aku jadi tidak berselera untuk makan, ihhhh nyebelin banget dech, mana dia merasa tak berdosa lagi. Aku pun makan dengan terpaksa dan hanya dua suapan. Selesai makan maka kamk berdiri dan berjabat tangan dengan tamu undangan. Hampir setengah hari acara ini berlangsung, dan rencananya untuk sementara waktu aku akan tinggal di rumah Duta. Di sepanjang perjalanan kami hanya terdiam, entah kenapa aku masih malu dengan kejadian tadi. Cepat ganti bajumu, dan buruan mandi. Dia menyuruhku untuk bersih - bersih setelah sampai di rumah Duta. Kami sudah di dalam kamar Duta, kamarnya sangat harum dan terletak di lantai atas. Ada kamar mandi, ruang ganti, meja kursi, ranjang dan ada roftop di depannya. Kamarnya sangat elegan, dengan di d******i warna putih untuk cat temboknya dan untuk yang lain berwarna maskulin. Aku pun masuk ke kamar mandi, ku lepas semua bajuku dan aku mulai menghidupkan sower. Terasa segar sekali di seluruh tubuhku, dan Duta sepertinya sudah mempersiapkan keperluan mandiku. Ada sabun mandi, pasta gigi dan shampoo. Selesai mandi aku pun memakai handuk dan mengeringkan rambutku. Saat aku hendak untuk keluar, aku baru tersadar bahwa aku tidak membawa baju ganti. Duh aku pun bingung dan gigit jari. Masak aku keluar pakai handuk yang hanya setingga di atas lutut, adduhhh bagaimana ini. Aku pun mengintip dari balik pintu kamar mandi dan memanggil Duta, sudah empat kali tapi dia tidak menyahut, akhirnya kuberanikan untuk keluar dan clingak clinguk kayak maling. Alhamdulillah aman, Duta tidak ada di kamar saat ku lihat di ranjang tidak ada dan aku sudah sampai di lemariku. Ku jinjitkan kaki ku untuk mengambil baju, Lama sekali sich mandinya! Ku tengok sumber suara, alamak dia datang. Ku penggang erat handuk ke atas dadaku, takut turun ke lepas wkwkkwkwkkw dan lagi-lagi aku mematung dan ku rasakan pipiku yang memerah. Kamu itu mandi apa tidur di dalam? Dan aku pun melewatinya untuk masuk ke kamar mandi, siapkan baju ganti ku cepat. Baiklah, ku jawab dengan terbata. Putih sekali tubuhnya dan cantik, ini dedekku kok susah di kondisikan, tidak seperti biasanya. Sepertinya aku mulai ada kelainan lain, aku udah sering melihat wanita t*******g dan bahkan lebih dari tadi. Tapi biasa aja dan tak ada keinginan untuk apa pun. Akhirnya aku pun mandi untuk merefreskan pikiranku biar tidak berfikir kotor. Aku menikahinya memang hanya untuk meredakan gosip di luar sana tapi mengapa jadi seperti ini. Aku keluar dengan hanya memakai handuk dan aku pun masuk ke ruang ganti. Mana bajuku? Sudah kamu siapkan? Sudah ini, bawa kemari dan jededdd dia melempar handukku dan memakai celana dalamku. Melihat kejadian tak terduga, aku pun menunduk. Kenapa dia seenaknya begitu, duhh jadi ndak virgin ni mataku. Badannya sispack sekali dan kekar belum lagi kenapa segede itu dan berasa keras. Bukan kah kata orang - orang dia punya kelainan. Kenapa bengong di situ, bereskan segera. Kenapa kamu tajub dengan milikku, kamu boleh melihatnya setiap hari dengan senang hati. Hanya kamu yang ku izinkan untuk melihat dan menyentuhnya, camkan itu. Apa sich, aku pun semakin tertunduk malu. Setelah ia memorak porandakan hati, mata dan pikiranku. Dia seenaknya pergi merasa bersalah. Cepetan jangan mematung di situ, kamu mau kelaparan semalam, endak! Ku jawab dengan terbata. Aku pun mengikuti dia keluar kamar menurunin tangga untuk makan malam, sudah ada ibu mertua yang duduk di meja makan. Ternyata hanya ada ibu mertua karena ternyata Ayah Duta Mahendra sudah meninggal, sedangkan ia senasib denganku, yaitu anak tunggal. Ini baru awal pernikahanku, tapi tak terasa sudah beberapa kejadian yang di luar ekspetasiku. Ya Allah semoga ke depan berjalan lancar dan ini cepat berakhir.
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD