Rabu sore, Yusuf mendudukkan dirinya pada bangku yang terdapat di alun-alun. Ia baru saja menyelesaikan salat ashar di Masjid Agung yang terletak di sana. Kebetulan jadwal mengajar Yusuf hari ini tidak terlalu padat. Jadi ia bisa pulang lebih awal dari biasanya. Sembari meminum minuman dingin, Yusuf melihat jam di pergelangan tangannya. Ia menunggu seseorang yang telah berjanji untuk datang memenuhi undangannya. Sehari yang lalu, Yusuf menghubungi Rizki lewat telepon. Sesuai saran sang ayah, ia ingin berterus terang mengenai perasaannya pada Zahra, yang notabene adalah adiknya Rizki. Sebelum menemui kedua orang tua Zahra, Yusuf memilih untuk terlebih dahulu menemui kakaknya. Tidak ada alasan khusus, hanya saja ia ingin meminta izin juga restu dari Rizki. Yusuf tak ingin te