CN-41

1067 Words
Natsumi tidak pernah mengira jika perlu banyak alasan untuk meyakinkan Quizer agar laki-laki itu diam dan tidak menanyakan hal-hal lain. Dia tidak pernah masalah kalau laki-laki itu memang ingin bergabung dalam agensinya, tetapi sampai sekarang dia hanya memberikan gelengan. Natsumi tahu, Quizer belum siap. Dia tidak boleh terburu-buru, sesuai dengan jadwal yang sudah dia tetapkan. Laki-laki yang tengah Natsumi pikirkan itu pun mendengus. Sepertinya kesal karena apa yang baru dibuatnya tidak sesuai lidah Quizer. Mau bagaimana lagi, dia tidak begitu dapat merasakan. Mencicip saja, dia tidak merasa bumbu masakan apa pun. Jadi dia tidak tahu apa saja yang kurang. Natsumi hanya memasukkan semua bumbu ke dalam panci. “Natsumi, kamu mau membunuhku dengan makanan ini?” ucap Quizer sambil melipat tangannya di depan d**a. “Apa yang salah dari masakanku?” balas Natsumi ragu-ragu. Quizer mendengus. Sepertinya laki-laki itu masih sangat marah kepadanya. Artinya dia melakukan kesalahan besar. Meski begitu Quizer tetap memakan ramen[1] yang dia buat. Jika tidak enak, seharusnya laki-laki itu tidak perlu makan makanan buatannya. Lalu sebenarnya apa arti membunuh yang Quizer katakan sebelumnya? Gadis berambut cokelat itu hanya menggeleng dan mencoba ramen yang dia buar untuk dirinya sendiri. Lidahnya mati rasa. Tidak ada rasa manis, asin, gurih yang biasanya tercipta.  Padahal Natsumi sudah yakin jika dirinya sudah lebih baik dari kemarin. Namun, mungkin ini efek samping dari obat yang baru saja dia makan.  Bahkan dia tidak nafsu untuk makan sama sekali. “Ah, s**l!” ucap Quizer yang lalu terburu-buru mengambil gelas berisi air putih dari atas meja. Natsumi lalu berhenti makan. Sepertinya dia tahu apa yang Quizer maksudkan sebelumnya. “Kamu membuat makanan ini terlalu pedas, Natsumi. Aku benar-benar tidak kuat lagi untuk memakannya.” “Benarkah? Aku kira itu tidak akan pedas untukmu. Lagi pula, aku hanya memasukkan sedikit bumbu cabai. Maafkan aku, sebentar biar aku ambilkan segelas s**u untukmu,” ucap Natsumi yang lalu berdiri dari tempatnya. Namun tiba-tiba selintas ingatan masuk, dia tidak dapat menggambarkannya dengan jelas. Secepat itu dia merosot dan memegangi kepalanya. Sakit sekali. Apa yang dia lupakan? Apakah ini karena dia tidak mengambil pengobatan dari agensi seperti yang sudah Kazuhiko jelaskan. Ada sesuatu dan dia harus mencari tahunya sendiri. Apa yang dilakukannya benar? Di samping itu, Quizer yang melihat Natsumi tiba-tiba jatuh dan berpegangan pada meja pun membelalak. Refleks dia segera menghampiri gadis itu dan terburu-buru mengambil teh hangat. Dia berharap itu dapat menenangkan bagi Natsumi. Sayangnya, gadis itu masih enggan untuk minum. Wajahnya sangat pucat dan Quizer tidak tahu harus bagaimana. Andai dia tahu bagaimana caranya menghubungi pihak rumah sakit. Tanpa berlama-lama lagi, Quizer pun segera mengangkat tubuh Natsumi. Mendekap gadis itu agar tidak jatuh. Dia harus membawa Natsumi untuk beristirahat. Jika memungkinkan, dia harus mencari di mana Bibi Minami. Tidak peduli jika Natsumi tidak menyetujui usulnya. Saat ini gadis itu terlalu lemah untuk bicara. Lalu tiba-tiba Natsumi menggenggam tangannya ketika dia sudah membaringkan gadis itu di kamarnya. “Jangan cari Bibi, Quizer. Aku mohon ... kamu cukup membersihkan kekacauan yang ada di ruang makan agar Bibi Minami tidak curiga. Lalu kunci saja kamar ini dan aku akan segera beristirahat.” “Tidak, Natsumi. Kamu terlihat sangat menyedihkan. Sebaiknya aku membawakan sesuatu untukmu, tapi apa? Minum ... ya, kamu butuh air hangat,” ucap Quizer seraya berusaha melepaskan genggaman tangan Natsumi.. “Tidak, Quizer!” sanggah Natsumi, beda dengan suaranya yang tegas, gadis itu justru melonggarkan pegangannya. “Kamu cukup membersihkan kekacauan di ruang makan.” Quzier mengembuskan napas. Dia tahu Natsumi juga keras kepala. Namun, jika dipikir-pikir, ucapan gadis itu ada benarnya. Jika dia tidak membereskan piring dan alat makan lainnya, Bibi Minami bisa curiga. Dia seharusnya lebih cekatan. Jadi dia langsung menyetujui usul Quizer dan perlahan beranjak dari kamar. Dia melakukan sesuai apa yang Natsumi katakan. Dia membersihkan ruang makan dan menghabiskan makanannya dan juga makanan Natsumi. Biarlah nanti Bibi mengira jika dia sangat lapar hingga menggunakan dua mangkuk. Sejujurnya dia ingin membersihkan semua piring itu. Namun, dia tidak tahu caranya. Dia tidak pernah tahu bagaimana caranya. Ada sebuah sabun dan penyikat. Jadi dia coba membersihkan itu semua. Sampai dia dapat mendengar suara mobil yang melaju. Suaranya semakin lama semakin dekat. Quizer tidak mungkin salah mendengar, selain itu, dia juga yakin jika keduanya sedang berbicara.. Namun, dia tidak dapat memahami sedikit pun pembicaraan mereka. Ini tidak ada gunanya, tetapi Quizer tetap merasakan sesuatu yang aneh. Seolah ada yang sedang disembunyikan. Terlebih salah satu dari orang itu memiliki suara yang sama dengan apa yang dia dengar saat hari pertama ke Jepang. Lalu pintu rumah terbuka dan Quizer segera berbalik, meski dia sudah mengetahui siapa yang datang. “Tadaima! [Aku pulang]” Quizer bisa mengetahui suara wanita tua yang benar-benar sangat lelah. Dia bahkan hanya masuk seorang diri dengan wajah lesu. Pertanda jika Bibi Minami tidak menemukan keberadaan Natsumi. Entah mengapa untuk urusan ini dia merasa agak bersalah. Terutama pada Bibi Minami yang sudah dia tipu. Namun, Natsumi sendiri yang tidak menginginkan pemeriksaan dan malah bersembunyi di kamarnya. Andai dia tidak setengah sadar, dia mungkin tidak akan membohongi mereka semua. Jadi dia pun terpaksa untuk tetap berbohong para Bibi Minami. Namun, sampai kapan dia bisa bertahan? “Apa Natsumi sudah Pulang, Quizer-san? Ah, sepertinya kamu baru selesai makan,” ucap Bibi Minami seraya tersenyum. Quizer mengangguk. Dia kembali membersihkan alat-alat makan yang sudah dia dan Natsumi gunakan. Sebelum Bibi Minami menyadari kalau dia menggunakan dua buah mangkuk. Setelah semuanya beres, dia pun segera menghampiri Bibi Minami. Sambil menatap ke arah lain dan mengembuskan napas. “Apa Natsumi belum bisa ditemukan?” tanya Quizer lirih. “Benar. Bibi belum tahu di mana Natsumi berada. Padahal mereka sudah jauh-jauh pergi ke Jepang untuk mengobati gadis itu. Namun, melihatnya bersikap seperti ini, aku jadi teringat dengan orang tuanya,” jelas Bibi Minami. “Ah ... aku belum pernah mendengar soal orang tua Natsumi. Sebenarnya apa yang terjadi hingga kedua orang tuanya tidak berada di tempat ini, Bibi Minami?” tanya Quizer penasaran. Bibi Minami hanya tersenyum. “Kedua orang tuanya dibunuh oleh sekelompok mafia. Andai mereka tidak mencoba melawan dan kabur bersama anaknya, semua ini tidak akan terjadi. Ini dikarenakan mereka nekat mendekati orang yang sangat berbahaya. Bahkan membawanya untuk dekat dengan Natsumi.” “Jadi ... apa kelompok mafia itu mencari ....” “Benar, Quizer. Sifatnya Natsumi sama seperti orang tuanya yang keras kepala. Aku akan mencoba menghubunginya nanti lagi.” - - - - - - - - - - - - - - -
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD